INSPIRING QUR'AN :

وَسَارِعُواْ إِلَى مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ

"Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhan-mu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertaqwa" (TQS. Ali-Imran : 133)

Kamis, 26 Desember 2013

KADO PAHIT TAHUN BARU

  1. photo by fatih mujahidBy : Siti Nafidah Anshory

    Januari 2014, rakyat Indonesia harus siap-siap menerima kado pahit lagi dari pemerintah berupa kewajiban mengikuti Sistem Jaminan Sosial Nasional, baik melalui program Jaminan Kesehatan Nasional maupun Jaminan Ketenagakerjaan Nasional yang mewajibkan rakyat membayar iuran dengan jumlah tertentu sebagaimana sistem asuransi.

    Meskipun bernama "jaminan", sejatinya rakyatlah yang menjamin diri mereka sendiri dan dengan uang mereka sendiri. Justru melalui program jahat arahan IMF ini, rakyat dipaksa untuk menanggung beban kas keuangan negara yang terus menipis akibat korupsi dan dipakai membayar riba utang luar negeri. Dan di saat sama, APBN tak perlu dibebani kewajiban membiayai kepentingan rakyat sehingga negara tetap punya modal untuk mendukung agenda liberalisasi perdagangan melalui proyek-proyek investasi yang dipastikan hanya menguntungkan kapitalis.

    Inilah ciri-ciri negara kapitalis. Negara sedikit demi sedikit melepaskan diri dari tanggungjawab mengurus umat, baik melalui kebijakan pengurangan subsidi, program-program insentif dan pemberdayaan masyarakat, serta program-program fasilitasi.

    Jadi, jangan pernah berharap negara akan berusaha keras agar bisa segera lepas dari agenda-agenda penjajahan kapitalisme yang terbukti memiskinkan dan membuat rakyat terus menderita. Negara justru dengan sadar telah melegalkan proyek pemiskinan demi mendapatkan keridhoan negara-negara kafir adidaya. Padahal Rasulullah saw bersabda :

    “Dia yang berkuasa atas lebih dari sepuluh orang akan membawa belenggu pada hari kiamat sampai keadilan melonggarkan rantainya atau tindakan tiraninya membawa dia kepada kehancuran.”
    (HR. Tirmidzi)

    “Siapa pun yang mengepalai salah satu urusan kaum muslimin dan tetap menjauhkan diri dari mereka dan tidak membayar dengan perhatian pada kebutuhan dan kemiskinan mereka, Allah akan tetap jauh dari dirinya pada hari kiamat…" (Abu Dawud, Ibnu Majah, Al-Hakim)

    “Jabatan (kedudukan) pada permulaannya penyesalan, pada pertengahannya kesengsaraan (kekesalan hati) dan pada akhirnya azab pada hari kiamat”. (HR. Ath-Thabrani)

    TIDAK TAKUTKAH KALIAN, WAHAI PENGUASA??
    [][][] 
    Baca juga link : 
    http://hizbut-tahrir.or.id/2011/07/27/munculnya-uu-sjsn-bukti-kapitalisme-gagal-sejahterakan-rakyat/

Rabu, 25 Desember 2013

Kongres Ibu Nusantara, Ikhtiar Mengembalikan Peran Politis Kaum Ibu



Oleh :  Siti Nafidah Anshory 
(Ketua MHTI Jawa Barat)

Pengantar
Tak bisa dipungkiri, bahwa penerapan sistem kapitalisme global telah memproduksi kemiskinan hingga taraf yang luar biasa. Sifatnya yang rakus dan eksploitatif telah mendorong negara-negara pengusungnya melakukan penjajahan dan perampokan sumber daya di dunia ketiga hingga penduduknya kehilangan akses terhadap sumber-sumber ekonomi sebagai modal untuk mensejahterakan dirinya.
DI indonesia sendiri, dampak penjajahan kapitalisme yang alatnya  antara lain bernama kebijakan perdagangan bebas, investasi asing dan jebakan utang luar negeri sangatlah nyata. Negeri yang sangat kaya dengan sumberdaya strategis ini ternyata juga termasuk negara yang penduduknya jauh dari sejahtera. Meski pemerintah terus mengklaim bahwa tren kemiskinan terus menurun, namun kenyataan di lapangan menunjukkan hal yang berbeda. Angka pertumbuhan ekonomi yang digembar-gembor terus naik pun, ternyata hanya bicara angka rata-rata. Kenyataannya, gap sosial makin lebar. Yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin. Tak heran jika di negeri yang kaya raya ini, masih banyak orang yang kurang gizi, bahkan sehari-hari terpaksa makan nasi buluk dan hidup bersama di kandang kambing. Sementara di sisi lain ada orang yang punya puluhan rumah dan kendaraan mewah, makan satu porsi jutaan rupiah, dan tiap minggu bisa berlibur ke luar negeri!

