- Januari 2014, rakyat Indonesia harus siap-siap menerima kado pahit lagi dari pemerintah berupa kewajiban mengikuti Sistem Jaminan Sosial Nasional, baik melalui program Jaminan Kesehatan Nasional maupun Jaminan Ketenagakerjaan Nasional yang mewajibkan rakyat membayar iuran dengan jumlah tertentu sebagaimana sistem asuransi.
Meskipun bernama "jaminan", sejatinya rakyatlah yang menjamin diri mereka sendiri dan dengan uang mereka sendiri. Justru melalui program jahat arahan IMF ini, rakyat dipaksa untuk menanggung beban kas keuangan negara yang terus menipis akibat korupsi dan dipakai membayar riba utang luar negeri. Dan di saat sama, APBN tak perlu dibebani kewajiban membiayai kepentingan rakyat sehingga negara tetap punya modal untuk mendukung agenda liberalisasi perdagangan melalui proyek-proyek investasi yang dipastikan hanya menguntungkan kapitalis.
Inilah ciri-ciri negara kapitalis. Negara sedikit demi sedikit melepaskan diri dari tanggungjawab mengurus umat, baik melalui kebijakan pengurangan subsidi, program-program insentif dan pemberdayaan masyarakat, serta program-program fasilitasi.
Jadi, jangan pernah berharap negara akan berusaha keras agar bisa segera lepas dari agenda-agenda penjajahan kapitalisme yang terbukti memiskinkan dan membuat rakyat terus menderita. Negara justru dengan sadar telah melegalkan proyek pemiskinan demi mendapatkan keridhoan negara-negara kafir adidaya. Padahal Rasulullah saw bersabda :
“Dia yang berkuasa atas lebih dari sepuluh orang akan membawa belenggu pada hari kiamat sampai keadilan melonggarkan rantainya atau tindakan tiraninya membawa dia kepada kehancuran.” (HR. Tirmidzi)
“Siapa pun yang mengepalai salah satu urusan kaum muslimin dan tetap menjauhkan diri dari mereka dan tidak membayar dengan perhatian pada kebutuhan dan kemiskinan mereka, Allah akan tetap jauh dari dirinya pada hari kiamat…" (Abu Dawud, Ibnu Majah, Al-Hakim)
“Jabatan (kedudukan) pada permulaannya penyesalan, pada pertengahannya kesengsaraan (kekesalan hati) dan pada akhirnya azab pada hari kiamat”. (HR. Ath-Thabrani)
TIDAK TAKUTKAH KALIAN, WAHAI PENGUASA??[][][]Baca juga link :http://hizbut-tahrir.or.id/2011/07/27/munculnya-uu-sjsn-bukti-kapitalisme-gagal-sejahterakan-rakyat/
INSPIRING QUR'AN :
وَسَارِعُواْ إِلَى مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ
"Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhan-mu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertaqwa" (TQS. Ali-Imran : 133)
Kamis, 26 Desember 2013
KADO PAHIT TAHUN BARU
Rabu, 25 Desember 2013
Kongres Ibu Nusantara, Ikhtiar Mengembalikan Peran Politis Kaum Ibu
Oleh
: Siti Nafidah Anshory
(Ketua MHTI Jawa Barat)
Pengantar
Tak bisa dipungkiri, bahwa penerapan
sistem kapitalisme global telah memproduksi kemiskinan hingga taraf yang luar
biasa. Sifatnya yang rakus dan eksploitatif telah mendorong negara-negara
pengusungnya melakukan penjajahan dan perampokan sumber daya di dunia ketiga
hingga penduduknya kehilangan akses terhadap sumber-sumber ekonomi sebagai
modal untuk mensejahterakan dirinya.
DI indonesia sendiri, dampak
penjajahan kapitalisme yang alatnya
antara lain bernama kebijakan perdagangan bebas, investasi asing dan jebakan utang luar negeri sangatlah
nyata. Negeri yang sangat kaya dengan sumberdaya strategis ini ternyata juga
termasuk negara yang penduduknya jauh dari sejahtera. Meski pemerintah terus
mengklaim bahwa tren kemiskinan terus menurun, namun kenyataan di lapangan
menunjukkan hal yang berbeda. Angka pertumbuhan ekonomi yang digembar-gembor
terus naik pun, ternyata hanya bicara angka rata-rata. Kenyataannya, gap sosial
makin lebar. Yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin. Tak heran jika di
negeri yang kaya raya ini, masih banyak orang yang kurang gizi, bahkan
sehari-hari terpaksa makan nasi buluk dan hidup bersama di kandang kambing.
Sementara di sisi lain ada orang yang punya puluhan rumah dan kendaraan mewah,
makan satu porsi jutaan rupiah, dan tiap minggu bisa berlibur ke luar negeri!
Korban
Terbanyak, Kaum Perempuan !
Mirisnya, jumlah yang miskin ini
mayoritas. Dan mayoritas di antara mereka adalah kaum perempuan. Data PBB misalnya
menyebutkan, 1/3 penduduk dunia hidup di bawah garis kemiskinan dan 70% di
antaranya adalah kaum perempuan. Di Indonesia sendiri, tercatat lebih dari
separuh penduduknya juga terkatagori miskin, juga sebagian besarnya adalah kaum
perempuan.
Inilah yang menyebabkan kualitas hidup
perempuan begitu rendah. Jutaan perempuan masih buta aksara karena sulitnya
mengakses pendidikan. Jutaan perempuan pun rentan dengan penyakit yang identik
dengan kemiskinan, seperti TBC, gizi buruk, malaria dan disentri. Bahkan angka
kematian ibu saat melahirkan pun masih sangat tinggi.
