Assalâmu‘alaikum Wr. Wb.
اَللهُ أَكْبَرُ… اَللهُ أَكْبَرُ… اَللهُ أَكْبَرُ وَ ِللهِ
الْحَمْدُ
اَلْحَمْدُ
لِلّهِ كَثِيْراً, وَاللهُ اَكْبَرُ كَبِيْرًا، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً
اَلْحَمْدُ
للهِ الَّذِي بِنِعْمَتِهِ تَتِمُّ الصَّالِحَاتُ، وَبِفَضْلِهِ تَحْصُلُ الدَّرَجَاتُ،
وَبِكَرَمِهِ تَبْدُلُ الْخَطِيْئَاتُ،
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ تَمَامِ الشَّهْرِ وَكَمَالِ
الْفَضْلِ، بِالْأَمْسِ أَيُّهَا الْمُؤْمِنُوْنَ اِسْتَقْبَلْنَا رَمَضَانَ بِشَوْقٍ،
وَالْيَوْمَ يَفْرَحُ الْمُؤمِنُوْنَ بِعِيْدِ الْفِطْرِ الْمُبَارَكِ، فَالْحَمْدُ
للهِ الَّذِي أَتَمَّ عَلَيْنَا نِعْمَةَ الصِّيَامِ وَالْقِيَامِ
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ الله الْوَاحِدُ الْقَهًّارُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ النَّبِيُّ الْمُخْتَارُ، صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَعَلىَ آلهِ الْمُهَاجِرِيْنَ وَالْأَنْصَار.
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ الله الْوَاحِدُ الْقَهًّارُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ النَّبِيُّ الْمُخْتَارُ، صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَعَلىَ آلهِ الْمُهَاجِرِيْنَ وَالْأَنْصَار.
وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلىَ رَسُوْلِ اللهِ، وَ عَلىَ آلهِ وَ أَصْحَابِهِ،
وَمَنْ دَعَا بِدَعْوَتِهِ، وَالْتَزَمَ بِشَرِيْعَتِهِ، وَ بَذَلَ جُهْدَهُ لِإِقَامَةِ
الْخِلاَفَةِ عَلىَ مِنْهَاجِهِ، وَمَنْ جاَهَدَ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ حَقَّ
جِهاَدِه
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمنُوْا، إِتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقاَتِهِ
وَلاَتَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
قال تعالى:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً
وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ
اَمَّا بَعْدُ
Allâhu akbar 3x wa lillâhilhamd
Kaum Muslimin rahimakumullâh,
Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT, Zat yang
telah memberikan kesempatan kepada kita untuk menikmati keberkahan bulan
Ramadhan yang baru saja berlalu. Gema takbîr, tahlîl, dan tahmîd
yang kita kumandangkan saat ini merupakan wujud kesadaran kita, bahwa kita
adalah kecil dan hanya Dia yang Maha Agung; merupakan bukti ketundukan kita
kepada-Nya, bahwa tidak ada ilâh yang wajib disembah kecuali Dia; dan merupakan
pernyataan syukur kita, bahwa segenap kenikmatan yang kita rasakan hanyalah
berasal dari-Nya. Allâhu Akbar, Allâhu Akbar, Allâhu Akbar, lâ ilâha
illallâhu Allâhu Akbar, Allâhu Akbar wa lillâhilhamdu.
Kaum Muslimin rahimakumullâh,
Allah SWT berfirman:
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى
الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Wahai orang-orang yang beriman, telah diwajibkan atas kalian
berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar
kalian bertakwa” (TQS. al-Baqarah: 183).
Ada pelajaran yang sangat halus dan penting dalam ayat tersebut. Ayat
tersebut menegaskan bahwa yang diseru untuk melaksanakan shaum adalah
orang-orang beriman. Artinya, iman merupakan landasan dalam pelaksanaan shaum
tersebut. Hal senada disabdakan oleh Rasulullah Muhammad SAW:
مَنْ
صاَمَ رَمَضاَنَ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ
ذَنْبِهِ
“Barangsiapa shaum bulan
Ramadhan dengan iman dan semata mengharap ridla Allah maka ia diampuni dosanya
yang telah lewat” (HR. Bukhari dan Muslim).