Korban Terbanyak, Kaum Perempuan !
Mirisnya, jumlah yang miskin ini mayoritas. Dan mayoritas di antara mereka adalah kaum perempuan. Data PBB misalnya menyebutkan, 1/3 penduduk dunia hidup di bawah garis kemiskinan dan 70% di antaranya adalah kaum perempuan. Di Indonesia sendiri, tercatat lebih dari separuh penduduknya juga terkatagori miskin, juga sebagian besarnya adalah kaum perempuan.
 Inilah yang menyebabkan kualitas hidup perempuan begitu rendah. Jutaan perempuan masih buta aksara karena sulitnya mengakses pendidikan. Jutaan perempuan pun rentan dengan penyakit yang identik dengan kemiskinan, seperti TBC, gizi buruk, malaria dan disentri. Bahkan angka kematian ibu saat melahirkan pun masih sangat tinggi.
Dampak dari tingginya angka kemiskinan telah memaksa kaum perempuan untuk turut memainkan peran yang sangat berat; menjadi super women yang harus mampu melakukan banyak peran dalam waktu yang bersamaan. Menjadi istri bagi suami, sebagai  ibu dari anak-anak, sekaligus mencari nafkah bagi keluarga. Tercatat, Lebih dari 40 juta kaum perempuan Indonesia harus rela mengorbankan kesempatan menikmati hidup bersama suami dan anak-anak mereka dan menceburkan diri dalam dunia kerja yang sangat keras.  Jutaan di antaranya tinggal di kawasan-kawasan industri yang kumuh untuk menjadi roda pemutar mesin-mesin pabrik milik para kapitalis dengan upah yang sangat murah. Sebagiannya lagi bekerja di sektor-sektor informal yang tak menjanjikan kemudahan. Jutaan lainnya berbondong-bondong menjadi buruh migran sekedar untuk menjual tenaga sebagai pembantu rumah tangga, bahkan di antaranya menjadi korban sindikat perdagangan perempuan.
Tak sedikit yang karena bekal pendidikan dan skill rendah mereka mendapatkan masalah di tempat-tempat kerja mereka. Puluhan ribu buruh migran perempuan asal Indonesi, termasuk jawa Barat terpaksa harus berhadapan dengan hukum. Sebagian di antaranya antre menunggu vonis dan menunggu detik-detik saat eksekusi dilangsungkan. Sementara itu, ribuan lainnya terlunta-lunta di kolong-kolong jembatan Arab Saudi, atau dikejar-kejar polisi karena dituding sebagai pekerja illegal dan pendatang haram, bahkan diperkosa polisi sebagaimana yang terjadi di malaysia. Yang mengerikan, ratusan di antaranya akhirnya harus mati sia-sia, termasuk yang bunuh diri karena sudah sangat putus asa.

Peran Ibu Terpinggirkan
Tentu saja semua ini membawa dampak sosial yang tidak ringan. Kualitas relasi di dalam keluarga-keluarga mereka kian melemah dan akhirnya mudah terguncang hingga angka perceraian pun terus meningkat. Tercatat ada 212.000 kasus perceraian terjadi tiap tahunnya, dan 80% diantaranya adalah kasus gugat cerai. Demikian pula para ibu tak bisa memberikan waktu dan energi terbaik untuk mengawal tumbuh kembang anak, baik fisik, jiwa apalagi agamanya. Wajar jika hari ini tak sedikit anak dan remaja yang mengalami disorientasi hidup, terjebak dalam pergaulan bebas, narkoba, kriminalitas, kekerasan, aborsi, pelacuran dan lain-lain. Dalam jangka panjang, dipastikan masa depan bangsa ini akan sangat terancam.
 Ironisnya kondisi seperti ini seolah disetting sebagai sebuah kewajaran. Pengarusan gagasan kesetaraan gender dan pemberdayaan ekonomi perempuan secara massif di kalangan perempuan membuat peran ganda perempuan seolah menjadi sebuah pilihan bahkan sebuah keharusan. Dengan dalih ‘mengangkat harkat dan martabat perempuan’ dan membangun kemandirian finansial perempuan, gagasan KKG dan PEP ini kian merasuk meracuni benak kaum perempuan dan sedikit demi sedikit menumpulkan peran keibuan.

Agenda Melanggengkan Penjajahan
Tentu saja yang paling berkepentingan untuk mempertahankan kondisi ini adalah rezim kapitalisme global yang diusung negara-negara adidaya. Krisis ekonomi yang terus berulang termasuk shut down-nya Amerika mengharuskan ada jaminan buat negara-negara ini untuk terus bisa mempertahankan hegemoninya atas dunia. Dalam konteks penjajahan ekonomi yang memang menjadi strategi andalan mereka, negara-negara dunia ketiga termasuk Indonesia merupakan sasaran empuk untuk menjadi sumber bahan baku, sumber tenaga kerja murah dan sekaligus sebagai pasar potensial bagi produk industri kapitalis mereka. Itulah kenapa negara-negara pengusung kapitalisme terus berusaha mengikat loyalitas pemerintahan dunia ketiga melalui berbagai perjanjian internasional yang mengukuhkan liberalisasi perdagangan dan investasi yang membuka ruang lebar buat kaum perempuan bekerja. Dan di saat yang sama, kaum perempuan yang sudah mandiri secara finansial tadi, didorong untuk membelanjakan upah kerjanya untuk membeli barang-barang konsumsi produk kapitalis yang  senyatanya kian membanjiri pasar dalam negeri kita!
Ironis memang. Namun itulah realitas kaum perempuan yang terpenjara oleh sistem kapitalisme global. Sebuah sistem yang berhasil memalingkan kaum perempuan dari tugasnya yang mulia sebagai arsitek dan penjaga generasi dan berhasil mengubah orientasi berpikir mereka dari bersungguh-sungguh mencari keridhaan ilahi menjadi bersungguh-sungguh mencari sebanyak-banyak materi. Tak peduli jika anak-anak mereka tumbuh tanpa didikan yang baik dan tak merasa bersalah jika sikap itu mengancam masa depan generasi.

