By Siti Nafidah Anshory
Melihat bagaimana masyarakat Indonesia memaknai dan larut dalam euphoria perayaan kemerdekaan, kian menambah keyakinan bahwa yang urgen dan relevan dilakukan oleh jamaah dakwah yang bercita-cita membangkitkan umat dengan kebangkitan yang hakiki adalah MENGUBAH PEMIKIRAN DENGAN IDEOLOGI ISLAM, bukan yang lain!
Melihat bagaimana masyarakat Indonesia memaknai dan larut dalam euphoria perayaan kemerdekaan, kian menambah keyakinan bahwa yang urgen dan relevan dilakukan oleh jamaah dakwah yang bercita-cita membangkitkan umat dengan kebangkitan yang hakiki adalah MENGUBAH PEMIKIRAN DENGAN IDEOLOGI ISLAM, bukan yang lain!
Bayangkan! Bagaimana bisa mayoritas bangsa ini berpikir dan merasa sudah merdeka
padahal sesungguhnya penjajahan masih berlangsung dalam bentuk yang sangat
halus dan justru lebih berbahaya dari penjajahan fisik.
Secara politik, negeri ini kian terkooptasi oleh hegemoni negara adidaya pengusung kapitalisme global, hingga kedaulatan hilang dan penguasanya nyaman menjadi pengekor. Secara ekonomi, mayoritas rakyat sangat jauh dari sejahtera karena sumberdaya yang melimpah dimilikinya justru dikuasai segelintir pengusaha bahkan diserahkan kepada asing. Dalam aspek hukum, yang berlaku juga masih hukum sekuler ala belanda yang alih-alih menjadi benteng kemaksiatan, malah justru melegitimasi kemunkaran. Aspek budaya apalagi. Rakyat negeri ini kian kehilangan jati dirinya sebagai muslim,tersibghah budaya kafir yang jauh dari nilai-nilai ruhiyah ilahiyah, serba permissif dan penuh kerusakan.
Alhasil merdeka bagi rakyat indonesia, selain hanya dimaknai sekadar bebas dari penjajahan militeristik, tapi juga dimaknai se mbagai merdeka berbuat semaunya, merdeka buka-buka aurat, merdeka gaul bebas, merdeka gonta ganti agama, merdeka bicara nyablak, merdeka nyolong duit rakyat, dll. Wajar jika meski umur kemerdekaan sudah tua, keadaan tetap begini-begini saja. Bahkan umat Islam di tengah percaturan politik dunia, seolah antara ada dan tiada.
Jadi, sebenarnya sangat mudah kita baca, bahwa problem mendasar yang dihadapi umat hari ini adalah MUNDURNYA TARAF BERPIKIR dan jauhnya mereka dari sumber kebangkitan hakiki yakni IDEOLOGI ISLAM. Sehingga sekali lagi, ini kian meyakinkan saya, bahwa yang seharusnya menjadi prioritas utama aktivitas jamaah dakwah yang bercita-cita membangkitkan umat dengan kebangkitan yang hakiki adalah MENGUBAH PEMIKIRAN umat dengan IDEOLOGI ISLAM, bukan yang lain!
[][][]
Secara politik, negeri ini kian terkooptasi oleh hegemoni negara adidaya pengusung kapitalisme global, hingga kedaulatan hilang dan penguasanya nyaman menjadi pengekor. Secara ekonomi, mayoritas rakyat sangat jauh dari sejahtera karena sumberdaya yang melimpah dimilikinya justru dikuasai segelintir pengusaha bahkan diserahkan kepada asing. Dalam aspek hukum, yang berlaku juga masih hukum sekuler ala belanda yang alih-alih menjadi benteng kemaksiatan, malah justru melegitimasi kemunkaran. Aspek budaya apalagi. Rakyat negeri ini kian kehilangan jati dirinya sebagai muslim,tersibghah budaya kafir yang jauh dari nilai-nilai ruhiyah ilahiyah, serba permissif dan penuh kerusakan.
Alhasil merdeka bagi rakyat indonesia, selain hanya dimaknai sekadar bebas dari penjajahan militeristik, tapi juga dimaknai se mbagai merdeka berbuat semaunya, merdeka buka-buka aurat, merdeka gaul bebas, merdeka gonta ganti agama, merdeka bicara nyablak, merdeka nyolong duit rakyat, dll. Wajar jika meski umur kemerdekaan sudah tua, keadaan tetap begini-begini saja. Bahkan umat Islam di tengah percaturan politik dunia, seolah antara ada dan tiada.
Jadi, sebenarnya sangat mudah kita baca, bahwa problem mendasar yang dihadapi umat hari ini adalah MUNDURNYA TARAF BERPIKIR dan jauhnya mereka dari sumber kebangkitan hakiki yakni IDEOLOGI ISLAM. Sehingga sekali lagi, ini kian meyakinkan saya, bahwa yang seharusnya menjadi prioritas utama aktivitas jamaah dakwah yang bercita-cita membangkitkan umat dengan kebangkitan yang hakiki adalah MENGUBAH PEMIKIRAN umat dengan IDEOLOGI ISLAM, bukan yang lain!
[][][]