INSPIRING QUR'AN :

وَسَارِعُواْ إِلَى مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ

"Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhan-mu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertaqwa" (TQS. Ali-Imran : 133)

Kamis, 27 September 2012

ANALISIS POLITIK ATAS ISU "ABAD PARTISIPASI PENUH PEREMPUAN:



ARUS PARTISIPASI PENUH
MEMBUAT PEREMPUAN ASIA MENJADI MESIN EKONOMI PENCEGAH KEBANGKRUTAN BARAT

Oleh : Fika M. Komara

Koordinator Lajnah Siyasiyah MHTI
dan anggota Women Section, Central Media Office, Hizbut Tahrir



PENDAHULUAN

Entah kenapa semakin banyak pihak yang mulai menyadari pentingnya peran perempuan pada satu dekade terakhir. Dunia seolah baru menyadari peran penting perempuan secara global dalam membangun dunia. Sebenarnya mungkin jika perjuangan perempuan disuarakan oleh kalangan feminis, NGO gender ataupun UN Women, itu hal biasa bukanlah hal baru. Namun saat ini pengakuan dan berbagai pernyataan politik dari tokoh-tokoh dunia yang notabene tidak pernah bicara soal perempuan justru semakin nyaring terdengar, seolah menyuarakan kepentingan perempuan.

Sebutlah Obama, dalam Forum on Women and the Economy, awal April 2012 lalu mengatakan bahwa perempuan bukanlah sejumlah blok monolitik atau "kelompok kepentingan". Ia menandaskan bahwa tantangan yang dihadapi perempuan mampu mempengaruhi semua orang dan semua golongan. Senada dengan presidennya, Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton semakin menajamkan pandangannya tentang vitalnya peran perempuan, ia bahkan menandaskan sekarang ini adalah abad partisipasi penuh (full participation age) bagi kaum perempuan.

Presiden Bank Dunia Jim Yong Kim, dalam pernyataannya bulan Juli ini bahkanmenginginkan agar negara-negara di dunia semakin banyak menginvestasikan anggaran mereka untuk memberdayakan kaum perempuan yang dinilai juga akan bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat seluruhnya, ia mengatakan persamaan gender merupakan hal yang sangat vital yang diperlukan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan di suatu negara. Begitupun penyataan dari Komisaris Tinggi PBB Urusan HAM yang mendesak pemerintah-pemerintah berbuat lebih banyak. Ia mengatakan, kegagalan mengkapitalisasi potensi perempuan merupakan masalah global saat ini.

Apa sebenarnya yang melatarbelakangi fenomena baru ini? Apakah karena tokoh-tokoh dunia itu tiba-tiba tercerahkan oleh pemikiran feminisme? Ataukah ada latar belakang tertentu yang menjadikan isu perempuan begitu penting bagi mereka? Menarik dan perlu untuk kita kaji dan telusuri.

MENYINGKAP KEPENTINGAN BARAT DALAM ISU PEREMPUAN

Berangkat dari analisis Foreign Policy edisi Mei lalu bahwa sekarang adalah era perubahan transformatif, dunia sudah berubah – yang ditandai dengan munculnyakekuatan ekonomi baru di Asia juga lahirnya Arab Spring yang merontokkan rezimrepresif di dunia Arab – dari sini maka kemudian mempromosikan status perempuanbukan hanya menjadi kewajiban moral tapi menjadi masalah yang sangat strategis;yang sangat penting bagi kemakmuran ekonomi dan bagi terciptanya perdamaian dan keamanan global.

Jadi bukan, bukan karena tokoh negara dan tokoh dunia itu tiba-tiba tercerahkan oleh feminisme, melainkan ternyata karena kondisi dunia saat ini sedang berubah dan negara-negara Barat sedang dilanda krisis. Multi dimensi krisis. Karena itu status peran perempuan semakin meningkat di tengah krisis dunia, yakni krisis ekonomi dan krisis keamanan. Perempuan berperan sangat esensial di dua ranah tersebut yakni ekonomi dan keamanan.