Saatnya Membangun Kesadaran
Tentu saja kondisi ini tak bisa terus dibiarkan berlangsung. Kaum perempuan harus segera disadarkan mengenai bahaya yang mengancam saat mereka mengabaikan peran sejati mereka sebagai ibu pencetak generasi. Mereka juga harus menyadari, bahwa kebahagiaan hakiki mereka bukan ada pada materi, melainkan ada pada saat mereka bisa memiliki keluarga yang harmonis dan anak-anak yang terdidik dengan baik di tangan-tangan mereka, hingga lahir anak-anak yang cerdas, berjiwa pemimpin dan berkepribadian mulia. Terlebih, anak-anak ini bukan saja akan menjadi asset generasi terbaik di dunia, tetapi juga menjadi asset pahala mereka di akhirat.
Penting juga disadarkan bahwa sepanjang mereka hidup dalam sistem kapitalisme, maka kondisi mereka tak akan berubah menjadi lebih baik. Mengapa? karena tabiat kapitalisme memang sangat destruktif dan merusak sesuai aqidahnya yang rusak, yakni sekularisme yang menihilkan peran agama dalam kehidupan dan begitu mendewakan prinsip kebebasan. Mereka justru akan mendapat kemuliaan hakiki jika hidup dalam sistem yang datang dari Dzat Yang Maha Sempurna, Maha Adil dan Maha Menciptakan manusia dan kehidupan. Sistem tersebut tidak lain adalah sistem Islam, yang memiliki seperangkat aturan yang mengatur seluruh aspek kehidupan dan penerapannya secara totalitas akan menjamin kebahagiaan hakiki tak hanya di dunia dan akhirat. Terbukti, sepanjang belasan abad, penerapan aturan Islam dalam institusi negaranya yakni khilafah telah membawa manusia dalam ketinggian peradaban yang tidak pernah bisa disamai oleh peradaban manapun di dunia. Dan sejarah keemasan peradaban Islam ini tercatat dengan tinta emas dan diakui oleh intelektual jujur sepanjang masa. Karena itu, sudah saatnya, para Ibu dan kaum perempuan umumnya mengoptimalkan peran politis mereka, dengan cara mencerdaskan diri dan menyatukan langkah bersama untuk mewujudkan kemuliaan hakiki di bawah naungan syariat Islam dan khilafah. Indonesia dan dunia Insya Allah akan sejahtera dan penuh berkah.[]

------------------------------------



Rabu, 20 November 2013

WASPADA KAMPANYE KONDOM!

Jelang hari AIDS 2013, Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN) bekerjasama dengan perusahaan kondom --yang berhasil menjual 150 juta kondom pada tahun 2013 (Sutra)-- akan menggelar "pekan kondom Nasional" pada tanggal 30 Nopember hingga 7 Desember mendatang. Kampanye ini akan dilaksanakan di 12 kota besar dan didukung dengan kampanye bus kondom ke sejumlah kampus dan pusat keramaian di Jakarta. (Tribunnews.com, 16/11)

Nastaghfirullaah...! Alih-alih menutup rapat pintu maksiat, KPAN sebagai lembaga kuasi negara yang dibiayai uang rakyat malah bangga melakukan kampanye yang justru akan mengukuhkan pergaulan bebas dan praktik perzinaan khususnya di kalangan remaja dan mahasiswa. APAKAH AGAR PERZINAAN MENJADI "AMAN", --yang berarti-- TAK BERESIKO AIDS DAN KTD alias KEHAMILAN TAK DIINGINKAN??

Sungguh nyata... Negara penganut sekulerisme dan demokrasi hanya menjadikan MANFAAT sebagai landasan kebijakan... Tak peduli jikapun harus melanggar aturan Allah (Islam). Padahal Rasulullah saw pernah bersabda, "Apabila zina dan riba telah merajalela dalam suatu negeri, maka sungguh mereka telah menghalalkan azab Allah diturunkan kepada mereka" (HR. Hakim)

Sampai kapan kita betah hidup dalam sistem yang melegalkan kemaksiatan?? Saatnya campakkan demokrasi dan tegakkan Islam dalam naungan sistem Khilafah! Indonesia dan dunia, pasti sejahtera penuh berkah! [SNA]

Kamis, 26 September 2013

WORLD MUSLIMAH, KE MANA MELANGKAH???

By Siti Nafidah Anshory

Sesungguhnya Allah SWT sudah sangat tegas melarang aktivitas pencampur-adukkan perkara yang haq dengan yang bathil dengan firmanNya : "wa laa talbisul haq bil baathil"... Tapi hanya karena alasan "kemaslahatan subjektif", tanpa rasa bersalah kita justru melanggarnya.

Sebagai contoh, mengkonteskan keshalehan dengan banyak kesalahan. Padahal, mungkinkah keshalehan diukur oleh manusia? sementara tak ada yang bisa menjamin amal siapa yang diterima Sang Maha Pencipta? Terlebih di saat yang sama, para kontestan tampil dengan bertabarruj ria, berhias sedemikian rupa dan dengan PD menampakkannya di hadapan laki-laki yang bukan mahramnya. Tentu saja dengan berharap pujian agar mendapat apa yang disebut dengan "kemenangan" dari para juri yang juga hanya "manusia".

Tak berhenti di situ... Kebaikan yang dicampur dengan pelanggaran, biasanya akan membuka celah pelanggaran berikutnya. Yakni bersikap toleran terhadap kemunkaran yang lebih nyata! Dan maaf, ini salah hanya satu buktinya :


http://www.kapanlagi.com/showbiz/selebriti/juara-world-muslimah-diusahakan-bertemu-miss-world-2013-5899b4.html

Nastaghfirullaahal 'adziim ....Apa yang dicari wahai para Muslimah ???

Rabu, 18 September 2013

PEREMPUAN MULIA, HANYA DENGAN ISLAM

By : Siti Nafidah Anshory

Meski menuai banyak penolakan, sudah bisa dipastikan Grand Final Kontes Miss World ke-63 akan tetap dihelat di Indonesia 28 September 2013 mendatang. Situs missindonesia.co.id bahkan menyebut, setidaknya 140 negara dipastikan akan menyiarkan acara tersebut secara live. Di Indonesia sendiri, dua stasiun tv, yakni RCTI dan MNC, siap meraup untung besar karena telah berhasil mengantongi hak siar secara penuh dari Miss World Organization yang berpusat di London Inggris.

Yang menjadi persoalan, mengapa Pemerintah dan berbagai pihak yang pro seolah tak acuh dengan suara umat Islam yang keras memberikan penolakan? Bukankah sangat jelas bahwa acara semacam ini akan membahayakan kehidupan umat Islam dan bangsa secara keseluruhan?

Propaganda Menyesatkan

Setidaknya ada dua hal  yang  membuat Pemerintah tetap mengizinkan dan pihak yang pro tetap abai terhadap suara penolakan. Pertama: ajang Miss World diklaim sebagai wujud pemberdayaan perempuan. Kedua: perhelatan Miss World di Indonesia juga diklaim akan berdampak positif bagi perekonomian karena pariwisata Indonesia terpromosikan.

