INSPIRING QUR'AN :

وَسَارِعُواْ إِلَى مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ

"Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhan-mu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertaqwa" (TQS. Ali-Imran : 133)

Selasa, 25 Januari 2011

GIZI BURUK, ANAK TERLANTAR DAN FENOMENA KEMISKINAN


By Siti Nafidah Anshory

Tak banyak yang tahu, bahwa tanggal 25 Januari merupakan Hari Gizi Nasional. Tak ada seremonial khusus yang digelar, selain beberapa acara yang digelar secara terbatas oleh ormas maupun LSM tertentu dan nyaris tanpa sorotan media.

Tentu saja, minimnya perhatian masyarakat termasuk pemerintah terhadap momen penting ini tak seminim persoalan-persoalan gizi buruk yang ril terjadi di tengah masyarakat. Bahkan tak bisa ditutup-tutupi, jika persoalan gizi buruk hingga kini masih menjadi salah satu PR besar bagi bangsa Indonesia, tak terkecuali di Jawa Barat.

Badan PBB untuk urusan pangan atau United Nation World Food Programme (WFP) mencatat, pada tahun 2009 lalu masih terdapat sekitar 13 juta anak Indonesia yang mengalami kekurangan gizi dan masih menjadi raport merah pencapaian target MDGs 2010. Sementara di Jawa Barat, di tahun yang sama Dinkes Provinsi Jabar mencatat, dari 3.536.981 anak balita yang ditimbang melalui kegiatan posyandu, 380.673 orang di antaranya (10,8%) termasuk dalam kategori gizi kurang, dan 38.760 anak di antaranya (1,01%) divonis menderita gizi buruk.

Memang agak sulit untuk memperoleh data aktual dan valid tentang kasus-kasus tersebut. Namun data yang ada ditengarai hanya menggambarkan fenomena gunung es. Bisa dipastikan kasus-kasus yang terjadi sebenarnya jauh melampaui yang tertulis di atas kertas. Setidaknya, banyaknya kasus pengidap gizi buruk di berbagai daaerah yang terekam oleh media menunjukkan hal tersebut.

Tentu saja, kasus gizi buruk bukanlah satu-satunya persoalan yang wajib diwaspadai dan harus menjadi perhatian kita bersama. Ada banyak daftar persoalan yang juga menuntut perhatian karena menyangkut nasib bangsa ke depan. Persoalan anak terlantar –termasuk anak jalanan—juga tak kalah fenomenal, terutama setelah banyak kasus seputar rentannya kehidupan mereka terblow up ke permukaan, seperti kasus pencabulan, merebaknya seks bebas, aborsi dan AIDS, bahkan kasus-kasus penculikan anak dan pembunuhan yang mengancam kehidupan mereka. Secara kuantitatif, jumlahnya terus meningkat setiap tahun. Data Komisi Nasional Perlindungan Anak (KOMNAS PA) dari Departemen Sosial tahun 2009 misalnya menyebutkan, jumlah anak telantar di Indonesia mencapai 3,4 juta anak. Satu tahun berikutnya (2010) bertambah 2 juta anak menjadi 5,4 juta dan hampir 10%nya ada di Jawa Barat.

Masalahnya, persoalan ini ternyata berjalin berkelindan dengan tingkat kesejahteraan masyarakat yang memang belum bisa dikatakan baik dan merata. Hingga akhir tahun 2009 , dengan standar penghasilan per kapita rata-rata sebesar US $ 1,55 per hari sebagai pembatas miskin-tidak miskin (versi BPS), tercatat masih ada sekitar 14,1 % penduduk Indonesia yang hidup di bawah garis kemiskinan. Angka ini –meski memunculkan kontroversi—sempat diklaim terus menurun oleh pemerintah di tahun 2010 hingga menjadi 13,4 %. Sedangkan di Jawa Barat, hingga akhir Juli 2009 masih terdapat sekitar 11,96 persen dari 42 juta jiwa yang terkatagori miskin dengan tingkat daya beli yang rendah. Bayangkan jika standar penghasilannya dinaikkan agar terlihat lebih ‘layak’.

Dari sisi kualitas, derajat kemiskinan yang dialami masyarakatpun sudah sangat mengenaskan an tentu berdampak pada kasus-kasus lain semisal gizi buruk dan anak terlantar. Terus melambungnya harga-harga pangan dan bahan bakar telah memaksa keluarga-keluarga miskin berdaya beli sangat rendah bertahan dengan cara apapun yang mereka bisa. Alih-alih berpikir tentang kecukupan gizi, yang penting ada yang bisa mengganjal perut mereka. Ada yang menyelingi kosumsi beras dengan tiwul atau nasi aking, ada yang meminta sisa-sisa nasi atau kerak nasi dari tetangga, atau benar-benar bertahan hanya dengan mengkonsumsi tiwul atau nasi aking saja. Kasus 6 orang anggota keluarga yang meninggal gara-gara makan nasi tiwul di Jawa Tengah kemarin cukup untuk menunjukkan seberapa mengenaskan potret kemiskinan yang terjadi di negeri kita.

Benar bahwa kemiskinan bukanlah akar masalahnya. Namun demikian, kemiskinan inilah yang ditengarai menjadi kontributor utama merebaknya kasus-kasus di atas. Dimana karena miskin, masyarakat tak bisa memenuhi hak mereka dan anak-anak mereka untuk mendapatkan jaminan ketersediaan pangan, papan, kesehatan dan pendidikan yang berkualitas sebagai bekal membangun masa depan mereka. Alih-alih berkontribusi dalam membangun peradaban bangsa, bertahan hidup pun betul-betul butuh perjuangan.
Ironisnya, kondisi seperti ini tak seharusnya terjadi di negeri berlimpah kekayaan alam ini. Terlebih secara kultur, rakyat Indonesia sesungguhnya bukanlah manusia-manusia malas yang tak mau bekerja dan berusaha mencari penghidupan yang layak. Tengoklah pekerjaan informal yang tiba-tiba bermunculan di tengah krisis dan diklaim pemerintah sebagai indicator menurunnya angka pengangguran yang padahal tak ada kaitannya dengan hasil kerja mereka. Gelas plastic bekas yang tiba-tiba disulap menjadi mainan anak-anak, pedagang jajanan murahan yang makin banyak, pengamen dan pemulung, bahkan para pengemis yang kian memenuhi jalan hingga ke desa-desa. Semua itu menunjukkan daya juang yang tetap dimiliki bangsa ini di tengah kesulitan hidup yang mencekik mereka.