Namun tata dunia yang masih kapitalistik ini hanya melihat potensi perempuan untuk memperbaiki krisis ekonomi dunia dengan diperankan sebagai pekerja sekaligus penjaga stabilitas sosial dalam rangka menghindari social cost pertumbuhan ekonomi. Menurut Kapitalisme, perempuan harus terlibat aktif dalam agenda global setidaknya karena dua alasan; yaitu :

1. Alasan pertama adalah agenda ekonomi global untuk mengurangi angka kemiskinan sehingga masyarakat tetap punya daya beli, demi misinya ini Kapitalisme sejak lama menggandeng ide kesetaraan gender untuk memoles kepentingannya seakan menjadi perjuangan pembebasan perempuan. Topeng ini dikuak oleh Bernard Lewis dalam bukunya, The Middle East yang mengungkapkan faktor utama dalam program emansipasi perempuan adalah kebutuhan ekonomi, yakni kebutuhan tenaga kerja perempuan. Bahkan Nicholas Rockefeller -seorang penasihat RAND- menyatakan tujuan kesetaraan gender adalah untuk mengumpulkan pajak dari publik 50% lebih dalam rangka mendukung kepentingan bisnis.

2. Alasan kedua adalah agenda security / keamanan untuk mereduksi konflik sosial sehingga tidak akan terjadi social unrest pengganggu iklim investasi yang merugikan pemilik modal. Di sini kita bisa melihat bahwa Kapitalisme juga memerankan perempuan untuk melawan ideologi Islam. Dalam dokumen RAND Building Moderate Muslim Network juga disebutkan bahwa isu kesetaraan gender adalah salah satu medan pertempuran utama dalam perang pemikiran melawan Islam, promosi kesetaraan gender adalah komponen penting dari setiap proyek untuk memberdayakan muslim moderat. Bahkan Chris A.Wade mengatakan bahwa perempuan dan kelompok perempuan adalah sekutu kuat dalam mengurangi pengaruh sebaran Islam Ideologis. Demikianlah sesungguhnya Kapitalisme memperlakukan perempuan, tidak lebih dari sekedar “objek kepentingan” dari berbagai kepentingan sekuler mereka.

KEBANGKRUTAN KAPITALISME DAN ABAD ASIA 2050

Kapitalisme telah bangkrut dan negeri-negeri Barat dalam krisis berkepanjangan. Ini bukan fakta yang diperdebatkan lagi, semenjak krisis resesi global 2008 hingga sekarang, Amerika Serikat dan negara-negara Eropa Barat terus berjuang untuk melakukan pemulihan ekonomi mereka. Resesi global yang mengindikasikan lumpuhnya sektor non riil ekonomi Kapitalistik, memaksa Barat untuk menguatkan ekonomi riilnya melalui perdagangan bebas. Untuk itulah Barat butuh pasar bagi produk-produk mereka, dan Asia adalah pasar yang menggiurkan.

Pusat aktivitas perdagangan dunia telah bergeser ke Asia, dari poros Atlantik bergeser ke poros Pasifik. Asia (termasuk Asia Tenggara) sekarang menjadi konsentrasi pasar global karena lebih dari 50% penduduk dunia ada di Asia. Realitas ini telah mendorong Barat untuk membuat skenario besar di Asia, yang mengelu-elukan ekonomi Asia namun sejatinya hanyalah penjajahan ekonomi murahan. Skenario itu dinamakan Asia 2050 : Realizing Asian Century atau skenario Abad Asia.

Sasaran skenario itu tidak lain adalah tujuh negara Asia yang terdiri dari China, India,Indonesia, Jepang, Korea Selatan, Malaysia dan Thailand dengan total penduduk lebih dari 3 miliar orang, diprediksikan oleh Asian Development Bank (ADB) akan menjadi mesin kebangkitan Asia pada tahun 2050. Perlu diketahui tiga di antara tujuh negara tersebut berada di kawasan Asia Tenggara yang merupakan kawasan Dunia Islam yang cukup vital. Realitasnya kawasan Asia Tenggara adalah negara-negaranya memiliki pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pasar domestik yang kuat, dimana kedua faktor ini dibutuhkan oleh Barat yang tengah berupaya memulihkan krisis ekonominya. [1] ADB memprediksikan pada tahun 2050 Asia akan menguasai separuh dari output, perdagangan dan investasi dunia dan Asian Century akan terwujud.

Sementara kita tahu bahwa ADB telah menempatkan kesetaraan gender di "front and centre" dari agenda pembangunan mereka. Mempromosikan "kesetaraan gender" adalah salah satu dari 5 pilar penggerak perubahan dalam Strategi 2020. ADBmengakui bahwa tanpa memanfaatkan bakat, SDM dan potensi ekonomi perempuan,tujuan pengurangan kemiskinan dan pembangunan berkelanjutan di kawasan Asia tidak akan tercapai.