Dampak dari tingginya angka kemiskinan
telah memaksa kaum perempuan untuk turut memainkan peran yang sangat berat;
menjadi super women yang harus mampu
melakukan banyak peran dalam waktu yang bersamaan. Menjadi istri bagi suami,
sebagai ibu dari anak-anak, sekaligus
mencari nafkah bagi keluarga. Tercatat, Lebih dari 40 juta kaum perempuan
Indonesia harus rela mengorbankan kesempatan menikmati hidup bersama suami dan
anak-anak mereka dan menceburkan diri dalam dunia kerja yang sangat keras. Jutaan di antaranya tinggal di kawasan-kawasan
industri yang kumuh untuk menjadi roda pemutar mesin-mesin pabrik milik para
kapitalis dengan upah yang sangat murah. Sebagiannya lagi bekerja di
sektor-sektor informal yang tak menjanjikan kemudahan. Jutaan lainnya
berbondong-bondong menjadi buruh migran sekedar untuk menjual tenaga sebagai
pembantu rumah tangga, bahkan di antaranya menjadi korban sindikat perdagangan
perempuan.
Tak sedikit yang karena bekal
pendidikan dan skill rendah mereka
mendapatkan masalah di tempat-tempat kerja mereka. Puluhan ribu buruh migran
perempuan asal Indonesi, termasuk jawa Barat terpaksa harus berhadapan dengan
hukum. Sebagian di antaranya antre menunggu vonis dan menunggu detik-detik saat
eksekusi dilangsungkan. Sementara itu, ribuan lainnya terlunta-lunta di
kolong-kolong jembatan Arab Saudi, atau dikejar-kejar polisi karena dituding
sebagai pekerja illegal dan pendatang haram, bahkan diperkosa polisi
sebagaimana yang terjadi di malaysia. Yang mengerikan, ratusan di antaranya
akhirnya harus mati sia-sia, termasuk yang bunuh diri karena sudah sangat putus
asa.
Peran Ibu Terpinggirkan
Tentu saja semua ini membawa
dampak sosial yang tidak ringan. Kualitas relasi di dalam keluarga-keluarga
mereka kian melemah dan akhirnya mudah terguncang hingga angka perceraian pun terus
meningkat. Tercatat ada 212.000 kasus perceraian terjadi tiap tahunnya, dan 80%
diantaranya adalah kasus gugat cerai. Demikian pula para ibu tak bisa
memberikan waktu dan energi terbaik untuk mengawal tumbuh kembang anak, baik
fisik, jiwa apalagi agamanya. Wajar jika hari ini tak sedikit anak dan remaja
yang mengalami disorientasi hidup, terjebak dalam pergaulan bebas, narkoba,
kriminalitas, kekerasan, aborsi, pelacuran dan lain-lain. Dalam jangka panjang,
dipastikan masa depan bangsa ini akan sangat terancam.
Ironisnya kondisi seperti ini seolah disetting sebagai sebuah kewajaran.
Pengarusan gagasan kesetaraan gender dan pemberdayaan ekonomi perempuan secara
massif di kalangan perempuan membuat peran ganda perempuan seolah menjadi
sebuah pilihan bahkan sebuah keharusan. Dengan dalih ‘mengangkat harkat dan martabat perempuan’ dan membangun kemandirian finansial perempuan,
gagasan KKG dan PEP ini kian merasuk meracuni benak kaum perempuan dan sedikit
demi sedikit menumpulkan peran keibuan.
Agenda
Melanggengkan Penjajahan
Tentu saja yang paling
berkepentingan untuk mempertahankan kondisi ini adalah rezim kapitalisme global
yang diusung negara-negara adidaya. Krisis ekonomi yang terus berulang termasuk
shut down-nya Amerika mengharuskan
ada jaminan buat negara-negara ini untuk terus bisa mempertahankan hegemoninya
atas dunia. Dalam konteks penjajahan ekonomi yang memang menjadi strategi andalan
mereka, negara-negara dunia ketiga termasuk Indonesia merupakan sasaran empuk
untuk menjadi sumber bahan baku, sumber tenaga kerja murah dan sekaligus
sebagai pasar potensial bagi produk industri kapitalis mereka. Itulah kenapa
negara-negara pengusung kapitalisme terus berusaha mengikat loyalitas
pemerintahan dunia ketiga melalui berbagai perjanjian internasional yang
mengukuhkan liberalisasi perdagangan dan investasi yang membuka ruang lebar buat
kaum perempuan bekerja. Dan di saat yang sama, kaum perempuan yang sudah
mandiri secara finansial tadi, didorong untuk membelanjakan upah kerjanya untuk
membeli barang-barang konsumsi produk kapitalis yang senyatanya kian membanjiri pasar dalam negeri
kita!
Ironis memang. Namun itulah
realitas kaum perempuan yang terpenjara oleh sistem kapitalisme global. Sebuah
sistem yang berhasil memalingkan kaum perempuan dari tugasnya yang mulia
sebagai arsitek dan penjaga generasi dan berhasil mengubah orientasi berpikir
mereka dari bersungguh-sungguh mencari keridhaan ilahi menjadi bersungguh-sungguh
mencari sebanyak-banyak materi. Tak peduli jika anak-anak mereka tumbuh tanpa
didikan yang baik dan tak merasa bersalah jika sikap itu mengancam masa depan
generasi.