Persoalannya adalah, bangsa ini tak seharusnya miskin, dan anak-anak merekapun tak selayaknya kehilangan masa depan, jika saja kekayaan yang melimpah ruah diurus dengan benar demi kesejahteraan mereka dan pemerintah pun menerapkan kebijakan yang membela kepentingan rakyatnya, bukan malah menerapkan kebijakan neolib yang memihak kapitalis asing dan kapitalis pribumi yang rakus dan hobi merampok harta rakyat mereka. Tengok saja, keberadaan UU Migas, UU SDA, UU Kelistrikan, UU Penanaman Modal yang keseluruhannya mengandung semangat liberalisasi dan privatisasi ala kapitalisme neoliberalisme, justru menjadi jalan bagi asing dan segelintir kapitalis negeri ini untuk menguasai asset-aset strategis milik rakyat. Tak heran jika nyaris 90 % ladang minyak kita dikuasi perusahaan asing, semetara rakyat harus antri minyak dan listrik milik mereka sendiri dan membelinya dengan harga mahal. Ladang emaspun dikuras habis; tiap hari sejak tahun 1969 tak kurang dari 102 kg emas di diproduksi perusahaan tambang Freeport, sementara di pihak lain, rakyat Indonesia khususnya Papua banyak yang mati kelaparan dan mewarisi kerusakan lingkungan yang sangat parah. Tak cukup dengan itu, kebijakan anti subsidi dan liberalisasi komoditas panganpun membuat rakyat termasuk para petani tak bisa meningkatkan taraf hidupnya selain tetap bertahan agar tak jatuh lebih miskin lagi.

Tentu saja kondisi ini tak bisa dibiarkan berlangsung lebih lama lagi. Perselingkuhan penguasa dengan para pemilik modal besar dan pihak asing harus segera diakhiri. Berbagai kesepakatan, undang-undang dan kebijakan lain yang nyata-nyata telah merugikan rakyat banyak dan anti penyelamatan generasi harus segera dicabut. Dan ini hanya mungkin dilakukan jika ada perubahan paradigmatik dalam seluruh aspek kehidupan berbangsa dan bernegara.

Senyatanya Indonesia, bukan hanya butuh orang yang baik dan jujur, tapi juga sistem yang benar. Dan Islam menawarkan itu, yakni sistem yang tegak diatas asas yang benar yang lahir dari kesadaran tentang hakekat penciptaan dan pasti akan melahirkan sistem hidup yang benar yang sesuai tujuan penciptaan (fitrah) itu. Sistem yang ada selama ini diterapkan–yakni sistem kapitalisme liberalisme yang tegak di atas asas sekularisme—memang tak sesuai fitrah manusia, karena di buat dan diciptakan oleh akal manusia yang lemah dan terbatas. Sistem ini justru disetting untuk menumbuh suburkan kedzaliman; yang meniscayakan orang-orang baik dan benar terwarnai sistem rusak atau justru tersingkir ke pinggiran.

Karenanya berharap Indonesia berubah tidak mungkin jika tanpa perubahan sistem; ibarat pohon busuk, ganti mulai akar hingga ke daun. Dan cara ini bisa ditempuh melalui revolusi sosial yang lahir dari kesadaran berpikir ideologis dan dilakukan tanpa kekerasan. Dan dengan cara ini, mimpi menyelamatkan generasi akan bisa diwujudkan.[]

Minggu, 23 Januari 2011

MUHASSABAH LIL HUKAAM :


Rangkaian Aksi Masirah HTI
Mengingatkan Kewajiban & Urgensi Penegakkan Syari'ah
Melalui Sistem Khilafah


Minggu, 23/01/2011 10:32 WIB
detiknews.com, Dede Rosyadi
Kritik Pemerintah, Ribuan Massa HTI Gelar Aksi Damai Depan Istana Negara

Jakarta - Sekitar 3 ribu orang anggota Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) melakukan aksi damai di depan Istana Negara. Mereka mengkritik pemerintah yang dianggap gagal dalam bekerja.

Pantauan detikcom, Minggu (23/1/2011), massa yang telah berkumpul sejak pukul 09.00 WIB di depan pintu Monas. Mereka lalu melakukan long march menuju Istana Negara di Jl Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat.

"Kami menuntut pemerintah untuk mengganti sistem kepemerintahan kapitalis menjadi syariat Islam," kata Norman, salah satu massa HTI yang ikut dalam aksi.

Mereka juga menuding negara gagal memberantas korupsi, mafia pajak. Pemerintah juga gagal meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Dari ribuan massa tersebut, kebanyakan peserta adalah perempuan dan ibu-ibu yang membawa serta anaknya berunjuk rasa. Para massa perempuan menggunakan baju hitam dan kerudung putih sementara para prianya menggunakan baju hitam dan peci. Beberapa di antaranya membawa bendera HTI dan poster.

Aksi damai yang dilakukan HTI tidak membuat macet jalanan. Hanya saja puluhan pengguna sepeda yang ingin masuk ke Monas sempat berhenti karena menunggu massa yang masih memenuhi area depan Monas.

Terlihat pula banyak pedagang keliling yang berjualan di sekitar lokasi aksi. Sebanyak 30 aparat polisi diturunkan untuk berjaga-jaga dalam aksi tersebut. Aksi damai yang dipimpin oleh Ustadz Agus ini rencananya akan berakhir pukul 12.00 WIB. (feb/fay)

---------
vivanews.com
5.000 Aktivis Hizbut Tahrir Demo Istana
Massa Hizbut Tahrir menggelar aksi damai di depan Istana Presiden.

Minggu, 23 Januari 2011, 12:34 WIB
Ismoko Widjaya, Ajeng Mustika Triyanti

VIVAnews - Sekitar 5.000 orang dari Hizbut Tahrir Indonesia menggelar unjuk rasa damai di depan Istana Presiden. Massa Hizbut Tahrir menyatakan bahwa negara gagal menyejahterakan rakyat.

"Aksi ini juga dilakukan di daerah lain juga. Kemarin Makassar, besok Banjarmasin," kata Ketua DPP Hizbut Tahrir Indonesia, Rohmat S Labib, kepada VIVAnews.com di Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta, Minggu 23 Januari 2011.

Aksi yang diawali dengan long march dari patung kuda menuju Istana ini berasal dari massa berbagai daerah, terutama kawasan Jabodetabek.

Aksi ini adalah bentuk seruan kepada pemerintah, tokoh dan semua lapisan masyarakatdan bahwa negara ini dinilai juga gagal memberantas korupsi dan mafia hukum. "Dan yang paling penting adalah gagal mendapatkan ridho Allah," kata Rohmat.

Dalam aksinya, massa membentangkan spanduk bertuliskan "Negara Gagal Sejahterakan Rakyat", "Selamatkan dengan Khilafah", "Negara Gagal Berantas Mafia Hukum".