Kedua alasan tersebut sejatinya merupakan propaganda menyesatkan. Terkait yang pertama, faktanya tak satupun sesi kompetisi yang menunjukkan aspek pemberdayaan, kecuali dalam pengertian mengeksploitasi perempuan. Dalam situs missworld.com jelas disebutkan bahwa setiap peserta setidaknya harus melewati 6 event tantangan (challenge event), yakni  sesi Beach Fashion, Beauty With a Purpose, Sport and Fitness, Talent Competition, Top Model dan World Fashion Designer Award.

Memang, di sesi beach fashion penggunaan bikini dihapuskan, digantikan dengan sarung Bali dengan dalih “untuk menghormati nilai-nilai budaya Indonesia yang mayoritas Muslim”. Inilah yang menjadi tagline di beberapa situs ternama dunia. Namun, ini hanyalah cara untuk meredam suara pihak yang kontra. Faktanya, tetap saja semua sesi menunjukkan bahwa Miss World realitasnya dipilih karena penampilan melalui tahapan yang jelas-jelas mengabaikan nilai-nilai akhlak dan  menodai kehormatan perempuan itu sendiri. Tentu, ini memang sesuai dengan jatidiri kontes Miss World yang sejatinya lahir sebagai kontes bikini dan kecantikan.

Adapun 3 B—yakni  Brain (kecerdasan), Beauty (kecantikan), dan Behaviour (kepribadian)—yang katanya dijadikan dasar penilaian, faktanya hanyalah kedok belaka. Sebab, bagaimana bisa mengukur kecerdasan dan kepribadian hanya dalam waktu singkat saat kompetisi dilakukan? Apakah dengan kepiawaian menjawab pertanyaan seputar wawasan kekinian atau dengan menunjukkan kemampuan menyanyi dan bakat lainnya dalam tallent event, kecerdasan seseorang bisa dinilai? Apakah dengan kerja sosial dalam sesi Beauty With a Purpose yang cuma dadakan, kepribadian sang ratu bisa ditentukan? Lantas apa definisi cerdas dan kepribadian yang mereka maksudkan? Yang pasti, tidak mungkin mereka bisa terpilih menjadi kontestan jika secara penampilan fisik tidak memungkinkan. Jadi, wajarlah jika ada yang menyebut bahwa konsep 3 B sejatinya hanya bermakna Beauty, Beauty, and Beauty.

Terkait alasan kedua, yakni untuk promosi pariwisata Indonesia ke seluruh dunia, juga terkesan mengada-ada. Benar,  nama Indonesia akan disebut-sebut dalam pemberitaan dunia, dan 28 september nanti akan banyak mata tertuju ke Indonesia. Namun, tak ada jaminan bahwa dengan ‘iklan gratis’ ini serta-merta membuat masyarakat dunia ingin berbondong-bondong datang melancong ke Indonesia dan menghabiskan uang mereka di Indonesia.

Jika seperti ini cara berpikir mereka, alangkah naifnya. Hanya demi iklan gratis, mereka mengabaikan biaya sosial yang harus dikorbankan akibat penyebaran virus liberalisme dan hedonisme yang mengiringi perhelatan penuh kemunkaran bernama Miss World. Bukankah masih banyak cara halal, cerdas dan elegan yang bisa digunakan untuk menunjukkan ‘kehebatan’ Indonesia dan menggenjot perekonomian bangsa? Apalagi pada faktanya, yang jelas-jelas ‘diuntungkan’ dari penyelenggaraan ajang ini adalah pihak penyelenggara (EO) dan para sponsor. Merekalah yang menjadikan para kontestan ratu dunia sebagai kapstok atau etalase berjalan bagi produk-produk industri mereka!

Cermin Kebusukan Kapitalisme

Maraknya kontes ratu-ratuan semacam Miss World sesungguhnya menggambarkan bagaimana posisi kaum perempuan dalam masyarakat sekular dengan ideologi Kapitalismenya yang imperialistik dan eksploitatif. Dalam sistem rusak ini, perempuan memang dinilai dengan harga sangat rendah dan terhina. Perempuan diperlakukan tak lebih dari benda/komoditas yang diperalat untuk memutar mesin industri kapitalis baik sebagai faktor produksi maupun sebagai objek pasar bagi produk yang dihasilkan. Bahkan dalam sistem ini, kaum perempuan menjadi alat penjajahan dan alat untuk  melanggengkan penjajahan itu sendiri.

Keberadaan tenaga kerja industri di berbagai bidang yang mayoritas berjenis kelamin perempuan membuktikan hal ini. Upah yang murah dan karakter perempuan yang cenderung pasrah menjadi alasan para kapitalis lebih suka menggunakan tenaga mereka. Kemiskinan struktural yang diciptakan sistem ekonomi Kapitalisme pun turut memaksa kaum perempuan terjun dalam dunia kerja yang keras tersebut dan menjadi para budak kapitalis. Padahal pada saat sama, mereka tak bisa melepas peran kodrati mereka sebagai istri bagi suami dan ibu bagi anak-anak mereka. Dampaknya bisa dibayangkan. Kaum perempu-an banyak yang terjebak dalam dilema peran ganda. Kualitas keluarga sebagai basis masyarakat pun dipaksa menjadi taruhannya.

Hal ini kemudian diperparah dengan penyebarluasan pemikiran keadilan dan kesetaraan gender (KKG) di tengah masyarakat untuk mendukung suksesnya agenda penjajahan Kapitalisme. Bagaimana tidak, selain alasan kebutuhan, pemikiran inilah yang berhasil memprovokasi kaum perempuan untuk keluar dari rumah-rumah mereka, menanggalkan kemuliaan dan ke-’iffah-an mereka serta menanggalkan kebanggaan menjadi ibu dan pengatur rumah tangga.