Saatnya
Membangun Kesadaran
Tentu saja kondisi ini tak bisa
terus dibiarkan berlangsung. Kaum perempuan harus segera disadarkan mengenai
bahaya yang mengancam saat mereka mengabaikan peran sejati mereka sebagai ibu
pencetak generasi. Mereka juga harus menyadari, bahwa kebahagiaan hakiki mereka
bukan ada pada materi, melainkan ada pada saat mereka bisa memiliki keluarga
yang harmonis dan anak-anak yang terdidik dengan baik di tangan-tangan mereka,
hingga lahir anak-anak yang cerdas, berjiwa pemimpin dan berkepribadian mulia.
Terlebih, anak-anak ini bukan saja akan menjadi asset generasi terbaik di
dunia, tetapi juga menjadi asset pahala mereka di akhirat.
Penting juga disadarkan bahwa
sepanjang mereka hidup dalam sistem kapitalisme, maka kondisi mereka tak akan
berubah menjadi lebih baik. Mengapa? karena tabiat kapitalisme memang sangat destruktif
dan merusak sesuai aqidahnya yang rusak, yakni sekularisme yang menihilkan
peran agama dalam kehidupan dan begitu mendewakan prinsip kebebasan. Mereka
justru akan mendapat kemuliaan hakiki jika hidup dalam sistem yang datang dari
Dzat Yang Maha Sempurna, Maha Adil dan Maha Menciptakan manusia dan kehidupan.
Sistem tersebut tidak lain adalah sistem Islam, yang memiliki seperangkat
aturan yang mengatur seluruh aspek kehidupan dan penerapannya secara totalitas
akan menjamin kebahagiaan hakiki tak hanya di dunia dan akhirat. Terbukti,
sepanjang belasan abad, penerapan aturan Islam dalam institusi negaranya yakni
khilafah telah membawa manusia dalam ketinggian peradaban yang tidak pernah
bisa disamai oleh peradaban manapun di dunia. Dan sejarah keemasan peradaban
Islam ini tercatat dengan tinta emas dan diakui oleh intelektual jujur
sepanjang masa. Karena itu, sudah saatnya, para Ibu dan kaum perempuan umumnya
mengoptimalkan peran politis mereka, dengan cara mencerdaskan diri dan menyatukan
langkah bersama untuk mewujudkan kemuliaan hakiki di bawah naungan syariat
Islam dan khilafah. Indonesia dan dunia Insya
Allah akan sejahtera dan penuh berkah.[]
Rabu, 20 November 2013
WASPADA KAMPANYE KONDOM!
Jelang
hari AIDS 2013, Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN) bekerjasama
dengan perusahaan kondom --yang berhasil menjual 150 juta kondom pada
tahun 2013 (Sutra)-- akan menggelar "pekan kondom Nasional" pada tanggal
30 Nopember hingga 7 Desember mendatang. Kampanye ini akan dilaksanakan
di 12 kota besar dan didukung dengan kampanye bus kondom ke sejumlah
kampus dan pusat keramaian di Jakarta. (Tribunnews.com, 16/11)
Nastaghfirullaah...! Alih-alih menutup rapat pintu maksiat, KPAN sebagai lembaga kuasi negara yang dibiayai uang rakyat malah bangga melakukan kampanye yang justru akan mengukuhkan pergaulan bebas dan praktik perzinaan khususnya di kalangan remaja dan mahasiswa. APAKAH AGAR PERZINAAN MENJADI "AMAN", --yang berarti-- TAK BERESIKO AIDS DAN KTD alias KEHAMILAN TAK DIINGINKAN??
Sungguh nyata... Negara penganut sekulerisme dan demokrasi hanya menjadikan MANFAAT sebagai landasan kebijakan... Tak peduli jikapun harus melanggar aturan Allah (Islam). Padahal Rasulullah saw pernah bersabda, "Apabila zina dan riba telah merajalela dalam suatu negeri, maka sungguh mereka telah menghalalkan azab Allah diturunkan kepada mereka" (HR. Hakim)
Sampai kapan kita betah hidup dalam sistem yang melegalkan kemaksiatan?? Saatnya campakkan demokrasi dan tegakkan Islam dalam naungan sistem Khilafah! Indonesia dan dunia, pasti sejahtera penuh berkah! [SNA]
Nastaghfirullaah...! Alih-alih menutup rapat pintu maksiat, KPAN sebagai lembaga kuasi negara yang dibiayai uang rakyat malah bangga melakukan kampanye yang justru akan mengukuhkan pergaulan bebas dan praktik perzinaan khususnya di kalangan remaja dan mahasiswa. APAKAH AGAR PERZINAAN MENJADI "AMAN", --yang berarti-- TAK BERESIKO AIDS DAN KTD alias KEHAMILAN TAK DIINGINKAN??
Sungguh nyata... Negara penganut sekulerisme dan demokrasi hanya menjadikan MANFAAT sebagai landasan kebijakan... Tak peduli jikapun harus melanggar aturan Allah (Islam). Padahal Rasulullah saw pernah bersabda, "Apabila zina dan riba telah merajalela dalam suatu negeri, maka sungguh mereka telah menghalalkan azab Allah diturunkan kepada mereka" (HR. Hakim)
Sampai kapan kita betah hidup dalam sistem yang melegalkan kemaksiatan?? Saatnya campakkan demokrasi dan tegakkan Islam dalam naungan sistem Khilafah! Indonesia dan dunia, pasti sejahtera penuh berkah! [SNA]
Kamis, 26 September 2013
WORLD MUSLIMAH, KE MANA MELANGKAH???