Disinilah kemudian perangkap Barat bekerja, setelah diiming-imingi mimpi Abad Asia, Barat juga membuat indikator-indikator dan berbagai persyaratan agar impian itu terwujud. Dikatakan masih ada sejumlah tantangan berat bagi Asia, salah satunya adalah masalah ketidaksetaraan gender dan kesenjangan. Meningkatnya ketidaksetaraan gender dapat memicu ketegangan sosial dan politik, dan menimbulkan konflik sebagaimana yang saat ini terjadi di sebagian Asia. Ketidaksetaraan yang meningkat berisiko bagi stabilitas dan pertumbuhan ekonomi. Sehingga perempuan harus ambil bagian secara penuh dalam berbagai agenda pembangunan yang mereka desain. Di titik inilah terlihat jelas korelasi antara skenario Abad Asia dengan pernyataan ambisius Hillary Clinton tentang Abad Partisipasi Penuh bagi perempuan.

ASUMSI BARAT : PEREMPUAN PENYELAMAT KRISIS DUNIA

Berbagai program jahat dari agenda Barat ini turun dengan derasnya di tengah aruskebangkitan Islam yang juga saat ini diperjuangkan oleh kaum Muslimah secara global.Juga turun di tengah meningkatnya ketegangan politik Musim Semi Arab yang menjadibarometer bangkitnya Islam saat ini. Dimana gelombang suara Muslimah dari Tunisiake Bahrain, Mesir ke Suriah, Yaman ke Libya perempuan di Timur Tengah kerasmengharapkan perubahan mendasar dalam naungan Islam.

Tidak diragukan lagi konfrontasi dan kontestasi antara ideologi Islam dan Kapitalismeberlangsung semakin panas dan kian meruncing. Termasuk dalam masalahperempuan. Kapitalisme meminta kontribusi penuh dari kaum perempuan untuk berpartisipasi dalam menjaga kekuatan global kapitalisme, sementara pada saat yang sama gelombang besar kebangkitan perempuan Muslim berdiri dengan kesadaran penuh menuntut kembalinya Islam.

Kebangkrutan Kapitalisme telah membuat dunia semakin berhasrat kepada perempuan. Barat berasumsi peran perempuan mampu menjamin pertumbuhan ekonomi dan pembangunan berkelanjutan, serta meningkatkan daya beli masyarakat. Hal ini terlihat dengan jelas dari pernyataan tajam Hillary Clinton dalam APEC Women and the Economy Forum, 29 June 2012 sangat jelas mengindikasikan hal tersebut : “There is a growing body of evidence that proves bringing more women into the workforce spurs innovation, increases productivity, and grows economies. Families have more money to spend. Businesses expand their consumer base and increase their profits. In short, when women participate more fully in their economies, everyone benefits. “

“There are nearly 6 million formal, women-owned small businesses in East Asia. And in economies like Indonesia, Malaysia, Thailand, and Vietnam, women-owned businesses are increasing and growing at a fast rate. Women now represent 40 percent of the global labor force, 43 percent of the global agricultural workforce, and more than half of the world’s university students. So it’s just logical: Limiting women’s economic potential is for every country like leaving money on the table. It doesn't make sense, especially when we are still struggling to grow our way out of the economic crisis.”

Menurut asumsi mereka secara matematika ekonomi, ketika suatu negara menghargai kaum perempuan sama dengan mereka menghargai kaum laki-laki dengan cara memberikan kesempatan bagi wanita untuk berpartisipasi lebih besar dalam bidang perekonomian, maka manfaatnya tidak hanya bagi kaum perempuan tetapi juga bagi masyarakat luas.

Presiden Bank Dunia Jim Yong Kim, menyatakan dalam tahun fiskal terakhir ini, lebih dari 80 persen pinjaman dan dana hibah Bank, atau sebesar lebih dari 28 miliar dolar AS, dialokasikan untuk proyek terkait gender. Proyek yang menginformasikan tentang data gender dalam programnya itu tersebar di bidang seperti pendidikan, kesehatan, hak tanah, akses kepada kredit, jasa finansial dan pertanian, lapangan pekerjaan, dan infrastruktur. Presiden Bank Dunia mendukung persamaan gender melalui pengetahuan dan analisis yang digunakan dengan menciptakan gagasan dan pendekatan baru, serta mengevaluasi secara sistematis intervensi apa yang berhasil.(antaranews, 22/7).