Bahkan pemikiran KKG telah berhasil menebar fitnah dan memprovokasi kaum Muslimah untuk membeci Islam yang ditampilkan sebagai penghambat kemajuan dan mendiskriminasi kehidupan mereka. Mereka pun termakan propaganda sesat para pengusung KKG tentang konsep perempuan modern, dan berbagai jargon pemberdayaan semu yang ditawarkan. Akibatnya, mereka berpikir bahwa dengan berdaya secara ekonomi, dan lebih jauh berdaya secara politik dalam makna sempit, maka martabat mereka akan menjadi lebih tinggi dan punya daya tawar tinggi, terutama di hadapan laki-laki.

Selain paham KKG, Kapitalisme juga menebar paham liberalisme dan materialisme yang memudahkan berbagai industri kapitalis  berkembang lebih pesat. Paham inilah yang berhasil meracuni masyarakat, terutama kaum perempuan. Akibatnya, mereka bersikap konsumtif dan mengutamakan nilai-nilai yang bersifat materi, termasuk ketika mereka memaknai kebahagiaan dengan sesuatu yang jasadi. Pada akhirnya, dengan mudah mereka menjadi sasaran empuk iklan-iklan produk kapitalis; mulai dari produk makanan, mode pakaian, produk kosmetik hingga produk-produk hiburan semacam film dan lain-lain. Bahkan dengan paham ini pula, sebagian kaum perempuan rela menjerumuskan diri dalam berbagai bisnis kotor. Akibatnya, dalam masyarakat kapitalistik, industri prostitusi, trafficking, pornografi pornoaksi dan industri hiburan (termasuk kontes ratu-ratuan yang merusak akhlak), justru berkembang pesat. Semua itu bahkan diangap sebagai penggerak ekonomi bayangan (shaddow economic) yang bisa menghasilkan untung besar, baik bagi para pengusaha maupun sebagai sumber pajak yang besar bagi negara.

Semua ini menunjukkan, bahwa Kapitalisme memang tak pernah menempatkan kaum perempuan dalam posisi sepantasnya. Semua prinsip kebebasan yang ditawarkan hanyalah racun berbalut madu yang membunuh keperempuanan bahkan kemanusiaan secara perlahan.  Potensi mereka sebagai pencetak generasi unggul yang berpotensi melakukan perlawanan ditumpulkan, baik melalui penjajahan ekonomi yang memiskinkan, maupun melalui serangan budaya dan pemikiran sebagaimana paham kesetaraan jender yang mengikis fitrah kewanitaan.

Peran Strategis Perempuan 

Berbeda dengan Kapitalisme, Islam datang benar-benar untuk memuliakan dan memberdayakan kaum perempuan secara hakiki. Sesungguhnya Islam  telah menetapkan bahwa peran utama kaum perempuan adalah penjaga generasi, yakni sebagai ibu dan manajer rumah tangga. Peran ini sangat strategis dan politis bagi sebuah bangsa atau umat. Untuk itu, Allah SWT menetapkan berbagai aturan yang menjaga kaum perempuan dan menjaga kehormatan mereka. Dengan begitu posisi strategis itu bisa berjalan sebagaimana seharusnya.

Islam menetapkan aturan bahwa ada dua kehidupan bagi manusia, yakni kehidupan umum di luar rumah dan kehidupan khusus di dalam rumah. Di dalam rumah, kaum perempuan hidup sehari-hari bersama mahram dan kaum mereka. Siapapun yang hendak memasuki kehidupan khusus orang lain, wajib meminta izin kepada pemilik rumah demi menjaga aurat dan kehormatan mereka, terutama kaum perempuan.

Islam juga membuka ruang bagi kaum perempuan untuk masuk dalam kehidupan umum, berkiprah dalam aktivitas-aktivitas yang dibolehkan semacam berjual-beli, maupun untuk melaksanakan aktivitas yang diwajibkan syariah, seperti menuntut ilmu dan berdakwah untuk turut mewarnai dan mengarahkan masyarakat ke arah yang maju dan berperadaban tinggi. Namun, dalam kehidupan umum ini, Islam mewajibkan kaum perempuan menggunakan pakaian khusus yang menutup semua aurat mereka, yakni jilbab dan kerudung (khimar); melarang tabarruj; memerintahkan laki-laki dan perempuan menjaga pandangan mereka; melarang mereka ber-khalwat; memerintahkan kaum perempuan yang hendak bepergian jauh untuk disertai mahram-nya. Dengan aturan-aturan ini, kehormatan keduanya akan selalu terjaga dan terhindar dari kerusakan moral semacam pergaulan bebas dan tindak kejahatan seksual, sebagaimana yang kerap terjadi dalam masyarakat kapitalistik sekarang ini berikut segala dampaknya yang rusak dan merusak.

Agar tugas utamanya sebagai pencetak dan penjaga generasi, yakni sebagai ibu dan pengatur rumah tangga, berjalan dengan baik dan sempurna, Islam telah memberikan jaminan pemenuhan kebutuhan dengan menetapkan beban nafkah dan peran sebagi kepala keluarga ada pada pundak suami, bukan pada dirinya. Perempuan tidak usah bersusah-payah bekerja ke luar rumah dengan menghadapi berbagai risiko sebagaimana yang dialami perempuan-perempuan bekerja dalam sistem kapitalis sekarang ini. Bahkan negara akan memfasilitasi para suami untuk mendapatkan kemudahan mencari nafkah dan menindak mereka yang lalai dalam melaksanakan kewajibannya. Negara juga mewajibkan para wali perempuan untuk menafkahi, jika suami tidak ada. Bahkan jika pihak-pihak yang berkewajiban menafkahi memang tidak ada, negaralah yang akan menjamin pemenuhan kebutuhan para ibu.

Demi suksesnya peran strategis tersebut, Islam pun tak membebani perempuan dengan tugas-tugas berat yang menyita tenaga, pikiran dan waktunya seperti dengan menjadi penguasa. Islam hanya mewajibkan mereka mengontrol penguasa dan menjaga pelaksanaan syariah di tengah umat dengan aktivitas dakwah dan muhasabah, baik secara individu maupun secara jamaah. Islam bahkan mewajibkan para penguasa menyediakan seluruh fasilitas yang menjamin pelaksanaan tugas mereka sebagai ibu generasi, yang mencetak generasi pemimpin, seperti halnya fasilitas pendidikan dan kesehatan. Dengan begitu kaum perempuan memiliki kecerdasan sebagai pendidik, dan kualitas kesehatan yang mumpuni. Negara juga wajib menjamin keamanan bagi rakyat yang memungkinkan kaum perempuan bisa berkiprah di ruang publik sesuai batasan syariah yang diberikan.