By Siti Nafidah Anshory
Sesungguhnya Allah SWT sudah sangat tegas melarang aktivitas pencampur-adukkan perkara yang haq dengan yang bathil dengan firmanNya : "wa laa talbisul haq bil baathil"... Tapi hanya karena alasan "kemaslahatan subjektif", tanpa rasa bersalah kita justru melanggarnya.
Sebagai contoh, mengkonteskan keshalehan dengan banyak kesalahan. Padahal, mungkinkah keshalehan diukur oleh manusia? sementara tak ada yang bisa menjamin amal siapa yang diterima Sang Maha Pencipta? Terlebih di saat yang sama, para kontestan tampil dengan bertabarruj ria, berhias sedemikian rupa dan dengan PD menampakkannya di hadapan laki-laki yang bukan mahramnya. Tentu saja dengan berharap pujian agar mendapat apa yang disebut dengan "kemenangan" dari para juri yang juga hanya "manusia".
Tak berhenti di situ... Kebaikan yang dicampur dengan pelanggaran, biasanya akan membuka celah pelanggaran berikutnya. Yakni bersikap toleran terhadap kemunkaran yang lebih nyata! Dan maaf, ini salah hanya satu buktinya :
http://www.kapanlagi.com/showbiz/selebriti/juara-world-muslimah-diusahakan-bertemu-miss-world-2013-5899b4.html
Nastaghfirullaahal 'adziim ....Apa yang dicari wahai para Muslimah ???
Sesungguhnya Allah SWT sudah sangat tegas melarang aktivitas pencampur-adukkan perkara yang haq dengan yang bathil dengan firmanNya : "wa laa talbisul haq bil baathil"... Tapi hanya karena alasan "kemaslahatan subjektif", tanpa rasa bersalah kita justru melanggarnya.
Sebagai contoh, mengkonteskan keshalehan dengan banyak kesalahan. Padahal, mungkinkah keshalehan diukur oleh manusia? sementara tak ada yang bisa menjamin amal siapa yang diterima Sang Maha Pencipta? Terlebih di saat yang sama, para kontestan tampil dengan bertabarruj ria, berhias sedemikian rupa dan dengan PD menampakkannya di hadapan laki-laki yang bukan mahramnya. Tentu saja dengan berharap pujian agar mendapat apa yang disebut dengan "kemenangan" dari para juri yang juga hanya "manusia".
Tak berhenti di situ... Kebaikan yang dicampur dengan pelanggaran, biasanya akan membuka celah pelanggaran berikutnya. Yakni bersikap toleran terhadap kemunkaran yang lebih nyata! Dan maaf, ini salah hanya satu buktinya :
http://www.kapanlagi.com/showbiz/selebriti/juara-world-muslimah-diusahakan-bertemu-miss-world-2013-5899b4.html
Nastaghfirullaahal 'adziim ....Apa yang dicari wahai para Muslimah ???
Rabu, 18 September 2013
PEREMPUAN MULIA, HANYA DENGAN ISLAM
By : Siti Nafidah Anshory
Meski menuai
banyak penolakan, sudah bisa dipastikan Grand Final Kontes Miss World
ke-63 akan tetap dihelat di Indonesia 28 September 2013 mendatang. Situs
missindonesia.co.id bahkan menyebut, setidaknya 140 negara dipastikan akan menyiarkan acara tersebut secara live.
Di Indonesia sendiri, dua stasiun tv, yakni RCTI dan MNC, siap meraup
untung besar karena telah berhasil mengantongi hak siar secara penuh
dari Miss World Organization yang berpusat di London Inggris.
Yang menjadi persoalan, mengapa
Pemerintah dan berbagai pihak yang pro seolah tak acuh dengan suara umat
Islam yang keras memberikan penolakan? Bukankah sangat jelas bahwa
acara semacam ini akan membahayakan kehidupan umat Islam dan bangsa
secara keseluruhan?
Propaganda Menyesatkan
Setidaknya ada dua hal yang membuat Pemerintah tetap mengizinkan dan pihak yang pro tetap abai terhadap suara penolakan. Pertama: ajang Miss World diklaim sebagai wujud pemberdayaan perempuan. Kedua:
perhelatan Miss World di Indonesia juga diklaim akan berdampak positif
bagi perekonomian karena pariwisata Indonesia terpromosikan.
Kedua alasan tersebut sejatinya
merupakan propaganda menyesatkan. Terkait yang pertama, faktanya tak
satupun sesi kompetisi yang menunjukkan aspek pemberdayaan, kecuali
dalam pengertian mengeksploitasi perempuan. Dalam situs missworld.com jelas disebutkan bahwa setiap peserta setidaknya harus melewati 6 event tantangan (challenge event), yakni sesi Beach Fashion, Beauty With a Purpose, Sport and Fitness, Talent Competition, Top Model dan World Fashion Designer Award.
Memang, di sesi beach fashion
penggunaan bikini dihapuskan, digantikan dengan sarung Bali dengan dalih
“untuk menghormati nilai-nilai budaya Indonesia yang mayoritas Muslim”.
Inilah yang menjadi tagline di beberapa situs ternama dunia.
Namun, ini hanyalah cara untuk meredam suara pihak yang kontra.
Faktanya, tetap saja semua sesi menunjukkan bahwa Miss World realitasnya
dipilih karena penampilan melalui tahapan yang jelas-jelas mengabaikan
nilai-nilai akhlak dan menodai kehormatan perempuan itu sendiri. Tentu,
ini memang sesuai dengan jatidiri kontes Miss World yang sejatinya
lahir sebagai kontes bikini dan kecantikan.