Sabda Nabi ini menegaskan bahwa keimanan harus dijadikan landasan
dalam menjalankan shaum Ramadhan. Dengan demikian, Ramadhan sejatinya merupakan
momentum untuk mengokohkan keimanan kita semua. Sehingga, seusai Ramadhan, kita
sebagai umat Islam akan memiliki keimanan yang tangguh, dan merasakan betapa
manisnya keimanan tersebut.
Kaum Muslimin rahimakumullâh,
Sayang, sebagian kalangan umat terbaik (khairu ummah) ini
belum merasakan kokoh dan manisnya iman. Buktinya, masih ada di antara umat
Islam yang menolak penerapan syariat Islam sebagai pengatur kehidupan. Masih ada
kaum Muslimin yang menjadikan hukum dan tata nilai buatan manusia seperti
demokrasi, hak asasi manusia, pluralisme, sekularisme, dan kapitalisme sebagai landasan kehidupan. Padahal,
bukankah keimanan kita menyatakan bahwa hanya Allah SWT yang berhak menentukan
hukum, sebagaimana firman-Nya:
أَفَحُكْمَ
الْجَاهِلِيَّةِ يَبْغُونَ وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللَّهِ حُكْمًا لِقَوْمٍ
يُوقِنُونَ
“Apakah hukum jahiliyah yang mereka kehendaki,
dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang
yang yakin?” (TQS.
al-Maidah: 50).
Sungguh mengherankan, bila masih ada di antara umat Islam ini yang masih mencari-cari
dalih untuk menolak hukum al-Quran. Di manakah letak pengakuan mereka bahwa
mereka beriman kepada al-Quran? Mengapa mereka rela menerapkan syariat Islam
dalam shalat, shaum, haji, zakat, dan nikah; namun belum rela menerapkan Islam
dalam masalah hudud, jinayat, perekonomian, pemerintahan, dsb? Padahal,
Allah SWT berfirman:
أَفَتُؤْمِنُونَ
بِبَعْضِ الْكِتَابِ وَتَكْفُرُونَ بِبَعْضٍ فَمَا جَزَاءُ مَنْ يَفْعَلُ ذَلِكَ
مِنْكُمْ إِلَّا خِزْيٌ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ
يُرَدُّونَ إِلَى أَشَدِّ الْعَذَابِ وَمَا اللَّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ
“Apakah kalian beriman
kepada sebagian kitab dan kufur terhadap sebagian. Maka tidak ada balasan bagi
orang yang melakukan hal tersebut di antara kalian kecuali kenestapaan dalam
kehidupan dunia, dan pada hari kiamat mereka akan dikembalikan ke dalam siksa
yang amat pedih. Dan Allah tidak lalai terhadap apa yang kalian lakukan” (TQS.
al-Baqarah: 85).
Kaum Muslimin rahimakumullâh,
Saat ini pemerintah Amerika Serikat berencana membangun kedutaan
besarnya di Jakarta menjadi 10 lantai, dengan luas 3,6 hektar. Gedung sebesar
itu akan dijadikan sebagai markas intelijen dan militer sebagaimana di Irak dan
Pakistan. Namun, pemerintah justru mengizinkan. Dan kebanyakan kaum Muslim diam.
Bukankah ini merupakan jalan bagi orang-orang kafir untuk menguasai kaum
Muslimin? Seharusnya orang-orang beriman tidak boleh melakukan hal itu,
sebagaimana firman-Nya:
وَلَنْ يَجْعَلَ اللَّهُ
لِلْكَافِرِينَ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ سَبِيلًا
“Dan Allah tidak akan pernah memberikan jalan kepada orang-orang
kafir untuk menguasai kaum mukminin” (TQS. an-Nisa: 141).
Menteri Kesehatan membuat program kondomisasi, termasuk di kalangan
remaja. Tindakan ini merupakan legalisasi pelacuran dan seks bebas di kalangan
remaja. Orang-orang beriman tentu akan menolak kondomisasi ini, sebab mereka mengimani
firman Allah SWT yang mengharamkan zina:
وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ
كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا
“Dan janganlah kalian
mendekati zina sesungguhnya zina itu berbuatan keji dan seburuk-buruknya jalan”
(TQS. al-Isra`:32).