Islam tak memandang posisi kepala keluarga lebih tinggi dari ibu rumah tangga, atau posisi penguasa lebih mulia dari rakyat jelata, sebagaimana dalam pandangan Kapitalisme. Yang dilihat dalam Islam justru seberapa jauh kepatuhan dan keoptimalan masing-masing dalam menjalankan peran-peran yang Allah SWT berikan itu.

Sejarah Agung

Perlindungan dan pemenuhan kesejahteraan perempuan bahkan rakyat secara keseluruhan oleh negara telah banyak dibuktikan dalam sejarah pemerintahan Islam. Bukti-bukti tentang tingginya tingkat kesejahteraan masyarakat di bawah naungan Islam pun telah banyak dituliskan. Salah satu contohnya adalah peristiwa pengepungan entitas Yahudi Bani Qainuqa selama 15 hari hingga menyerah kalah oleh pasukan Rasulullah saw. Itulah jawaban atas keberanian mereka melakukan pelecehan terhadap seorang Muslimah di pasar mereka. Begitu pun peristiwa penaklukkan wilayah Amuria oleh tentara Khalifah Mu’tashim Billah. Penaklukan itu awalnya dipicu oleh peristiwa pelecehan seorang Muslimah oleh penduduk Amuria di wilayah perbatasan.

Apa yang dilakukan Khalifah Umar bin al-Khaththab ra. juga menunjukkan bagaimana Islam melindungi dan menjamin kesejahteraan perempuan, bahkan rakyat secara keseluruhan. Beliau yang kekuasaannya sudah melewati batas-batas Semenanjung Arabia telah terbiasa melakukan patroli untuk memastikan semua penduduk terpenuhi kebutuhannya. Beliau bahkan tak ragu memanggul karung berisi gandum demi memenuhi kebutuhan seorang ibu dan anaknya karena kesadaran penuh akan tanggung jawab sebagai kepala negara di sisi Allah SWT. Beliaupun pernah menetapkan kebijakan menggilir pasukan jihad per empat bulan demi mendengar keluhan seorang istri tentara yang merindukan suaminya.

Sungguh, telah banyak bukti yang menunjukkan bahwa Islam yang direpresentasikan oleh Negara Islam (Khilafah Islamiyah) begitu memuliakan perempuan, mensejahtera-kan kehidupan mereka, bahkan umat secara keseluruhan. Namun sayang, hari ini umat Islam tak memiliki negara yang bisa menerapkan hukum-hukum tersebut. Khilafah Islam telah lebih dari 89 tahun yang lalu dihancurkan oleh musuh-musuh Islam.

Sesungguhnya kehinaan yang menimpa kaum perempuan dan umat Islam secara keseluruhan pada hari ini tidak perlu terjadi. Mereka punya potensi untuk bangkit kembali menjadi umat yang mulia sebagaimana yang seharusnya. Mereka memiliki potensi geologis dan geografis, yakni berupa sumberdaya alam dan sumberdaya manusia yang melimpah ruah. Mereka pun memiliki potensi ideologis, yakni ideologi Islam yang tegak di atas asas yang sahih. Ideologi Islam memiliki seperangkat aturan yang dipastikan mampu menyelesaikan seluruh problem manusia dengan sempurna dan memuaskan.

Inilah yang seharusnya menjadi agenda perjuangan umat Islam, termasuk para Muslimah. Intinya, bagaimana agar Islam kembali diterapkan sebagai aturan kehidupan melalui penegakkan institusi Khilafah yang mendunia. Jika ideologi Islam ini tegak, dipastikan hegemoni Kapitalisme yang memiskinkan dan menghinakan perempuan akan bisa ditumbangkan. Dengan itu kemuliaan umat termasuk kaum perempuan akan kembali diwujudkan. Insya Allah. [Penulis adalah Ketua MHTI Jawa Barat]

Sumber :  http://hizbut-tahrir.or.id/2013/08/30/perempuan-mulia-hanya-dengan-islam/#

Rabu, 04 September 2013

REFLEKSI : MARI BACA SIRAH DENGAN BENAR, AGAR KITA BISA MENGHUKUMI DENGAN BENAR

By : Siti Nafidah Anshory

Siapa tak kenal Khaulah binti Hakim bin Tsa'labah dan Nusaibah binti Ka'ab ra?
Dua di antara wanita-wanita mu'minah yang terbina oleh Rasulullah saw dan menjadi cerminan wanita Islam yang paham fungsi dan perannya sebagai seorang perempuan. Mampu menjadi isteri mitra perjuangan suami, menjadi ibu pencetak generasi mumpuni, dan menjadi pribadi yang peduli urusan umat yang siap bersama laki-laki tinggikan kedaulatan syariat, gigih melakukan amar ma'ruf nahi munkar pada penguasa, bahkan rakus meraih pahala jihad fii sabiilillaah.

Tak kenalkah Khaulah, yang Khalifah Umar-pun (ra) memujinya  saat perempuan mulia yang juga diberinya tanggungjawab sebagai qadhi hisbah itu, mematahkan argumentasi sang khalifah soal penetapan mahar yang dipandangnya menyalahi syariat? Dan hebatnya, Umar sama sekali tak marah sekalipun kritik itu dilakukan di hadapan umum. Bahkan Sang khalifah dengan tawadhu mengakui kekeliruannya di hadapan Khaulah yang "hanya" seorang perempuan, seraya mengatakan "wanita itu benar, dan Umar salah". Dialah Khaulah, seorang perempuan pembuat sejarah, karena pengaduannya pada Rasulullaah, langsung dijawab oleh Allah melalui ayat2Nya yang mulia..