Adapun 3 B—yakni Brain (kecerdasan), Beauty (kecantikan), dan Behaviour (kepribadian)—yang
katanya dijadikan dasar penilaian, faktanya hanyalah kedok belaka.
Sebab, bagaimana bisa mengukur kecerdasan dan kepribadian hanya dalam
waktu singkat saat kompetisi dilakukan? Apakah dengan kepiawaian
menjawab pertanyaan seputar wawasan kekinian atau dengan menunjukkan
kemampuan menyanyi dan bakat lainnya dalam tallent event, kecerdasan seseorang bisa dinilai? Apakah dengan kerja sosial dalam sesi Beauty With a Purpose
yang cuma dadakan, kepribadian sang ratu bisa ditentukan? Lantas apa
definisi cerdas dan kepribadian yang mereka maksudkan? Yang pasti, tidak
mungkin mereka bisa terpilih menjadi kontestan jika secara penampilan
fisik tidak memungkinkan. Jadi, wajarlah jika ada yang menyebut bahwa
konsep 3 B sejatinya hanya bermakna Beauty, Beauty, and Beauty.
Terkait alasan kedua, yakni untuk
promosi pariwisata Indonesia ke seluruh dunia, juga terkesan
mengada-ada. Benar, nama Indonesia akan disebut-sebut dalam pemberitaan
dunia, dan 28 september nanti akan banyak mata tertuju ke Indonesia.
Namun, tak ada jaminan bahwa dengan ‘iklan gratis’ ini serta-merta
membuat masyarakat dunia ingin berbondong-bondong datang melancong ke
Indonesia dan menghabiskan uang mereka di Indonesia.
Jika seperti ini cara berpikir mereka,
alangkah naifnya. Hanya demi iklan gratis, mereka mengabaikan biaya
sosial yang harus dikorbankan akibat penyebaran virus liberalisme dan
hedonisme yang mengiringi perhelatan penuh kemunkaran bernama Miss
World. Bukankah masih banyak cara halal, cerdas dan elegan yang bisa
digunakan untuk menunjukkan ‘kehebatan’ Indonesia dan menggenjot
perekonomian bangsa? Apalagi pada faktanya, yang jelas-jelas
‘diuntungkan’ dari penyelenggaraan ajang ini adalah pihak penyelenggara
(EO) dan para sponsor. Merekalah yang menjadikan para kontestan ratu
dunia sebagai kapstok atau etalase berjalan bagi produk-produk industri
mereka!
Cermin Kebusukan Kapitalisme
Maraknya kontes ratu-ratuan semacam Miss
World sesungguhnya menggambarkan bagaimana posisi kaum perempuan dalam
masyarakat sekular dengan ideologi Kapitalismenya yang imperialistik dan
eksploitatif. Dalam sistem rusak ini, perempuan memang dinilai dengan
harga sangat rendah dan terhina. Perempuan diperlakukan tak lebih dari
benda/komoditas yang diperalat untuk memutar mesin industri kapitalis
baik sebagai faktor produksi maupun sebagai objek pasar bagi produk yang
dihasilkan. Bahkan dalam sistem ini, kaum perempuan menjadi alat
penjajahan dan alat untuk melanggengkan penjajahan itu sendiri.
Keberadaan tenaga kerja industri di
berbagai bidang yang mayoritas berjenis kelamin perempuan membuktikan
hal ini. Upah yang murah dan karakter perempuan yang cenderung pasrah
menjadi alasan para kapitalis lebih suka menggunakan tenaga mereka.
Kemiskinan struktural yang diciptakan sistem ekonomi Kapitalisme pun
turut memaksa kaum perempuan terjun dalam dunia kerja yang keras
tersebut dan menjadi para budak kapitalis. Padahal pada saat sama,
mereka tak bisa melepas peran kodrati mereka sebagai istri bagi suami
dan ibu bagi anak-anak mereka. Dampaknya bisa dibayangkan. Kaum
perempu-an banyak yang terjebak dalam dilema peran ganda. Kualitas
keluarga sebagai basis masyarakat pun dipaksa menjadi taruhannya.
Hal ini kemudian diperparah dengan
penyebarluasan pemikiran keadilan dan kesetaraan gender (KKG) di tengah
masyarakat untuk mendukung suksesnya agenda penjajahan Kapitalisme.
Bagaimana tidak, selain alasan kebutuhan, pemikiran inilah yang berhasil
memprovokasi kaum perempuan untuk keluar dari rumah-rumah mereka,
menanggalkan kemuliaan dan ke-’iffah-an mereka serta menanggalkan kebanggaan menjadi ibu dan pengatur rumah tangga.
Bahkan pemikiran KKG telah berhasil
menebar fitnah dan memprovokasi kaum Muslimah untuk membeci Islam yang
ditampilkan sebagai penghambat kemajuan dan mendiskriminasi kehidupan
mereka. Mereka pun termakan propaganda sesat para pengusung KKG tentang
konsep perempuan modern, dan berbagai jargon pemberdayaan semu yang
ditawarkan. Akibatnya, mereka berpikir bahwa dengan berdaya secara
ekonomi, dan lebih jauh berdaya secara politik dalam makna sempit, maka
martabat mereka akan menjadi lebih tinggi dan punya daya tawar tinggi,
terutama di hadapan laki-laki.