Menurut Rohmat, kegagalan itu disebabkan beberapa hal. Antara lain, kapitalisme, liberalisme, dan demokrasi. "Tinggalkan semua sistem yang melibatkan kegagalan itu," tegas Rohmat. Pada setiap aksinya, Hizbut Tahrir kerap mempromosikan sistem khilafah Islam, sebagai solusi aternatif bagi Indonesia dan dunia.

Aksi berlangsung di jantung Jakarta itu diisi dengan orasi, aksi teatrikal, dan nasyid. Karena libur akhir pekan, situasi lalu lintas di seputar rute aksi lebih lengang dari hari biasa.
• VIVAnews

-----------

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA - Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) kembali mengkritisi kinerja Pemerintah dengan menggelar aksi demo di depan Istana Negara, Ahad (23/1).

"Kami sangat prihatin terhadap kinerja Pemerintah yang cenderung gagal menjalankan fungsi-fungsi dasarnya," kata juru bicara HTI Muhammad Ismail Yusanto.

Ia mengemukakan, pemerintah telah gagal menjalankan fungsi dasarnya untuk mensejahterakan rakyat, melakukan penegakan hukum, menjaga aset kekayaan negara dan lainnya. "Masih banyak masyarakat Indonesia yang berada di garis kemiskinan, meski angkanya menunjukkan penurunan," ujarnya.

Tak hanya itu, lanjut Muhammad, Pemerintah juga gagal melakukan penegakan hukum. "Bagaimana bisa ada 148 kepala daerah yang terindikasi korup, belum lagi keterlibatan aparat hukum yang juga korup," tuturnya.
"Kasus korupsi melahirkan korupsi baru melalui mafia hukum, yang bisa mengatur kepolisian, kejaksaan, kehakiman, dan pengacara," tutur Muhammad.

Negara juga gagal melindungi moralitas rakyat. "Banyak survei yang menggambarkan pelajar dan mahasiswa yang melakukan hubungan pranikah," kata Muhammad menambahkan.

Ia menggambarkan, 51 persen pelajar di Jabodetabek terlibat seks bebas, begitu pun di Bandung (52 persen), Surabaya (54 persen), dan Medan (52 persen). ''Pemerintah gagal pula melindungi kekayaan rakyat berupa minyak dan gas, barang tambang, maupun lainnya yang lebih banyak dikuasai pihak asing,'' ucapnya.

Aksi unjuk rasa itu diikuti sekitar 8.000 orang HTI dari Jabodetabek. Mereka datang dengan menggunakan kendaraan pribadi dan angkutan umum. Unjuk rasa juga diikuti kaum ibu yang membawa bayi dan balita. Demo diisi dengan orasi menggunakan dua mobil bak terbuka lengkap dengan perangkat sound system. Para pengunjuk rasa juga membentangkan spanduk dan pamflet.
Red: Didi Purwadi
Sumber: Antara

------------
moitorindonesia.com
Ribuan Massa HTI Menuntut Ganti Kapitalisme dengan Syari’at Islam

Sunday, January 23, 2011, 15:47

Lagi, ribuan anggota Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) turun ke jalan, mengkritik pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono. Mereka mengatakan pemerintahan neoliberalisme ini gagal menjalankan tugas-tugas negara. Bahkan sengaja menumpuk dan tidak menyelesaikan kasus-kasus mafia hukum yang belakangan ini memuakkan masyarakat.

“PEMERINTAH gagal mengemban tugas-tugasnya. Kebijakan ekonomi neoliberalisme menjadi penyebab kompleksnya masalah bangsa. Karena itu, pemerintah harus mengganti sistim kapitalis menjadi pemerintahan yang menerapkan syari’at Islam,” kata Norman, salah satu massa aksi damai HTI di Jakarta, Minggu (23/01)

Meski pun diikuti ribuan massa, aksi HTI ini merupakan aksi damai yang digelar di depan Istana. Massa berkumpul sejak pukul 09.00 WIB di depan pintu Monas. Kemudian mereka melakukan long march menuju Istana Negara di Jl Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat.

Dalam pentauan Monitorindonesia.com, tak seorang pun yang terlihat melakukan tindakan anarkis dalam aksi ini. Aksi HTI ini juga tidak membuat kemacetan jalan. Hanya saja puluhan pengguna sepeda yang ingin masuk ke Monas sempat berhenti, karena menunggu massa aksi yang masih memenuhi area depan Monas.

Dari ribuan massa HTI tersebut, kebanyakan peserta adalah perempuan dan ibu-ibu yang membawa serta anaknya berunjuk rasa. Para massa perempuan menggunakan baju hitam dan kerudung putih, sementara para prianya menggunakan baju hitam dan peci.

Beberapa di antara massa aksi membawa bendera HTI dan poster. Selain massa aksi, yang terlihat di sekitar lokasi aksi adalah banyaknya pedagang keliling yang berjualan.

Sementara itu, pihak kepolisain yang ditururunkan sekitar tiga puluan aparat untuk menjaga tindakan yang tidak diinginkan. Aksi damai yang dipimpin oleh Ustadz Agus ini rencananya akan berakhir pukul 12.00 WIB menuding negara gagal memberantas korupsi, mafia pajak. Pemerintah juga gagal meningkatkan kesejahteraan rakyat.

■ Hurri Rauf

UMMAHAT : Aisyah bin Abu Bakar Shiddiq ra.


Aisyah ra adalah anak dari Abubakar Shiddiq, dari pernikahannya dengan Ummu Ruman binti Amir bin Uwaimir Al Kinaniyah. Di rumah yang dinaungi dengan kebenaran, kejujuran dan iman inilah Aisyah dilahirkan, tepatnya di Mekkah, 7 tahun sebelum hijrah. Ia termasuk orang yang dilahirkan semasa Islam. Dari keluarga yang baik inilah, Allah menempatkan Aisyah sebagai individu yang baik pula, hingga akhirnya memiliki kedudukan yang besar di antara perempuan Islam.

Aisyah diberi julukan Ash – Shiddiqah binti Ash Shiddiq (Perempuan yang sangat jujur putrid dari orang yang sangat jujur). Ia dipilih oleh Allah sebagai istri Nabi Muhammad sa. Diriwayatkan dari Aisyah ra, ia berkata bahwa Rasulullah saw bersabda : “Saya bermimpi bermimpi melihatmu dua kali atau tiga kali, malaikat datang membawamu pada sehelai kain sutera, lalu malaikat itu berkata kepadaku : Ini adalah istrimu. Maka saya membuka kain penutup mukamu dan ternyata engkaulah orangnya. Maka saya berkata : Kalau hal ini dari Allah, maka Dia pasti akan meluluskannya (HR Bukhari dan Muslim). Terhimpun dalam dirinya ilmu dan keutamaan, yang menjadikan dirinya sebagai sosok yang harum dalam perasaan, karena ia telah meninggalkan jejak yang diberkahi di dunia ini.