Dan adapun Nusaibah binti Ka'ab, tak kenal pulakah dengannya?
Dialah satu di antara dua perempuan yang bersama 73 laki-laki Madinah menjadi pelaku sejarah pembaiatan baginda Rasul di Aqabah.Yang turut bersama laki2, berhari menapaki panas dan dingin padang pasir seraya menantang resiko perjuangan demi membela Islam dan Nabinya. Dia pulalah perempuan mulia dan cerdas yang dikenal menjadi penyambung lidah kaumnya, hingga Rasulullah saw pun tak segan memujinya dan mengakui kecerdasannya di sebuah majelis umum.

Dan adapun dalam kisah-kisah jihad, nama Nusaibah binti Ka'ab, tak mungkin bisa terhapus dari sejarah. Karena dia dan keluarganya dikenal sebagai salah satu pemburu syahadah. Bahkan perannya di perang Uhud membuatnya dikenal sebagai "perisai Rasulullah" karena kegigihannya menyelamatkan baginda Rasul disaat para sahabat yang lain lemah, Sampai-sampai Rasul saw sendiri menjadi saksinya dan bersabda dengan ucapan yang membuat para sahabat merasa malu, “Aku tidak menoleh ke kiri dan ke kanan kecuali melihat Ummu Imarah (Nusaibah) berperang dihadapanku.” Maka, tak heran.... kerakusannya pada syahid di jalan Allah, tak membuat puluhan luka yang diterimanya di Uhud menjadikannya berhenti memburu syahid, hingga Allah kabulkan, saat beliau turut berjuang di medan Yamamah, dengan bukti 12 tusukan di badan dan tangan yang putus sebelah.

Lantas akan disembunyikan dimanakah kisah-kisah mereka, dan begitu banyak kisah inspiratif para shahabiyat yang lainnya, hingga dengan penuh rasa heran hari ini kita pertanyakan peran Muslimah dalam menjaga masyarakat dari kerusakan dengan turut beramar ma'ruf nahi munkar? Bahkan sebagiannya dengan keji menuding kaum mu'minah yang berupaya taat menjalani seluruh peran dan fungsinya dengan tudingan "tak berakhlaq" ?

Mari kita baca Sirah dengan benar, agar kita tak mudah menyalahkan dan akhirnya menumpulkan peran strategis dan politis perempuan dalam perubahan, yakni membangun kembali kehidupan Islam, agar hukum Allah kembali berdaulat, menghancurkan kedaulatan rakyat [SNA].

Rabu, 28 Agustus 2013

SERUAN HANGAT MHTI KEPADA INTELEKTUAL MUSLIMAH INDONESIA



Hari ini, Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia menyerukan reposisi peran intelektual. Reposisi untuk mengembalikan peran intelektual muslimah sebagaimana mestinya, seperti yang dijelaskan Islam yakni sebagai pencetak generasi cemerlang, pembimbing umat dan pemberi solusi yang benar untuk memecahkan berbagai persoalan umat.

Saatnya intelektual muslimah berdiri di garda terdepan dalam perjuangan membebaskan generasi bangsa ini dari belenggu pragmatisme dengan  menerapkan ideologi Islam mewujudkan Indonesia besar, kuat dan terdepan dalam naungan Khilafah Islamiyah.

Muslimah Hizbut Tahrir menyerukan kepada intelektual muslimah dan perempuan Indonesia untuk:

1.       Menghayati kembali peran sebagai ibu generasi, mendidik dan membina generasi dengan Islam dan ilmu yang bermanfaat. Sehingga muncul generasi yang berkepribadian Islam. Generasi dibina perilakunya dengan ilmu yang dimilikinya, dipraktikkan dan selalu dikaitkan dengan aqidah dan syariah.

2.       Menjadikan Islam dan tsaqafah Islam sebagai sumber mata air utama referensi keilmuan kaum intelektual yang akan menjamin masa depan generasi bangsa. Islam akan menggantikan tsaqafah asing, jalan usang yang selama ini menjadi rujukan kurikulum pendidikan sekuler.

3.       Meninggalkan kapitalisme dan ide-ide turunannya seperti kesetaraan gender, pluralisme, termasuk di dalamnya asas berpikir ilmiah yang diwariskan barat kepada kalangan intelektual. Semua pemikiran itu telah nyata gagal membawa Indonesia menjadi besar, kuat dan terdepan. Dan kapitalisme juga sudah terbukti telah merusak kualitas generasi bangsa dengan sistem pendidikan pragmatisnya yang berorientasi pasar.

4.       Mengoreksi penguasa dan membangun kesadaran politik umat, yaitu kesadaran umat tentang bagaimana mereka memelihara urusannya dengan syariat Islam. Sehingga akan muncul generasi yang punya kesadaran untuk berislam kaffah karena tak rela hidup dengan hukum dan aturan yang bertentangan dengan syariat Allah.

5.      Bergabung dalam arus perjuangan yang benar yang berlandaskan metode dakwah Rasulullah saw untuk memperjuangkan tatanan kehidupan berdasar ideologi Islam demi tegaknya izzul Islam wal Muslimin. Hal ini bisa kita lakukan dengan cara :

a.       Melakukan kerja kolektif untuk perubahan hakiki, yakni upaya dakwah berjamaah bersama dengan kelompok dakwah visioner untuk mengembalikan kehidupan Islam.

b.      Terus mendalami ideologi Islam dan berkarya hanya untuk izzatul Islam, negeri Islam dan kemaslahatan umat. Juga berkarya untuk mempersiapkan tegaknya peradaban Islam di bawah naungan khilafah.

c.       Terus-menerus mensosialisasikan ideologi Islam pada generasi muda, kalangan intelektual dan keluarga-keluarga Muslim dalam bentuk solusi masalah kehidupan masyarakat, sehingga masyarakat siap hidup dalam tatanan kehidupan berdasar Ideologi Islam, ini kita lakukan dalam rangka memperbesar kumpulan rakyat yang mengenal dan menginginkan penerapan hukum-hukum Allah.