Selain paham KKG, Kapitalisme juga
menebar paham liberalisme dan materialisme yang memudahkan berbagai
industri kapitalis berkembang lebih pesat. Paham inilah yang berhasil
meracuni masyarakat, terutama kaum perempuan. Akibatnya, mereka bersikap
konsumtif dan mengutamakan nilai-nilai yang bersifat materi, termasuk
ketika mereka memaknai kebahagiaan dengan sesuatu yang jasadi. Pada
akhirnya, dengan mudah mereka menjadi sasaran empuk iklan-iklan produk
kapitalis; mulai dari produk makanan, mode pakaian, produk kosmetik
hingga produk-produk hiburan semacam film dan lain-lain. Bahkan dengan
paham ini pula, sebagian kaum perempuan rela menjerumuskan diri dalam
berbagai bisnis kotor. Akibatnya, dalam masyarakat kapitalistik,
industri prostitusi, trafficking, pornografi pornoaksi dan
industri hiburan (termasuk kontes ratu-ratuan yang merusak akhlak),
justru berkembang pesat. Semua itu bahkan diangap sebagai penggerak
ekonomi bayangan (shaddow economic) yang bisa menghasilkan untung besar, baik bagi para pengusaha maupun sebagai sumber pajak yang besar bagi negara.
Semua ini menunjukkan, bahwa Kapitalisme
memang tak pernah menempatkan kaum perempuan dalam posisi sepantasnya.
Semua prinsip kebebasan yang ditawarkan hanyalah racun berbalut madu
yang membunuh keperempuanan bahkan kemanusiaan secara perlahan. Potensi
mereka sebagai pencetak generasi unggul yang berpotensi melakukan
perlawanan ditumpulkan, baik melalui penjajahan ekonomi yang
memiskinkan, maupun melalui serangan budaya dan pemikiran sebagaimana
paham kesetaraan jender yang mengikis fitrah kewanitaan.
Peran Strategis Perempuan
Berbeda dengan Kapitalisme, Islam datang benar-benar untuk memuliakan dan memberdayakan kaum perempuan secara hakiki. Sesungguhnya Islam telah menetapkan
bahwa peran utama kaum perempuan adalah penjaga generasi, yakni sebagai
ibu dan manajer rumah tangga. Peran ini sangat strategis dan politis
bagi sebuah bangsa atau umat. Untuk itu, Allah SWT menetapkan berbagai
aturan yang menjaga kaum perempuan dan menjaga kehormatan mereka. Dengan
begitu posisi strategis itu bisa berjalan sebagaimana seharusnya.
Islam menetapkan aturan bahwa ada dua
kehidupan bagi manusia, yakni kehidupan umum di luar rumah dan kehidupan
khusus di dalam rumah. Di dalam rumah, kaum perempuan hidup sehari-hari
bersama mahram dan kaum mereka. Siapapun yang hendak memasuki
kehidupan khusus orang lain, wajib meminta izin kepada pemilik rumah
demi menjaga aurat dan kehormatan mereka, terutama kaum perempuan.
Islam juga membuka ruang bagi kaum
perempuan untuk masuk dalam kehidupan umum, berkiprah dalam
aktivitas-aktivitas yang dibolehkan semacam berjual-beli, maupun untuk
melaksanakan aktivitas yang diwajibkan syariah, seperti menuntut ilmu
dan berdakwah untuk turut mewarnai dan mengarahkan masyarakat ke arah
yang maju dan berperadaban tinggi. Namun, dalam kehidupan umum ini,
Islam mewajibkan kaum perempuan menggunakan pakaian khusus yang menutup
semua aurat mereka, yakni jilbab dan kerudung (khimar); melarang tabarruj; memerintahkan laki-laki dan perempuan menjaga pandangan mereka; melarang mereka ber-khalwat; memerintahkan kaum perempuan yang hendak bepergian jauh untuk disertai mahram-nya.
Dengan aturan-aturan ini, kehormatan keduanya akan selalu terjaga dan
terhindar dari kerusakan moral semacam pergaulan bebas dan tindak
kejahatan seksual, sebagaimana yang kerap terjadi dalam masyarakat
kapitalistik sekarang ini berikut segala dampaknya yang rusak dan
merusak.
Agar tugas utamanya sebagai pencetak dan
penjaga generasi, yakni sebagai ibu dan pengatur rumah tangga, berjalan
dengan baik dan sempurna, Islam telah memberikan jaminan pemenuhan
kebutuhan dengan menetapkan beban nafkah dan peran sebagi kepala
keluarga ada pada pundak suami, bukan pada dirinya. Perempuan tidak usah
bersusah-payah bekerja ke luar rumah dengan menghadapi berbagai risiko
sebagaimana yang dialami perempuan-perempuan bekerja dalam sistem
kapitalis sekarang ini. Bahkan negara akan memfasilitasi para suami
untuk mendapatkan kemudahan mencari nafkah dan menindak mereka yang
lalai dalam melaksanakan kewajibannya. Negara juga mewajibkan para wali
perempuan untuk menafkahi, jika suami tidak ada. Bahkan jika pihak-pihak
yang berkewajiban menafkahi memang tidak ada, negaralah yang akan
menjamin pemenuhan kebutuhan para ibu.