Berkaitan dengan ketinggian ilmunya, para shahabat dan tabi’in mengomentarinya, Abu Salamah bin Abdurrahman mengatakan, “Aku tidak mengetahui seorangpun yang lebih mengerti tentang sunnah Rasul yang lebih mengena pendapatnya, lebih tahu tentang ayat Al-Qur’an yang turun, serta lebih mengerti tentang hal-hal fardhu, selain Aisyah.” Ibnu Abdil Bar mengatakan, “Aisyah memiliki pengetahuan yang tinggi dalam bidang tafsir, hadits, fiqh juga dalam bidang pengobatan, syair dan silsilah”.
Abu Bard bin Abu Musa mengisahkan dari ayahnya, “Kami para sahabat Rasul tidaklah menghadapi suatu kesulitan lantas kami tanyakan kepada Aisyah, melainkan kami mendapatkan penyelesaian yang baik darinya.”

“Aku melihat guru-guru para shahabat besar bertanya kepada Aisyah tentang faraidh.” Shahabat Urwah bin Zubair berkata, “Aku tidak pernah mengetahui seorangpun yang lebih mengerti tentang Al-Qur’an dan ketentuan-ketentuannya, tentang halal haram, tentang syair, tentang pembicaraan dan nasab bangsa Arab selain Aisyah,” Abu Umar berkata, “Pada zamannya tidak ada seorangpun yang menandingi Aisyah dalam bidang ilmu fiqh, ilmu pengetahuan dan ilmu syair.”

Demikianlah Aisyah, perempuan yang paling mendalam ilmunya, sampai-sampai Umar bin Khaththab dan Utsman bin Affan pun biasa mengirim utusan kepadanya untuk menanyakan As-Sunnah. Suatu hal yang tidak dapat disangsikan lagi, karena Ash-Shiddiqah tumbuh di rumah Ash-Shiddiq, lalu hidup di rumah nubuwwah, menciduk dari sumber nabawiy yang murni, terlibat secara langsung dalam sebab-sebab turunnya Al-Qur’an. Cukuplah baginya bahwa rumahnya sebagai tempat turunnya wahyu. Sehingga tidak mengherankan jika dia merupakan perempuan yang paling mendalam ilmunya. Karena itulah ilmu dan keutamaannya menyebar ke seluruh pelosok negeri, melebihi orang lain dalam berbagai macam hal yang wajib dan sunnah.

Aisyah juga merupakan perowi hadits yang handal. Ia termasuk salah satu dari tujuh orang yang paling banyak meriwayatkan hadits dari Nabi saw, bahkan menerima hadits langsung dari Rasulullah. Aisyah juga memiliki kelebihan dalam menukil sunnah nubuwwah yang berupa perbuatan, lalu ia mengajarkan kepada kaum muslimin lainnya. Ia meriwayatkan hadits dari Rasulullah sebanyak 2210 hadits, yang terdapat dalam shahih Bukhari-Muslim sebanyak 297 hadits, yang disepakati oleh Imam Bukhari-Muslim sebanyak 174 hadits, sedang yang diriwayatkan Bukhari sendiri sebanyak 54 hadits dan Muslim sendiri 69 hadits.

Aisyah, ummul mukminin menjadi teladan dalam zuhud, kemurahan hati dan kedermawanan. Ia mencapai derajat zuhud yang tinggi karena ia lebih sering berpaling dari dunia dan menghadap kepada Allah untuk melaksanakan ibadah. Hampir tidak ada harta yang ada di tangannya walau hanya beberapa saat, melainkan dia menyalurkannya kepada orang-orang miskin. Di antara gambaran kedermawanannya, sampai-sampai dia pernah membagi-bagikan seratus ribu dirham hanya dalam satu hari, yang pada hari itu dia berpuasa tanpa menyisakan satu dirham pun di dalam rumahnya.
Dalam hal ibadahpun tidak ada yang meragukan, bahwa Aisyah orang yang paling dekat dengan Rasulullah, sehingga ibadahnya dianggap sebagai gambaran sederhana dari ibadah beliau. Aisyah banyak mendirikan shalat sunnah, terutama shalat malam.

Tentang puasanya, maka ia senantiasa berpuasa ad-dahr (sehari puasa sehari tidak, seperti puasa Dawud). Aisyah adalah orang yang tidak pernah berdiam diri ketika ada shahabat yang salah dalam memahami Al-Qur’an dan sunnah atau melanggar hukum syariat. Diriwayatkan dari ubaidillah bin Umair, ia berkata : Terdengar oleh Aisyah bahwa Abdullah bin Amr memerintahkan para perempuan untuk membuka sanggulnya ketika mandi besar. Maka Aisyah berkata : “Alangkah mengherankan Ibnu Amr ini, ia perintahkan para perempuan agar membuka sanggulnya ketika mandi, mengapa tidak mencukur rambutnya sekalian ? Sungguh saya pernah mandi bersama Rasulullah saw dari satu bak dan saya tidak lebih hanya menyiram kepalaku tiga kali (HR Muslim). Ia pun pernah menghadapi perempuan-perempuan Himsh sambil berkata, “Barangkali kalian termasuk perempuan-perempuan pemandian umum. Aku pernah mendengar Rasulullah bersabda, “Siapapun perempuan yang melepas pakaian di luar rumah suami, berarti dia telah merusak tabir antara dirinya dengan Allah,” (HR Ahmad, Abu Dawud dan Ibnu Majah). Ketika Aisyah melihat perubahan mode pakaian dari sebagian perempuan sepeninggal Rasulullah, ia mengingkarinya seraya berkata, “Seandainya Rasulullah melihat apa yang dilakukan perempuan sekarang, niscaya beliau akan melarang mereka pergi ke masjid sebagaimana perempuan-perempuan Bani Israil dahulu.”

Aisyah juga merupakan salah seorang perempuan yang tangguh dalam berjihad. Sewaktu perang Uhud, ia ikut mengangkuti air di pundaknya bagi para mujahidin, padahal usianya masih sangat muda, kurang lebih sebelas tahun. Anas bin Malik meriwayatkan, “Aku melihat Aisyah binti Abubakar dan Ummu Sulaim, keduanya menyingsingkan ujung pakaiannya. Keduanya mengangkuti geriba air di atas pundak lalu memberi minum orang-orang yang terluka. Kemudian keduanya kembali dan memenuhi geriba itu, lalu memberi minum mereka.” (Muttafaq alaih). Demikian pula ketika perang Khandak, Aisyah terjun langsung dalam perang tersebut bergabung dengan para shahabat, dimana pada waktu itu Aisyah maju mendekati front mujahidin paling depan.