Hingga hari ini, kaum musyrik di Myanmar membantai kaum Muslim Rohingya.
Mereka diusir. Mereka terpaksa hidup dalam pengungsian dengan kondisi yang
sangat mengerikan. Namun, para penguasa Muslim tak berbuat apa-apa. Padahal,
orang-orang beriman seharusnya berupaya untuk membantu mereka, sebab mereka
beriman pada firman Allah SWT:
وَإِنِ اسْتَنْصَرُوكُمْ فِي الدِّينِ
فَعَلَيْكُمُ النَّصْرُ
“Jika mereka meminta pertolongan kepadamu dalam (urusan
pembelaan) agama, maka kamu wajib memberikan pertolongan” (TQS.
al-Anfâl: 72).
Demikianlah, kita harus terus mengokohkan keimanan kita. Dengan
keimanan ini, kita akan memiliki kerinduan kepada ampunan dan surga Allah SWT,
takut akan adzab-Nya yang tiada tara pedihnya.
Allâhu Akbar 3x wa lillâhilhamdu
Kaum Muslimin rahimakumullâh,
Rasulullah SAW mengajarkan bahwa keimanan harus dibarengi dengan
keterikatan terhadap hukum syariat Islam. Banyak nash-nash yang mengaitkan iman
dengan keterikatan dengan hukum Islam, dan menghubungkan keimanan dengan amal
shalih. Di antaranya adalah firman Allah SWT:
فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ
حَتَّى يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوا فِي
أَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
“Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakikatnya) tidak beriman
hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan,
kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap keputusan
yang kamu berikan, dan mereka menerima sepenuhnya” (TQS. an-Nisâ: 65).
Ayat itu menegaskan, keimanan harus menyatu dengan penerapan dan
perjuangan menegakkan syariat Islam. Maka, kekokohan iman sejatinya makin
mendorong kita semua untuk terikat dengan syariat Islam dan terus
memperjuangkannya. Dan, syariat Islam tidak akan sempurna dilaksanakan secara kaffah
tanpa adanya khilafah. Karena itu, keimanan kita semestinya makin mendorong kita untuk
terus berjuang menegakkan syariah dan khilafah.
Boleh jadi, ada orang yang menganggap bahwa khilafah itu utopis. Namun,
bagi orang yang beriman tegaknya syariah dan khilafah itu merupakan wujud
keyakinan dan keimanan yang nyata. Khilafah akan mengokohkan agama ini. Khilafah
akan menegakkan tauhid. Bagaimana mungkin khilafah disebut khayalan, padahal
khilafah itu merupakan janji Allah SWT, Zat yang tidak pernah mengingkari
janji.
وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آَمَنُوا مِنْكُمْ
وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ
الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى
لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا يَعْبُدُونَنِي لَا
يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا وَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ
الْفَاسِقُونَ
“Dan
Allah telah berjanji kepada orang-orang beriman di antara kamu dan mengerjakan
amal-amal yang shalih bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa
di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka
berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah
diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka,
sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap
menyembah-Ku dengan tiada menyekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan
barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah
orang-orang yang fasik” (TQS. an-Nûr: 55).
Ayat
ini menegaskan janji Allah SWT akan kembalinya khilafah. Imam Ibnu Katsir
menegaskan dalam tafsirnya makna ayat itu, yakni “Ini merupakan janji dari
Allah SWT kepada Rasulullah SAW bahwa Dia akan menjadikan umatnya para khalifah
di bumi” (Tafsîr al-Qurân al-‘Azhîm, hal. 357).