Demi suksesnya peran strategis tersebut,
Islam pun tak membebani perempuan dengan tugas-tugas berat yang menyita
tenaga, pikiran dan waktunya seperti dengan menjadi penguasa. Islam
hanya mewajibkan mereka mengontrol penguasa dan menjaga pelaksanaan
syariah di tengah umat dengan aktivitas dakwah dan muhasabah,
baik secara individu maupun secara jamaah. Islam bahkan mewajibkan para
penguasa menyediakan seluruh fasilitas yang menjamin pelaksanaan tugas
mereka sebagai ibu generasi, yang mencetak generasi pemimpin, seperti
halnya fasilitas pendidikan dan kesehatan. Dengan begitu kaum perempuan
memiliki kecerdasan sebagai pendidik, dan kualitas kesehatan yang
mumpuni. Negara juga wajib menjamin keamanan bagi rakyat yang
memungkinkan kaum perempuan bisa berkiprah di ruang publik sesuai
batasan syariah yang diberikan.
Islam tak memandang posisi kepala
keluarga lebih tinggi dari ibu rumah tangga, atau posisi penguasa lebih
mulia dari rakyat jelata, sebagaimana dalam pandangan Kapitalisme. Yang
dilihat dalam Islam justru seberapa jauh kepatuhan dan keoptimalan
masing-masing dalam menjalankan peran-peran yang Allah SWT berikan itu.
Sejarah Agung
Perlindungan dan pemenuhan kesejahteraan
perempuan bahkan rakyat secara keseluruhan oleh negara telah banyak
dibuktikan dalam sejarah pemerintahan Islam. Bukti-bukti tentang
tingginya tingkat kesejahteraan masyarakat di bawah naungan Islam pun
telah banyak dituliskan. Salah satu contohnya adalah peristiwa
pengepungan entitas Yahudi Bani Qainuqa selama 15 hari hingga menyerah
kalah oleh pasukan Rasulullah saw. Itulah jawaban atas keberanian mereka
melakukan pelecehan terhadap seorang Muslimah di pasar mereka. Begitu
pun peristiwa penaklukkan wilayah Amuria oleh tentara Khalifah Mu’tashim
Billah. Penaklukan itu awalnya dipicu oleh peristiwa pelecehan seorang
Muslimah oleh penduduk Amuria di wilayah perbatasan.
Apa yang dilakukan Khalifah Umar bin
al-Khaththab ra. juga menunjukkan bagaimana Islam melindungi dan
menjamin kesejahteraan perempuan, bahkan rakyat secara keseluruhan.
Beliau yang kekuasaannya sudah melewati batas-batas Semenanjung Arabia
telah terbiasa melakukan patroli untuk memastikan semua penduduk
terpenuhi kebutuhannya. Beliau bahkan tak ragu memanggul karung berisi
gandum demi memenuhi kebutuhan seorang ibu dan anaknya karena kesadaran
penuh akan tanggung jawab sebagai kepala negara di sisi Allah SWT.
Beliaupun pernah menetapkan kebijakan menggilir pasukan jihad per empat
bulan demi mendengar keluhan seorang istri tentara yang merindukan
suaminya.
Sungguh, telah banyak bukti yang menunjukkan bahwa Islam yang direpresentasikan oleh Negara Islam (Khilafah Islamiyah) begitu memuliakan perempuan, mensejahtera-kan kehidupan mereka, bahkan umat secara keseluruhan. Namun sayang, hari ini umat Islam tak
memiliki negara yang bisa menerapkan hukum-hukum tersebut. Khilafah
Islam telah lebih dari 89 tahun yang lalu dihancurkan oleh musuh-musuh
Islam.
Sesungguhnya kehinaan yang menimpa kaum
perempuan dan umat Islam secara keseluruhan pada hari ini tidak perlu
terjadi. Mereka punya potensi untuk bangkit kembali menjadi umat yang
mulia sebagaimana yang seharusnya. Mereka memiliki potensi geologis dan
geografis, yakni berupa sumberdaya alam dan sumberdaya manusia yang
melimpah ruah. Mereka pun memiliki potensi ideologis, yakni ideologi
Islam yang tegak di atas asas yang sahih. Ideologi Islam memiliki
seperangkat aturan yang dipastikan mampu menyelesaikan seluruh problem
manusia dengan sempurna dan memuaskan.
Inilah yang seharusnya menjadi agenda
perjuangan umat Islam, termasuk para Muslimah. Intinya, bagaimana agar
Islam kembali diterapkan sebagai aturan kehidupan melalui penegakkan
institusi Khilafah yang mendunia. Jika ideologi Islam ini tegak,
dipastikan hegemoni Kapitalisme yang memiskinkan dan menghinakan
perempuan akan bisa ditumbangkan. Dengan itu kemuliaan umat termasuk
kaum perempuan akan kembali diwujudkan. Insya Allah. [Penulis adalah Ketua MHTI Jawa Barat]
Sumber : http://hizbut-tahrir.or.id/2013/08/30/perempuan-mulia-hanya-dengan-islam/#
Sumber : http://hizbut-tahrir.or.id/2013/08/30/perempuan-mulia-hanya-dengan-islam/#
Rabu, 04 September 2013
REFLEKSI : MARI BACA SIRAH DENGAN BENAR, AGAR KITA BISA MENGHUKUMI DENGAN BENAR
By : Siti Nafidah Anshory
Siapa tak kenal Khaulah binti Hakim bin Tsa'labah dan Nusaibah binti Ka'ab ra?
Dua di antara wanita-wanita mu'minah yang terbina oleh Rasulullah saw dan menjadi cerminan wanita Islam yang paham fungsi dan perannya sebagai seorang perempuan. Mampu menjadi isteri mitra perjuangan suami, menjadi ibu pencetak generasi mumpuni, dan menjadi pribadi yang peduli urusan umat yang siap bersama laki-laki tinggikan kedaulatan syariat, gigih melakukan amar ma'ruf nahi munkar pada penguasa, bahkan rakus meraih pahala jihad fii sabiilillaah.