Dengan arah perjuangan yang demikian maka kita bisa berharap bahwa perubahan akan sanggup dilakukan dan generasi cemerlang adalah keniscayaan yang dekat. Berjalan beriringan dengan partai politik yang sejati, intelektual bekerjasama untuk memetakan dan menyatukan seluruh potensi umat mewujudkan negara besar, kuat dan terdepan dalam naungan khilafah. Semoga harapan ini segera terealisasi dengan izin dan pertolongan Allah SWT.

“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih bahwa sungguh Dia akan menjadikan mereka berkuasa di bumi sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa. Dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang Dia ridhai. Dan Dia benar-benar mengubah keadaan mereka setelah berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembahKu dan tidak mempersekutukanKu dengan sesuatupun. Tetapi barangsiapa yang kafir setelah janji itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik” (TQS. Al-Nuur : 55)

(Dikutip dari buku Jalan Baru Intelektual Muslimah, Visi Perubahan Generasi, Tim Intelektual Muslimah HTI, 2012)

Selasa, 20 Agustus 2013

LET'S STRUGGLE FOR KHILAFAH!


Ikhwah fillaah,
Meski kita prihatin dengan apa yang menimpa saudara2 kita di Mesir, 
jangan lupakan pembantaian saudara2 kita di Suriah, saudara2 kita di myanmar, saudara2 kita di uighur, dan tempat2 lainnya yang hingga hari ini juga sedang terus berlangsung... 

Demi Allah! Bukan karena jamaah atau bangsa kita bela mereka, dan tidak boleh karena jamaah atau bangsa kita tuntut keadilan buat mereka... tapi karena realitasnya mereka adalah saudara kita seakidah....

Semoga krisis yang sedang terjadi di negeri2 kaum muslimin makin menguatkan kesadaran akan urgensi mewujudkan kepemimpinan Islam (khilafah) sekaligus membuka mata tentang betapa busuk dan utopinya sistem demokrasi serta betapa bahayanya paham qaumiyah-nasionalisme.

Allaahummanshur ikhwaananaa fi mishra, wa fii suuriyah, wa fii myanmar, wa fii uighur, wa fii kullii makaanin.. Allaahummanshur man nasharaddiin, wakhdzul man qatalal mu'miniin....

Allaahummanshurnaa fainnaka khairun naashiriin, waftahlanaa fainnaka khairul faatihin, waghfirlanaa fainnaka khairul ghaafirin, warhamnaa fainnaka khairur raahimiin, warzuqnaa fainnaka khairur raaziqiin, wahdinaa, wa najjinaa minal qaumidz dzaalimiin.

Jumat, 02 Agustus 2013

IRONI RAMADHAN DAN IDUL FITRI



By Siti Nafidah Anshory

Sahabat hati ……….
Tak terasa saat ini  kita sudah berada di hari-hari penghujung bulan suci Ramadhan.
Biasanya di saat seperti ini,
gembira dan sedih bersatu membuncah ruah dalam diri setiap orang yang beriman.
Gembira… karena akan bertemu dengan hari kemenangan setelah sebulan penuh berjuang jalani ketaatan.
Sedih … karena tak lama lagi, kita akan meninggalkan bulan yang begitu sarat kemuliaan dan pujian.

Tapi di penghujung Ramadhan
Kitapun terbiasa melihat banyak ironi
Mesjid dan mushalla sedikit demi sedikit kembali beranjak sepi
Sementara mall-mall  penuh sesak dengan orang yang bergembira hendak berpisah dengan ramadhan
Di 10 hari terakhir yang seharusnya menjadi puncak aktivitas ramadhan
Sebagian besar umat Islam justru larut dalam aktivitas tak bermakna apa-apa

Ironi akan lebih Nampak lagi saat tiba idul fitri
Idul fitri yang sejatinya kembali pada fitrah keimanan,
dimaknai dengan kembali pada kebebasan,
Idul fitri yang sejatinya saat untuk memulai pertaubatan
Dimaknai sebagai lampu hijau untuk kembali melakukan kemaksiatan

Perubahan positif dan suasana religi yang terjadi di bulan ramadhan,
ternyata berlangsung hanya sesaat saja…,
Sementara pasca ramadhan,
semuanya kembali pada kebiasaan lama, pada habbits semula.
Aurat  yang tertutup saat bulan ramadhan,
Kembali terbuka lebar nyaris telanjang
Tayangan-tayangan media yang bernuansa religi pun
Kembali sarat pornografi dan kesia-siaan.
Tempat-tempat hiburan yang pada saat ramadhan ditutup,
Kembali terbuka dan ramai dikunjungi banyak orang

Tak ayal, ramadhan hanyalah dijadikan sebagai bulan skorsing maksiyat sementara,
Karena masyarakat kita, kadung beriman pada aqidah sekularisme yang meminggirkan peran agama
Di masyarakat seperti ini, Agama hanya boleh eksis saat ramadhan saja
Sementara di luar ramadhan, biarlah hawa nafsu yang menjadi kendalinya
Dengan demikian halnya,
Meski sejatinya Ramadhan adalah jalan menuju taqwa
Namun semua itu hanyalah jargon semata

Inilah Ironi Ramadhan dan idul fitri di negeri sekuleris kapitalis
Negeri yang hanya berbasa-basi menghormati bulan suci,
namun membiarkan 11 bulan lainnya terkotori
Negeri yang mengaku berketuhanan,
Namun menjadikan hukum Allah sebagai permainan dan olok-olok saja

Sungguh kita butuh penjaga agar Ramadhan bisa benar-benar menjadi jalan taqwa
Dan Penjaga itu, tidak lain adalah pemimpin yang siap menjadikan Allah dan RasulNya sebagai penuntunnya
Pemimpin yang siap menerapkan hukum-hukum Allah secara kaffah dalam kehidupan nyata
Yang dengan semua hokum itu, fitrah kemanusiaan sebagai hamba Allah tetap terjaga
Dan dunia inipun akan terhindar dari kerusakan dan bencana [SNA]
 --------