Presiden Bank Dunia juga mengingatkan, kaum perempuan sekarang merupakan 40 persen dari angkatan kerja global, dan 43 persen bagi tenaga kerja di sektor pertanian. Selain itu, lebih dari separuh orang yang menimba pendidikan tinggi di universitas adalah wanita, dan di sepertiga negara-negara berkembang kini terdapat lebih banyak siswa perempuan dibanding siswa laki-laki. Menurut Jim, bukti menunjukkan bahwa jika wanita memiliki kontrol yang lebih besar bagi pendanaan rumah tangga atau sumber daya pertanian, maka akan terdapat hasil yang signifikan.

Sederatan pernyataan di atas merupakan indikasi politis yang sangat kuat bahwa Barat sangat berambisi untuk memanfaatkan perempuan sebagai aset ekonomi, untuk menyelamatkan krisis ekonomi yang tengah melanda mereka. Hal ini semakin menunjukkan bahwa Barat sama sekali tidak memiliki dorongan moral yang tulus untuk memuliakan perempuan serta mengangkat harkat mereka ke derajat yang semestinya. Tabel berikut adalah gambaran misi Kapitalisme terhadap arus partisipasi penuh perempuan, bagaimana dampaknya terhadap kehidupan sosial ekonomi secara makro.

PEREMPUAN INDONESIA : MESIN EKONOMI PENCEGAH KEBANGKRUTAN BARAT

Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang konsumtif, hal ini dibuktikan oleh Kementerian Perdagangan melalui besarnya catatan permintaan terhadap produk-produk konsumsi di tahun 2012 yang mencapai Rp 275 triliun. Ekonom Bank Dunia, Ashley Taylor, menyatakan Indonesia merupakan pemain besar dalam pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia Timur dan Pasifik. Indonesia memiliki pasar domestik yang besar, bahkan terbesar di ASEAN.

Potensi besar dari konsumsi Indonesia ini semakin membuat negara-negara Barat tergiur untuk menjual produk-produknya ke negeri ini. Karena itulah mereka menginginkan pasar tetap stabil, yakni daya beli masyarakat tetap kuat. Dan kuncinya ada di tangan perempuan yang memegang kontrol ekonomi rumah tangga.

Dalam press releasenya awal Juli ini, sepulang pertemuan APEC Women and the Economy Forum, Linda Gumelar telah menyatakan akan memberi perhatian yang besar terhadap UKM Mikro dan Super-Mikro milik Perempuan, dimana di Indonesia 60% UKM dikelola oleh perempuan. Kesimpulan dalam pertemuan tersebut adalah "Perempuan Indonesia merupakan prime mover dari pembangunan ekonomi yang merakyat. Melalui APEC, Indonesia dapat memperkenalkan prestasi perempuan Indonesia kepada kawasan Asia-Pasifik.” Sudah barang tentu, karena lebih dari 100 juta jiwa perempuan Indonesia adalah lahan yang sangat menggiurkan bagi Kapitalis yang tengah krisis untuk dijadikan mesin ekonomi penyelamat kebangkrutan Barat.

Seolah menemukan momentum yang sama, para aktivis Gender dalam Sidang ke-52 Komite CEDAW, di Markas Besar PBB, New York, 11 Juli yang lalu juga memberikan apresiasi terhadap keberhasilan Indonesia dalam usaha mikro Indonesia. Para aktivis gender ini memang telah melihat masa depan yang cerah untuk hak-hak perempuan di Asia Tenggara, termasuk Indonesia. UNIFEM (United Nation Development Fund for Women) menganalisis bahwa Implementasi CEDAW di Asia Tenggara mengalami peningkatan dalam 10 tahun terakhir [2], dimana pada dekade ini terlihat dukungan signifikan PBB dan partner internasional lainnya dalam menjadikan CEDAW sebagai alat untuk mendongkrak pembangunan ekonomi di Asia Tenggara.

Tentu pejuang gender seolah mendapat angin segar, apalagi indikator pembangunan ekonomi yang lahir pada satu dekade terakhir, telah menjadikan CEDAW sebagai daya tarik di Asia Tenggara. Pembangunan ekonomi ini mendorong upaya cermat para pemangku kepentingan nasional untuk menerapkan prinsip dan kerangka kerja CEDAW dalam bentuk yang berkelanjutan (sustainable development). Penting untuk kita ketahui bahwa negara-negara di Asia Tenggara sudah lebih dulu menerapkan CEDAW dibandingkan negara-negara Arab – pasca Arab Spring, dan dianggap memiliki lebih baik kultur demokrasi daripada negeri-negeri Arab. CEDAW menjadi daya tarik di Asia Tenggara dan hampir semua negara di kawasan ini telah meratifikasi CEDAW setidaknya sejak 2004.