Riwayat hidup Aisyah merupakan cermin bagi para pemudi, yang dari perjalanan hidup itu mereka dapat mengetahui bagaimana ia memiliki kepribadian kuat tanpa harus merendahkan diri. Mereka akan mengetahui pula bagaimana ia menjaga kebagusan lahiriah, tetapi penuh ketundukan dan kesederhanaan. Bagaimana ia memahami dan mendalami agama sehingga menjadi sumber argumentasi. Bagaimana ia memahami kata-kata agama ke dalam amalan-amalan nyata. Bagaimana ia memberikan buah pikiran dan material demi menegakan agama Allah. Bagaimana ia menata kehidupan suami istri hingga dapat membangkitkan semangat suami, yang dengan semangat ilmunya berupaya meraih kejayaan.

Aisyah telah memberikan teladan yang sangat banyak. Ia menjadi rujukan dalam menyelesaikan berbagai keputusan dan masalah agama. Ketajaman pemikiran, keluhuran akhlak, dan kelemah lembutan sikapnya terhadap Rasulullah telah menjadikan dirinya sangat terpercaya dalam bidang hadits syarif. Ia tidak pernah ragu-ragu memberi pelayanan kepada orang-orang yang berperang dan membantu memenuhi keperluan mereka. Kelemahlembutannya dan kebaikannya terhadap orang lain menyebabkan ia mampu mengalahkan kepentingan pribadi demi kepentingan orang lain. Ia juga tidak rela orang lain melakukan suatu perbuatan yang melanggar syariat Allah, karenanya ia senantiasa mengoreksi dan mengingatkan para shahabat dan senantiasa meluruskan jika terdapat pemahaman yang salah terhadap ayat-ayat Al-Qur’an ataupun hadits Rasulullah.

(Sumber : Buku Revisi Politik Perempuan)

Sabtu, 15 Januari 2011

MENJADI IBU ADALAH HADIAH TERBAIK



By Siti Nafidah Anshory

Ukhti …..
Banyak yang tak menyadari, bahwa seorang ibu bisa berarti banyak buat sebuah bangsa.
Seorang Ibu, tak hanya ‘bertugas’ melahirkan anak dan membesarkannya saja,
Namun di tangannya, generasi terbaik masa depan disiapkan..
Tak ada guru & sekolah yang mampu menggantikan posisi seorang ibu, seunggul dan sehebat apapun…
Karena seorang Ibu adalah guru dan sekolah sejati bagi anaknya ..
Betapa tidak?
Bukankah setiap fase perjalanan hidup seorang ibu hakekatnya adalah pelajaran terbaik bagi anaknya?
Mari kita lihat dan renungkan ….
Saat ibu shabar menjalani masa mengandung,
sesungguhnya saat itu dia sedang mengajarkan keshabaran pada anaknya.
Saat Ibu berusaha menjaga ketaatan dan memelihara daya juang di masa2 sulit itu,
sejatinya dia sedang tanamkan sikap taat dan smangat berkorban.
Saat ibu menidurkan anak di buaian & ridha menyusuinya hingga sempurna 2 tahun ke depan, sepanjang masa itulah dia ukir rasa aman dan kasih sayang.
Saat ibu shabar melatih berjalan, saat itu dia tanamkan daya juang menghadapi keadaan.
Saat ibu menangani perselisihan, disitulah dia ajarkan nilai keadilan, kejujuran, keterbukaan, empati dan tanggungjawab pada lingkungan dan umat.
Dan lebih dari itu Ukhti ….,
Tauladan ibu dalam keshalehan --termasuk hamasahnya dalam dakwah dan perjuangan Islam--
sesungguhnya merupakan pelajaran terbaik yang membuat anak paham hakekat dirinya, siapa Pencipta Yang Berhak ditaatinya serta misi apa yang diemban sepanjang hidupnya

Bukankah bisa dibayangkan, Ukhti
Jika para Ibu menyadari besarnya arti keberadaan dirinya?
Tentulah pada umat ini akan lahir sosok2 pemimpin yang bermental kuat, berdaya juang, dan memiliki segala sifat baik yang diperlukan sebagai seorang pemimpin,
Dan jika para Ibu mengerti misi besar yang diembannya,
tentu sebaliknya,
tak kan lahir para pemimpin bermental lemah, inferior, bengis dan tak bertanggungjawab terhadap rakyat seperti yang terjadi di masa penuh fitnah ini.

Jika demikian halnya Ukhti,
Hingga kapan kita abai atas hadiah terbaik dari Allah ini?
-- MENJADI SEORANG IBU --

Jumat, 14 Januari 2011

UMMAHAT : Khadijah binti Khuwailid ra., sosok wanita sempurna


Beliau adalah salah satu istri Rasulullah saw dan termasuk ke dalam orang-orang yang pertama masuk ke dalam Islam,; Wanita pertama yang membenarkan dan memeluk risalah yang dibawa oleh Rasulullah saw untuk seluruh umat manusia. Hidupnya dihiasi dengan kebajikan serta jiwanya mencerminkan ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya.

Rasulullah saw pernah bersabda tentang istri yang sangat dicintainya ini : “Khadijah beriman kepadaku ketika orang-orang mengingkariku. Ia membenarkan ajaranku ketika orang-orang mendustakan. Dan ia adalah perempuan yang selalu membantu perjuanganku dengan harta kekayaan ketika orang-orang tiada mempedulikan." (HR Ahmad)

Khadijah lahir dari keluarga Bani Hasyim dari kalangan keluarga yang mulia, jujur dan pemimpin. Besar dikalangan keluarga mulia, terdidik dengan akhlak yang terpuji, teguh dan cerdik. Kaumnya memberikan julukan baginya Al-Thahirah yang berarti ‘Yang Suci’ karena sangat baik akhlaknya dan sopan santunnya, seakan-akan tanpa cacat.

Beliau juga dikenal sebagai perempuan cerdas dan piawai dalam bidang perdagangan, sukses dalam menjalankan roda-roda usahanya dan sanggup membiayai hampir seluruh dakwah Rasulullah saw. Sekalipun demikian beliau tetap rendah hati, berakhlak mulia dan menjaga kesuciannya. Beliau juga tetap menjadi ibu yang baik bagi anak-anaknya, serta tetap menghormati dan mentaati Rasulullah saw sebagai suaminya meski usianya lebih tua 15 tahun dari Rasulullah. Dari ibu yang mulia inilah lahir anak perempuan yang mulia pula Fathimah Az-Zahra.

Sebagai istri tak ada satupun orang yang mencela Kahdijah, bahkan justru pujian yang datang untuknya. Khadijah mendampingi Rasulullah saw hampir seperempat abad lamanya. Hidupnya dilalui dengan penuh kesetiaan dan kebajikan. Dan sebagaimana yang seharusnya dilakukan oleh seorang istri kepada suaminya, beliaupun mendampingi Rasulullah dalam suka dan duka.