Allâhu Akbar 3x wa lillâhilhamdu
Kaum Muslimin rahimakumullâh,
Setelah Ramadhan berlalu, saatnya kita makin mengokohkan keimanan
kita. Dengan keimanan, segala keragu-raguan tentang syariat Islam dan khilafah,
yang dilontarkan oleh setan, baik dari kalangan jin dan manusia, insya Allah
tak akan mampu menggoyahkan keimanan kita. Dengan iman pula, kita akan terus
berjuang menegakkan syariah dan khilafah. Kita tidak akan takut kepada siapa pun
selain Allah SWT. Kita tidak takut kehilangan rezeki, karena kita yakin rezeki
itu berasal dari Allah Zat Maha Kaya. Kita tidak akan takut terhadap ancaman
siapa pun, sebab tidak ada siksaan yang pedih selain siksa neraka di
akhirat kelak. Keimanan yang kokoh pun akan menjadikan kita rindu akan surga yang
penuh kenikmatan. Kita pun tidak akan terbuai dengan kesenangan dunia, sebab
dunia ini hanyalah perhiasan yang menipu. Dengan keimanan, kita akan menjadi
orang-orang yang optimis dalam perjuangan. Sebab, kemenangan berupa tegaknya
syariah dan khilafah itu merupakan janji Allah SWT, hanya tinggal menunggu
waktu saja. Tugas kita adalah memperjuangkannya. Untuk itu, marilah kita
bersama-sama mengokohkan iman dan berjuang menegakkan syariah dan khilafah.
Allâhu Akbar 3x wa lillâhilhamdu
Kaum Muslimin rahimakumullâh,
Akhirnya, marilah kita menundukkan kepala, memohon kepada Allah
SWT. Semoga Allah mengabulkan doa kita.
أَللَّهُمَّ
اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ والْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ
اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ
نَسْأَلُكَ
اَللَّهُمَّ اَنْ تَجْعَلَ الْقُرْآنَ الْكَرِيْمَ رَبِيْعَ قُلُوْبِنَا، وَ
نُوْرَ صُدُوْرِنَا، و جَلاَءَ اَحْزَانِنَا، وَذِهَابَ هُمُوْمِنَا و
غُمُوْمِنَا، وقَائِدَنَا وَسَائِقَنَا اِلَى رِضْوَانِكَ، اِلَى رِضْوَانِكَ
وَجَنَّاتِكَ جَنَّاتٍ نَعِيْمٍ.
اَللَّهُمَّ
اجْعَلِ الْقُرْآنَ شَفِيْعَنَا، وَ حُجَّةً لَنَا لاَ حُجَّةً عَلَيْنَا.
أَللَّهُمَّ
اغْفِرْلَنَا وَلِوَالِدَيْنَا وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانَا صِغَارًا،
اَللَّهُمَّ
ارْحَمْ اُمَّةَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ رَحْمَةً عَامَّةً تُنْجِيْهِمْ بِهَا من
النَّارَ وَتُدْخِلُهُمْ بِهَا الْجَنَّةَ
اَللَّهُمَّ اجْعَلْناَ فِي ضَمَانِكَ
وَأَمَانِكَ وَبِرِّكَ وَاِحْسَانِكَ وَاحْرُسْنَا بِعَيْنِكَ الَّتِيْ لاَ
تَناَمُ وَاحْفِظْناَ بِرُكْنِكَ الَّذِيْ لاَ يُرَامُ.
اَللَّهُمَّ
يَا مُنْـزِلَ الْكِتَابِ وَمُهْزِمَ اْلأَحْزَابِ اِهْزِمِ اْليَهُوْدَ
وَاَعْوَانَهُمْ وَصَلِيْبِيِّيْنَ وَاَنْصَارَهُمْ وَرَأْسُمَالِيِّيْنَ
وَاِخْوَانَهُمْ وَاِشْتِرَاكِيِّيْنَ وَشُيُوْعِيِّيْنَ وَاَشْيَاعَهُمْ
اَللَّهُمَّ
إِنَّا نَسْأَلُكَ دَوْلَةَ الْخِلاَفَةِ عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ تُعِزُّ
بِهَا اْلإِسْلاَمَ وَاَهْلَهُ وَتُذِلُّ بِهَا الْكُفْرَ وَاَهْلَهُ، واجْعَلْناَ
مِنَ الْعَامِلِيْنَ الْمُخْلِصِيْنَ ِلإِقَامَتِهَا
رَبَّنَا
آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ
النَّارِ
وَسُبْحَانَ
رَبُّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ
وَالْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، كُلُ عَامٍ وَ أَنْتُمْ بِخَيْرٍ.
Wassalamu ‘alaikum wr.
wb.