Ini mengkonfirmasi bahwa dibalik derasnya program skala nasional seperti pemberdayaan ekonomi perempuan dan pemberdayaan ekonomi keluarga; program-program ini adalah bagian dari strategi Barat untuk menciptakan pasar bagi produk mereka dan meningkatkan daya beli masyarakat. Program-program ini dijalankan bukan dengan motif yang lurus untuk menghapuskan kemiskinan ataupun untuk membangun kesetaraan bagi kaum perempuan di Indonesia.

Hal ini juga mengkonfirmasi kenapa perjuangan RUU Keadilan dan Kesetaraan Gender di Indonesia merupakan masalah yang sangat vital jika dikaitkan dengan misi partisipasi penuh perempuan. Meski Indonesia sudah memiliki beberapa UU berbasis gender, RUU KKG ini dianggap krusial keberadaannya sebagai umbrella act untuk mengokohkan penerapan CEDAW di Indonesia secara totalitas dan sistemik. Karena efeknya juga berdampak pada kawasan Asia yang lebih luas.

TANTANGAN DAKWAH MUSLIMAH INDONESIA

Arus global pemberdayaan ekonomi perempuan yang diamini oleh Indonesia atas nama kesejahteraan rakyat dan keadilan gender sama sekali tidak diimbangi dengan pencerdasan peran politik perempuan. Peran vital perempuan dalam pembentukan keluarga dan generasi sebuah bangsa, tidak akan pernah mendapat tempat dalam arus besar ini. Karena arus ini digerakkan oleh semangat materialistime dan pragmatisme ala ideologi Kapitalisme. Padahal sejatinya peran politik perempuan dalam pandangan Islam memiliki kontribusi yang sangat besar dalam pembentukan keluarga dan generasi, konstruksi perannya adalah sebagai berikut :
1. Ibu dan pengatur rumah tangga (ummun wa robbatul bayt) mendidik anak-anak mereka dan menguatkan suami mereka dalam mengemban Islam. Perannya ini akan menjaga bangunan institusi keluarga sebagai unit terkecil dari bangunan masyarakat
2. Ibu generasi (ummu ajyal) yang dijalankan oleh kaum Muslimah dalam lingkup yang lebih strategis, berpadu dengan perannya sebagai da’iyah dan pengemban dakwah
Oleh karena itu jika arus partisipasi penuh perempuan ini dibiarkan terus membesar ibarat bola salju, maka hal ini akan semakin menggerus identitas hakiki muslimah secara massal, mengerdilkan mental dan mendangkalkan kesadaran politik muslimah di Indonesia. Lebih jauh lagi dampaknya adalah kerusakan generasi dan runtuhnya bangunan keluarga.

Hal ini adalah tantangan serius bagi pergerakan dakwah muslimah di Indonesia. Pencerdasan politik untuk menghadapi arus ini harus segera dilakukan secara simultan. Apalagi realitas kemiskinan yang masih membelenggu perempuan Indonesia, membuat ambisi dunia Barat semakin menemukan momentumnya. Oleh karena itu diperlukan upaya keras dari pergerakan dakwah Muslimah di Indonesia untuk membangun kesadaran politik yang kokoh pada seluruh perempuan Indonesia, hingga upaya ini mampu menghantarkannya pada kebangkitan Islam yang hakiki, dan membuat perempuan-perempuan Indonesia berpartisipasi penuh dalam kebangkitan Islam yang saat ini tengah bergolak di kawasan Timur Tengah.

Wallahua'lam bishshowab
________________________________________
[1] Laporan Bank Dunia bertajuk, Global Economics Prospect Tengah Tahun Juni lalu telah menempatkan sejumlah negara yang tergabung dalam ASEAN dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi dunia. Negara-negara di ASEAN adalah primadona dunia dalam investasi dan perdagangan global, khususnya oleh negara-negara Barat
[2] Dokumen laporan UNIFEM, Time For Action, Implementing CEDAW in Southeast Asia, 2009



________________________________________________________________

“Sampaikanlah walaupun hanya satu ayat”
Jika ikhwan wa akhwat fiLLAH meyakini adanya kebenaran di dalam tulisan dan fans page ini, serta ingin meraih amal shaleh, maka sampaikanlah kepada saudaramu yang lain. Bagikan (share) tulisan/gambar ini kepada teman-teman facebook yang lain dan mohon bantuannya untuk mengajak teman-teman anda sebanyak mungkin di KOMUNITAS RINDU SYARIAH & KHILAFAH, agar syiar kebaikan dapat LEBIH TERSEBAR LUAS DI BUMI INI....