Ibnu Ishaq menyebutkan dalam Al-Siyar wal Maghazy ; Khadijah adalah orang yang pertama kali beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, membenarkan apa yang beliau sampaikan, sehingga dengan begitu Allah meringankan beban dari Rasulullah saw. Rasulullah tidak pernah mendapat hal-hal yang tidak disukai dari ucapan-ucapan Khadijah, baik penolakan terhadap beliau atau pendustaan yang membuat Rasulullah bersedih hati, bahkan justru Allah memberikan jalan keluar melalui Khadijah, dimana jika Rasulullah kembali kepada Khadijah, maka ia akan menegaskan hati Rasulullah dan meringankan bebannya.

Khadijah tahu betul bahwa Muhammad saw adalah utusan Allah, Nabiyullah, laki-laki pilihan yang diturunkan oleh Allah swt untuk seluruh umat manusia, sebagai pemberi peringatan dan kabar gembira untuk seluruh umat. Khadijahlah orang yang senantiasa berperan dalam menenangkan ketakutan Rasulullah saw ketika wahyu turun kepada beliau. Ketika turun wahyu yang pertama, yaitu QS Al-Alaq 1-5, Rasulullah pulang dari tepatnya bertahanuts (menyendiri dan beribadah) di gua Hiro dalam keadaan terguncang gemetaran. Lalu Khadijah menyelimuti Rasulullah, hingga ketakutan beliau mereda. Beliau Saw bersabda kepada Khadijah , “Aku takut atas diriku.” Lalu Khadijah berkata : “Sama sekali tidak. Demi Allah, Allah tidak akan menelantarkan engkau, karena engkau suka menyambung hubungan kekerabatan, membawakan beban, memberi orang yang tidak punya, menjamu tamu dan menolong orang yang melakukan kebaikan”. Dalam kisah yang lain pun diungkapkan bagaimana Khadijah menenangkan Rasulullah saw ketika wahyu turun, yakni ketika Muhammad saw baru saja melihat Jibril, “Terimalah kabar gembira wahai anak pamanku dan teguhkanlah hatimu. Demi yang diriku ada di tangan-Nya, sesungguhnya aku berharap engkau menjadi nabi Umat ini”

Dari kisah tentang Khadijah r.a di atas jelas sekali bahwa apa yang dilakukannya kepada Muhammad saw, bukanlah sekedar perannya sebagai seorang istri yang sangat berbakti kepada suaminya. Tapi lebih dari itu, Khadijah sesungguhnya telah menjalankan peran politiknya sebagai seorang muslimah, dimana dengan ketajaman dan kepekaan akalnya beliau mampu mencermati secara mendalam masalah wahyu dan risalah yang sampai kepada Rasulullah saw. Di samping itu kepeduliannya yang tinggi tentang berbagai hal yang ada di sekitarnya menunjukan tingkat kesadaran politik yang tinggi. Begitu pula, pendampingan Khadijah dan upaya yang dilakukan untuk menenangkan Rasulullah saw bukan sekedar dorongan sebagai istri atau ibu dari anak-anaknya, tetapi dorongan sebagai bagian dari umat Islam karena dengan kemampuan berfikir yang dimilikinya Khadijah tahu benar bahwa apa yang terjadi pada diri Muhammad saw bukan semata-mata karena keberadaannya sebagai suami atau ayah dari anak-anaknya, tetapi sebagai seorang utusan Allah dalam membawa wahyu dan risalah-Nya untuk ummat manusia yang ada pada masa itu hingga manusia di masa yang akan datang. Hal ini tidak lain sebagaimana apa yang dipahami dari perkataan Waraqah, anak pamannya, ketika Khadijah mencari tahu tentang peristiwa-peristiwa yang dialami Rasulullah saw, yaitu : “Wahai Khadijah, kalau engkau masih percaya kepadaku, sesungguhnya telah datang ‘an-nams al-akbar’ kepadanya. Dia adalah nabi umat ini. Maka katakan kepadanya agar dia teguh hati.

Kisah lain yang akan lebih menguatkan bagaimana Khadijah sangat berperan dalam mendukung perjuangan Rasulullah saw dalam dakwah Islam adalah ketika Rasulullah saw bangkit menyampaikan risalah, tampil menyeru kaumnya untuk mengeluarkan mereka dari kegelapan kepada cahaya, maka mereka mendustakan beliau dan melecehkan dakwah beliau, sementara Khadijah justru sebaliknya menjadi pendukung beliau dalam menghadapi pelecehan tersebut. Dia berbuat apa yang dapat diperbuatnya untuk meringankan beban Muhammad saw, sampaipun akhirnya terjadi pemboikotan yang dilakukan oleh orang-orang kafir Quraisy kepada Rasulullah Saw dan para shahabat dan kerabatnya.

Dalam peristiwa tersebut, orang-orang Quraisy membuat perjanjian tertulis yang isinya memboikot Bani Hasyim dan Bani Abdul Muthalib secara total. Mereka tidak memiliki dan menerima tawaran nikah dari kaum muslimin, tidak menjual dan membeli apapun kepada dan dari kaum muslimin, dengan tujuan agar kaum muslimin menaruh ketidak percayaan kepada Rasulullah saw, yang akhirnya kaum muslimin meninggalkan Rasulullah saw dan meninggalkan Islam. Jika ini terjadi, Muhammad akan terkucil sendirian dalam kondisi seperti itu, dan mereka berharap Muhammad akan mencampakkan dakwahnya .Tetapi apa yang akhirnya terjadi ?

Pemboikotan itu tidak memberi pengaruh sedikitpun bagi para shahabat maupun Rasulullah dan para pengikutnya, sebaliknya semakin mempekokoh keimanan mereka, kekuatan dan keteguhan orang-orang mukmin yang menyertainya tidak surut. Termasuk ummul mukminin, Khadijah binti Khuwailid ia senantiasa berada di samping Muhammad saw, memberikan pembelaan terhadap beliau, bergabung bersama Rasulullah dalam memikul penderitaan karena sikap kaumnya dengan jiwa yang ridha dan sabar, hingga akhirnya setelah + 3 tahun pemboikotan tersebut dicabut oleh orang Kafir Quraisy sendiri.

Tidak berapa lama setelah berakhirnya pemboikotan, dalam usia 65 tahun Khadijah dipanggil oleh Yang Maha Kuasa. Tentu saja Rasulullah Saw merasa kehilangan atas meninggalnya Khadijah, seorang istri yang dengan setia mendampinginya dalam suka dan duka, seorang ibu yang dengan pemahaman yang tinggi mampu menghasilkan generasi yang berkualitas prima, seperti Fatimah Az-Zahra dan sebagainya, serta seorang muslimah yang dengan pengorbanan yang luar biasa mendukung terhadap perjuangan dakwah Rasulullah saw, bahkan berperan aktif dalam perjuangan menyebarkan dakwah Islam ke tengah-tengah umat manusia.