fans page KOMUNITAS RINDU SYARIAH & KHILAFAH
http://www.facebook.com/SyariahKhilafah

twitter KOMUNITAS RINDU SYARIAH & KHILAFAH
https://twitter.com/spirit4khilafa

PERNYATAAN HIZBUT TAHRIR INDONESIA TENTANG



FILM INNOCENCE OF MUSLIMS
YANG SANGAT MENGHINA NABI MUHAMMAD SAW

Lagi, Rasulullah Muhammad SAW dihina. Kali ini penghinaan itu dilakukan melalui film berjudul “Innocence of Muslims”. Dalam film berdurasi dua jam itu Nabi Muhammad digambarkan sebagai seorang penipu, lelaki hidung belang yang lemah dan gemar melakukan pelecehan seksual terhadap anak (pedofil).

Sam Bacile (56), pembuat film itu,  melibatkan 59 aktor dan 45 orang kru. Menurut AP (12/9), Sam adalah warga California, Amerika Serikat (AS) keturunan Yahudi Israel. Dengan bantuan dari 100 donatur Yahudi, Sam berhasil mengumpulkan dana lima juta dolar AS untuk pembuatan “Innocence of  Muslims”.  Dalam wawancaranya dengan media, Sam menyatakan sengaja membuat film itu. Menurutnya, dengan film ini, kelemahan Islam dapat diekspos ke seluruh dunia.

Ini adalah penghinaan terhadap Rasulullah Muhammad SAW yang dilakukan oleh orang Barat untuk ke sekian kalinya. Penghinaan ini menunjukkan  kebencian mereka terhadap Nabi Muhammad dan Islam.  Selalu saja mereka berdalih, pembuatan dan pemuatan film yang menghina itu  merupakan bagian dari kebebasan berkreasi. Tapi faktanya, ini adalah kebebasan untuk melakukan apapun termasuk mendeskreditkan, menghina, dan melecehkan Islam dan Nabi Muhammad SAW.

Paham kebebasn semacam ini pada faktanya sangatlah subyektif, artinya hanya berlaku untuk mereka. Ketika di Perancis muslimah dilarang mengenakan jilbab, ”kebebasan” yang mereka dengungkan itu tidak lagi terdengar. Mengapa mereka boleh bebas menghina Nabi, sementara muslimah di Perancis tidak boleh bebas berjilbab? Ketika umat Islam lantang menyerukan penerapan syariah Islam sebagai pengganti Kapitalisme yang memang sudah bobrok, mereka menudingnya garis keras dan radikal. Mengapa mereka bebas berekspresi, sedang umat Islam tidak boleh memilih syariah untuk negeri mereka sendiri?

Berkenaan dengan hal itu, Hizbut Tahrir Indonesia mengadakan aksi di Jakarta dan kota-kota lainnya (depan kedubes AS) dan menyatakan:

1.      Mengutuk pembuatan dan penyebarluasan film yang sangat menghina kehormatan Rasulullah SAW itu. Jjuga mengutuk pemerintah AS yang membiarkan begitu saja film ini dibuat dan disebarluaskan kepada khalayak, sebagai perbuatan biadab yang tidak bisa dibiarkan begitu saja. Rasulullah SAW, yang hidupnya dihabiskan untuk menyebarluaskan risalah Islam, menunjuki manusia dari jalan kegelapan menuju jalan terang tauhid, adalah sosok yang mulia, dimana kemuliaannya itu dimuliakan oleh lebih dari 1,5 milyar umat Islam di seluruh dunia. Oleh karena itu, kehormatannya wajib untuk dilindungi dan dibela oleh seluruh umat Islam dengan segala kekuatan.

2.      Menuntut pelaku penghinaan ini dihukum. Bila ia muslim, harus dihukum mati. Bila pelakunya orang kafir dari kalangan Yahudi atau Nasrani, juga harus dihukum mati kecuali mereka bertaubat dan masuk Islam. Demikianlah ketentuan syariah Islam sebagaimana dinyatakan Imam As-Syaukani, Imam Syafi’i dan Imam Hambali. 