(Sumber : Buku Revisi Politik Perempuan)

Selasa, 11 Januari 2011

MAKIN BANYAK WANITA INGGERIS MENJADI MUSLIM


Sumber : antaranews.com, Senin 10 Januari 2011)

London (ANTARA) - Lebih dari 100.000 wanita Inggris kulit putih yang berusia rata-rata 27 tahun memilih menjadi Muslim, angka tersebut dua kali lipat dalam 10 tahun dengan rata-rata usia 27 tahun karena mereka muak dengan konsumerisme dan imoralitas.

Koran terkemuka Inggris Daily dalam laporannya minggu ini yang ditulis Jack Doyle menyebutkan terjadi gelombang pada wanita kulit putih muda mengadopsi agama Islam, tahun lalu tercatat sekitar 5.200 orang di Inggris memilih Islam diantaranya adik ipar mantan PM Inggris Tony Blair.

Tahun lalu Lauren Booth, saudara ipar mantan Perdana Menteri Tony Blair, menarik perhatian luas ketika ia mengumumkan bahwa ia telah masuk Islam.

Pengamat masalah Islam di Inggris, Hakimul Ikhwan, S.Sos., MA kepada koresponden Antara London, Senin menyebutkan fenomena bertambahnya jumlah Muslim di Inggris, terutama White British ke Islam tidak bisa dilepaskan dari tingginya intensitas dan masifnya publikasi mengenai Islam.

Menurut dosen di Universitas Gajah Mada yang sedang mengambil Phd di Essex University, mengatakan jumlah masyarakat Muslim sejak beberapa dekade terakhir dan semakin meningkat signifikan dalam satu dekade terakhir.

Hakimul Ikhwan mengatakan menarik untuk melihat alasan sebagian wanita yang convert adalah karena Islam "membebaskan" mereka dari konsumerisme dan immoralitas dengan penggunaan burqah, jilbab, kerudung dan busana muslimah sejenisnya.

Lagi-lagi berbasis spirit demokrasi dan individualitas, wanita berbusana muslimah banyak ditemui di berbagai kota di Inggris. Para immigran bisa dengan bebas berbusana muslimah.

Kondisi ini menyajikan "cermin" bagi wanita Inggris menjawab problem konsumerisme dan kebiasaan pesta di kalangan muda Inggris, ujar sarjana sosiologi UGM Yogjakarta.

Justru diminati

Hakimul mengungkapkan muncul pertanyaan, mengapa Islam yang cenderung tampil dengan wajah negatif (radikal destruktif) justru diminati atau menarik "White British untuk Convert ke Islam" Fenomena ini bisa disebabkan oleh beberapa hal.

Menurut Hakimul Ikhwan, yang sedang melakukan riset S3 nya Islamifikasi di Inggris dan Barat, pertama, prinsip-prinsip Barat yang menekankan pada kreativitas dan kebebasan berfikir individu memungkinkan individu-individu di Inggris untuk mempelajari (mengkaji) lebih dalam mengenai Islam.

Informasi yang sangat luas mengenai Islam bisa didapat melalui internet, ujar dosen sosialogi UGM, menambahkan selain itu, diskursus mengenai Islam dan masyarakat Muslim menjadi topik kajian dan penelitian yang semakin diminati di perguruan tinggi.

Ketika Islam dikaji oleh individu dalam kerangka akademik/ intelektual, maka sesuai dengan prinsip-prinsip keilmuan (scientific Barat) harus mengakses beragam sumber pemikiran (school of thoughts) dan mazhab yang beragam (pros and cons).

Hal ini memungkinkan tampilnya kekayaan tafsir, hikmah (wisdom), dan humanity dalam Islam. Islam yang nonradikal, damai (peaceful), moderat dan pluralis semakin menarik perhatian masyarakat Barat, ujar salah satu pendiri MASIKA ICMI Yogyakarta, dan ketua Indonesian Moslem Association in Nottinghamshire-Leicestershire, UK .

Kecenderungan ketertarikan terhadap Islam yang antikekerasan dan moderat bisa dilihat misalnya dalam wacana dialog multiagama (multi-faiths dialog) serta upaya untuk "mengarusutamakan" (mainstreaming) Islam yang non-Timur Tengah.

Dikatakannya dalam konteks inilah, Indonesia menjadi primadona.

"Wajah Islam Indonesia yang moderat, toleran dan sadar gender, misalnya menjadi "topik" utama yang diangkat oleh mantan PM Tony Blair dan Presiden AS Barrack Obama dalam kunjungan mereka ke Indonesia," ujar Hakimul Ikhwan, yang meraih Master di bidang Politics dan Social Policy di University of Nottingham, Inggeris.

Sebagai bagian dari masyarakat Muslim Indonesia, memiliki kesempatan besar yang luar biasa untuk menjadikan ekspresi Islam Indonesia sebagai "mainstream" atau alternatif dari ekspresi Islam Timur Tengah yaitu Islam adalah satu dalam kaitannya dengan Al-Qur`an, tetapi ekspresinya berbeda-beda di Timur Tengah, India Pakistan dan Indonesia.

Selain faktor publisitas dan discourse Islam yang menguat di tingkat global, faktor lain yang juga sangat menentukan meningkatnya conversion ke Islam di kalangan White British adalah meningkatnya jumlah para imigran Muslim di Inggris seperti dari Pakistan, Turki, Bangladesh, Timur Tengah, dan Asia seperti Indonesia dan Malaysia.

Banyaknya imigran muslim tersebut membuat simbol-simbol Islam tersebar luas dan dapat ditemui di berbagai penjuru kota. Misalnya, Butcher Halal atau halal meat, pizza halal, dan lain sebagainya seperti banyaknya wanita di jalan yang mengenakan jilbab.

Istilah "halal" telah menjadi "ikon" publisitas yang sangat efektif tentang Islam. Penjualan daging halal di supermarket seperti Tesco, Asda, dan Sainsburry, misalnya, membuat Menteri Pertanian Inggris harus menjelaskan kepada publik tentang pengertian daging halal atau halal meat.

Dalam perkembangannya, halal meat tidak semata soal Islam, tetapi juga soal makanan yang sehat Healthy meat/food, demikian Hakim.

Sabtu, 08 Januari 2011

PERLAKUAN NEGARA KHILAFAH TERHADAP PEREMPUAN


(Sumber : www.hizbut-tahrir.or.id)

Mispersepi Barat terhadap Nasib Perempuan dalam Negara Khilafah

Hingga saat ini masih sering dijumpai adanya kebingungan di kalangan masyarakat Barat mengenai pembagian peran antara kaum laki-laki dan kaum perempuan dalam kehidupan. Pada masa lalu, kaum perempuan mempunyai kedudukan yang lebih rendah dibandingkan kaum laki-laki, dan bahkan pernah disejajarkan dengan hewan atau dipandang sebagai “makhluk yang tidak memiliki ruh”, atau dianggap hanya sebagai hak milik kaum laki-laki. Sementara pada masa sekarang ini, berbagai pergerakan dan organisasi perempuan berjuang melawan status quo untuk mendapatkan status dan hak-hak yang sama sebagaimana kaum laki-laki.

Sabtu, 01 Januari 2011

MUTIARA UMAT : Asma’ binti Yazid Al-Anshariyah ra.


Sosok Muslimah Cerdas dan Tangguh

Asma’ masuk Islam bersama para perempuan yang lebih dahulu masuk Islam dari kalangan Anshor melalui tangan Mush’ab bin Umair. Dia seorang wanita suci yang ideal dalam iman, ilmu dan kesabaran, serta memiliki keutamaan yang banyak. Ditambah lagi ia termasuk perempuan yang meriwayatkan hadits Rasulullah saw. Dia termasuk perempuan yang berbaiat dan mujahidah yang hidup pada permulaan Islam di Madinah. Kelebihan lain yang dimilikinya adalah bahwasanya Asma’ binti Yazid merupakan seorang orator, singa podium dari kalangan perempuan mukmin. Karenanya bukan suatu hal yang aneh jika ia dipercaya menjadi delegasi atau wakil kaum perempuan dalam menyampaikan permasalahan yang berhubungan dengan perempuan pada Rasulullah saw dalam majelis syuro.

Asma’ pernah melontarkan sebuah pertanyaan yang mengundang decak kagum orang-orang yang mendengarnya. Sebuah pertanyaan yang dilandasi keimanan dan kerakusan untuk berbuat kebaikan semata demi keridhaan Allah, bukan karena dikuasai paham feministik yang memelihara rasa iri kepada laki-laki semata karena prestise yang materialistis. Kita simak kisahnya:

“Ya Rasulullah, aku mewakili kaumku untuk menanyakan kepada engkau. Bukankah Allah mengutus engkau untuk seluruh umat, baik laki-laki maupun perempuan. Kami beriman kepadamu dan Tuhanmu. Namun kami merasa diperlakukan tidak sama dengan kaum laki-laki. Kami adalah golongan yang serba terbatas dan terkurung. Kerja kami hanya menunggu rumah kalian (laki-laki), memelihara dan mengandung anak kalian dan tempat pemuas nafsu laki-laki (suami). Kami tidak pernah diberi kesempatan untuk melakukan seperti yang dilakukan kaum laki-laki. Kami tidak berkesempatan untuk mendapatkan pahala shalat Jum’at (karena memang tidak wajib), menengok orang sakit, mengantar dan merawat jenazah, berhaji (kecuali disertai mahrom), dan amalan yang paling utama jihad fî sabîlillâh. Ketika kalian pergi haji dan berjihad, kami bertugas menjaga harta dan anak kalian, menjahit pakaian kalian. Apakah mungkin dengan itu kami memperoleh pahala seperti amalan yang kalian lakukan ?” Mendengar pertanyaan demikian, Rasulullah saw kaget dan bangga seraya berkata kepada para shahabat yang lain, “Pernahkah kalian mendengar pertanyaan yang lebih baik dalam soal agama selain dari perempuan ini?” Para shahabat menjawab, “Ya Rasulullah, kami tidak menyangka dan berpikir bahwa perempuan itu akan bertanya sedemikian jauh. “ Maka Rasulullah bersabda, “Wahai Asma’ kau pahamilah dan nanti sampaikanlah kepada kaummu. Kebaktian kalian pada suami dan usaha mencai keridhoannya telah meliputi dan menyamai semua yang dilakukan suami-suami kalian.”

Jawaban yang singkat namun padat dan bermakna tinggi. Jawaban yang memberikan ketenangan bagi kaum perempuan beriman, karena kekhawatiran mereka salah dalam melangkah atau lalai dalam menjalankan aturan Allah serta karena sangat lobanya mereka untuk mendapatkan pahala dari Allah swt. Asma’ pun dengan gembira segera pulang dan menyampaikan berita gembira tersebut pada kaum perempuan. Dan mereka menerima dengan senang hati, sami’na wa atha’na.

Asma’ adalah orang yang sangat haus akan ilmu. Ia senantiasa bertanya kepada Rasulullah tentang berbagai hal hingga kepada rinciannya, sehingga ia mendapatkan kejelasan tentang apapun yang ditanyakan dan tidak ada lagi masalah yang dianggapnya rumit dan tersamar.

Di antara keluhuran perangainya, Asma’ binti Yazid adalah dalam hal hafalan dan pemahamannya tentang hadist nabi. Ia meriwayatkan hadist sebanyak delapan puluh satu hadist . Ini menunjukkan bahwa Asma’ sangat memperhatikan ilmu dan iapun sangat rajin mengunjungi Rasulullah saw dan ummul mukminin untuk bertanya tentang Islam.

Keluarga Asma’ adalah keluarga mujahid. Ayahnya Yazid bin As-Sakan Al-Anshary dan pamannya Ziyad bin Sakan Al-Anshary, adalah dua pahlawan penunggang kuda yang menjual dirinya bagi Allah, hingga mereka mati syahid dalam perang Uhud. Dalam perang Khandaq, Asma’ binti Yazid mengirimkan makanan untuk nabi Muhammad dan para shahabat, demikian pula dalam perang Khaibar dan perang Yarmuk, ia memberi makan dan minum para prajurit yang kehausan dan mengobati orang-orang yang terluka. Di samping itu, Asma’ bersama-sama dengan kaum perempuan bersiaga di garis belakang sambil terus menyemangati para prajurit Muslimin, sehingga jikapun ada prajurit yang mundur ke garis belakang, kaum perempuan mengacung-acungkan kayu, sehingga prajurit Muslim yang berniat mundur kembali maju dan memberikan perlawanannya kepada tentara Romawi. Mereka pun terus bertempur hingga Allah memberikan kemenangan dan mampu mengalahkan pasukan Romawi. Adapun di antara pahlawan perempuan tercatat di antaranya Asma binti Yazid ra. Dia terjun dalam kancah pertempuran dan berhasil membunuh sembilan orang pasukan Romawi dengan menggunakan tiang penyangga kemahnya.

(Sumber : Buku Revisi Politik Perempuan)