3.      Menyerukan kepada seluruh umat Islam untuk bahu-membahu dalam membela kehormatan Nabi Muhammad dan menolak dengan keras setiap paham atau doktrin yang tidak Islami seperti doktrin tentang HAM, sekularisme dan liberalisme serta sungguh-sungguh berjuang menegakkan Khilafah. Karena hanya Khilafahlah yang akan secara nyata menghentikan semua penghinaan itu, serta melindungi kehormatan Islam dan umatnya, sebagaimana pernah ditunjukkan oleh Khalifah Abdul Hamid II terhadap Perancis dan Inggris yang hendak mementaskan drama karya Voltaire, yang menghina Nabi Muhammad saw. Ketegasan sang Khalifah, yang akan mengobarkan jihad melawan Inggeris itulah yang akhirnya menghentikan rencana jahat itu sehingga kehormatan Nabi Muhammad tetapterjaga. 

Hasbunallah wa ni’mal wakiil, ni’mal mawla wa ni’man nashiir.

Jurubicara Hizbut Tahrir Indonesia

Muhammad Ismail Yusanto
Hp: 0811119796 Email: Ismailyusanto@gmail.com
Kantor Pusat Hizbut Tahrir Indonesia
Crown Palace A25.
Jalan Prof. Dr. Soepomo, SH No. 231 Jakarta Selatan 12810
Phone: (021) 8378.7370       Fax: (021) 8378.7372

Website:
www.khilafah.or.id
www.hizbut-tahrir.or.id
info@hizbut-tahrir.or.id

               


Jumat, 14 September 2012

HOT NEWS !


 Jumat, 14/09/2012 10:16 WIB

HTI Jabar Kecam Keras Film Innocence of Muslims

Baban Gandapurnama - detikBandung

Bandung - Film 'Innocence Of Muslims' karya Sam Bacile menuai kecaman keras dari kaum muslim seluruh dunia. Aksi turun ke jalan menolak tegas film tersebut digelar sekitar 200 massa Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Jabar di depan Gedung Sate, Jalan Diponegoro, Kota Bandung, Jumat (14/9/2012).

HTI Jabar geram lantaran film berdurasi dua jam yang melibatkan 59 aktor dan 45 kru itu dinilai menghina Nabi Muhammad SAW. "Siapapun penghina Islam dan Rasulullah Muhammad harus dihukum. Pembuat film itu pantas dihukum mati," tegas Humas HTI Jabar Luthfi Afandi disela-sela aksi demonstrasi.

Kesekian kalinya, sambung Luthfi, Nabi Muhammad dihina dan dilecehkan. Acap kali penghina Islam dan Muhammad berdalih membuat film sebagai bagian kebebasan berkreasi dan berekspresi. "Tapi faktanya, kebebasan itu untuk mendeskreditkan dan melecehkan Islam dan Muhammad," ucapnya.

Lebih lanjut ia menuturkan, film 'Innocence Of Muslims' menggambarkan sosok Muhammad sebagai penipu, lelaki hidung belang dan gemar melakukan pelecehan seksual terhadap anak. Sam Bacile, pembuat film tersebut, merupakan warga California, Amerika Serikat. Sam disebut-sebut keturunan Yahudi Israel.

"Kami mengutuk pembuat dan penyebarluasan film itu. Juga mengutuj pemerintah Amerika yang membiarkan film itu dibuat dan disebarluaskan kepada publik," kata Luthfi.

Aksi damai massa HTI Jabar terdiri dari pria dan wanita ini mendapat pengawalan puluhan aparat kepolisian. Massa membawa poster di antaranya bertulis, 'Blokir Situs Film yang Menghina Islam', 'Hukum Mati Penghina Rasul SAW', 'Penghina Rasul SAW = Real Terorist'.


(bbn/ern)

HTI: Film Innocence of Muslims Lecehkan Umat Islam


TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) menilai film “Innocence of Muslims” adalah penghinaan terhadap Rasulullah Muhammad SAW yang dilakukan oleh orang barat untuk ke sekian kalinya.
"Penghinaan ini menunjukkan kebencian mereka terhadap Nabi Muhammad dan Islam," tegas Juru Bicara Hizbut Tahrir Indonesia, Muhammad Ismail Yusanto, dalam keterangan tertulis di laman HTI, Jumat (14/9/2012).
Menurut Ismail, selalu saja orang-orang Barat itu berdalih, pembuatan dan pemuatan film yang menghina itu merupakan bagian dari kebebasan berkreasi.
"Tapi faktanya, ini adalah kebebasan untuk melakukan apapun termasuk mendeskreditkan, menghina, dan melecehkan Islam dan Nabi Muhammad SAW," ujar Ismail.
Menurutnya, paham kebebasan semacam ini pada faktanya sangatlah subyektif, artinya hanya berlaku untuk mereka. Ketika di Perancis muslimah dilarang mengenakan jilbab, ”kebebasan” yang mereka dengungkan itu tidak lagi terdengar.
"Mengapa mereka boleh bebas menghina Nabi, sementara muslimah di Perancis tidak boleh bebas berjilbab?" ujar Ismail.
Ditegaskan ketika umat Islam lantang menyerukan penerapan syariah Islam sebagai pengganti Kapitalisme yang memang sudah bobrok, mereka menudingnya garis keras dan radikal.
"Mengapa mereka bebas berekspresi, sedang umat Islam tidak boleh memilih syariah untuk negeri mereka sendiri?" ujarnya.
Ismail mengatakan HTI mengutuk pembuatan dan penyebarluasan film yang sangat menghina kehormatan Rasulullah SAW itu.
"Juga mengutuk pemerintah AS yang membiarkan begitu saja film ini dibuat dan disebarluaskan kepada khalayak, sebagai perbuatan biadab yang tidak bisa dibiarkan begitu saja. Rasulullah SAW, yang hidupnya dihabiskan untuk menyebarluaskan risalah Islam, menunjuki manusia dari jalan kegelapan menuju jalan terang tauhid, adalah sosok yang mulia, dimana kemuliaannya itu dimuliakan oleh lebih dari 1,5 milyar umat Islam di seluruh dunia. Karena itu, kehormatannya wajib untuk dilindungi dan dibela oleh seluruh umat Islam dengan segala kekuatan," ujarnya.
Diberitakan sebelumnya film berjudul “Innocence of Muslims” mengundang protes di berbagai belahan dunia. Dalam film berdurasi dua jam itu Nabi Muhammad digambarkan sebagai seorang penipu, lelaki hidung belang yang lemah dan gemar melakukan pelecehan seksual terhadap anak (pedofil).
Sam Bacile (56), pembuat film itu, melibatkan 59 aktor dan 45 orang kru. Menurut AP (12/9), Sam adalah warga California, Amerika Serikat (AS) keturunan Yahudi Israel. Dengan bantuan dari 100 donatur Yahudi, Sam berhasil mengumpulkan dana lima juta dolar AS untuk pembuatan “Innocence of Muslims”. Dalam wawancaranya dengan media, Sam menyatakan sengaja membuat film itu. Menurutnya, dengan film ini, kelemahan Islam dapat diekspos ke seluruh dunia.


Innocence of Muslims Didanai 100 Donatur Yahudi?


TEMPO.CO , New York: Sutradara film Innocence of Muslims Sam Bacile mengaku sebagai warga Israel. Bahkan ia mengklaim didanai donatur dari Israel untuk membuat film yang dianggap mendiskreditkan Nabi Muhammad SAW itu.
Sam mengaku membutuhkan dana US$ 5 juta (Rp 47,9 miliar) untuk membuat Innocence of Muslims. Ia juga mengaku dibiayai 100 orang donatur Yahudi.
Film Innocence of Muslims memicu kemarahan umat muslim di seluruh dunia. Puncaknya adalah protes berdarah yang terjadi di Benghazi, Libya. Duta Besar Amerika Serikat dan tiga pegawainya tewas setelah kantornya diroket pihak pemrotes.
Sam mendadak hilang setelah kerusuhan itu. Di tempat persembunyiannya, ia sempat membeberkan identitasnya kepada sejumlah wartawan. Ia mengatakan bahwa ia adalah seorang pengembang real estate asal Israel. Ia kini berdomisili di California.
Namun klaimnya sebagai pengusaha properti tak dapat dilacak. Pemerintah Israel mengaku tak ada warganya yang bernama Sam Bacile.
Pengakuan Sam juga dibantah Steve Klein dalam wawancara dengan The Atlantic. Ia yang menjadi konsultan film tersebut menyatakan Sam bukan seorang Yahudi. "Saya kenal baik komunitas Yahudi dan umat Kristen Timur Tengah di sini," ujarnya.
Menurut Klein, Sam mungkin seorang warga Mesir. Sebab, film ini turut dipromosikan oleh komunitas Kristen Koptik di Amerika Serikat. Koptik adalah salah satu komunitas Kristen terbesar di Timur Tengah. "Bacile bisa berbahasa Arab dan punya saudara di Mesir," ujarnya.
WASHINGTON POST | ATLANTIC | M. ANDI PERDANA