Tak kenalkah Khaulah, yang Khalifah Umar-pun (ra) memujinya saat perempuan mulia yang juga diberinya tanggungjawab sebagai qadhi hisbah itu, mematahkan argumentasi sang khalifah soal penetapan mahar yang dipandangnya menyalahi syariat? Dan hebatnya, Umar sama sekali tak marah sekalipun kritik itu dilakukan di hadapan umum. Bahkan Sang khalifah dengan tawadhu mengakui kekeliruannya di hadapan Khaulah yang "hanya" seorang perempuan, seraya mengatakan "wanita itu benar, dan Umar salah". Dialah Khaulah, seorang perempuan pembuat sejarah, karena pengaduannya pada Rasulullaah, langsung dijawab oleh Allah melalui ayat2Nya yang mulia..
Dan adapun Nusaibah binti Ka'ab, tak kenal pulakah dengannya?
Dialah satu di antara dua perempuan yang bersama 73 laki-laki Madinah menjadi pelaku sejarah pembaiatan baginda Rasul di Aqabah.Yang turut bersama laki2, berhari menapaki panas dan dingin padang pasir seraya menantang resiko perjuangan demi membela Islam dan Nabinya. Dia pulalah perempuan mulia dan cerdas yang dikenal menjadi penyambung lidah kaumnya, hingga Rasulullah saw pun tak segan memujinya dan mengakui kecerdasannya di sebuah majelis umum.
Dan adapun dalam kisah-kisah jihad, nama Nusaibah binti Ka'ab, tak mungkin bisa terhapus dari sejarah. Karena dia dan keluarganya dikenal sebagai salah satu pemburu syahadah. Bahkan perannya di perang Uhud membuatnya dikenal sebagai "perisai Rasulullah" karena kegigihannya menyelamatkan baginda Rasul disaat para sahabat yang lain lemah, Sampai-sampai Rasul saw sendiri menjadi saksinya dan bersabda dengan ucapan yang membuat para sahabat merasa malu, “Aku tidak menoleh ke kiri dan ke kanan kecuali melihat Ummu Imarah (Nusaibah) berperang dihadapanku.” Maka, tak heran.... kerakusannya pada syahid di jalan Allah, tak membuat puluhan luka yang diterimanya di Uhud menjadikannya berhenti memburu syahid, hingga Allah kabulkan, saat beliau turut berjuang di medan Yamamah, dengan bukti 12 tusukan di badan dan tangan yang putus sebelah.
Lantas akan disembunyikan dimanakah kisah-kisah mereka, dan begitu banyak kisah inspiratif para shahabiyat yang lainnya, hingga dengan penuh rasa heran hari ini kita pertanyakan peran Muslimah dalam menjaga masyarakat dari kerusakan dengan turut beramar ma'ruf nahi munkar? Bahkan sebagiannya dengan keji menuding kaum mu'minah yang berupaya taat menjalani seluruh peran dan fungsinya dengan tudingan "tak berakhlaq" ?
Mari kita baca Sirah dengan benar, agar kita tak mudah menyalahkan dan akhirnya menumpulkan peran strategis dan politis perempuan dalam perubahan, yakni membangun kembali kehidupan Islam, agar hukum Allah kembali berdaulat, menghancurkan kedaulatan rakyat [SNA].
Siapa tak kenal Khaulah binti Hakim bin Tsa'labah dan Nusaibah binti Ka'ab ra?
Dua di antara wanita-wanita mu'minah yang terbina oleh Rasulullah saw dan menjadi cerminan wanita Islam yang paham fungsi dan perannya sebagai seorang perempuan. Mampu menjadi isteri mitra perjuangan suami, menjadi ibu pencetak generasi mumpuni, dan menjadi pribadi yang peduli urusan umat yang siap bersama laki-laki tinggikan kedaulatan syariat, gigih melakukan amar ma'ruf nahi munkar pada penguasa, bahkan rakus meraih pahala jihad fii sabiilillaah.
Tak kenalkah Khaulah, yang Khalifah Umar-pun (ra) memujinya saat perempuan mulia yang juga diberinya tanggungjawab sebagai qadhi hisbah itu, mematahkan argumentasi sang khalifah soal penetapan mahar yang dipandangnya menyalahi syariat? Dan hebatnya, Umar sama sekali tak marah sekalipun kritik itu dilakukan di hadapan umum. Bahkan Sang khalifah dengan tawadhu mengakui kekeliruannya di hadapan Khaulah yang "hanya" seorang perempuan, seraya mengatakan "wanita itu benar, dan Umar salah". Dialah Khaulah, seorang perempuan pembuat sejarah, karena pengaduannya pada Rasulullaah, langsung dijawab oleh Allah melalui ayat2Nya yang mulia..
Dan adapun Nusaibah binti Ka'ab, tak kenal pulakah dengannya?
Dialah satu di antara dua perempuan yang bersama 73 laki-laki Madinah menjadi pelaku sejarah pembaiatan baginda Rasul di Aqabah.Yang turut bersama laki2, berhari menapaki panas dan dingin padang pasir seraya menantang resiko perjuangan demi membela Islam dan Nabinya. Dia pulalah perempuan mulia dan cerdas yang dikenal menjadi penyambung lidah kaumnya, hingga Rasulullah saw pun tak segan memujinya dan mengakui kecerdasannya di sebuah majelis umum.
Dan adapun dalam kisah-kisah jihad, nama Nusaibah binti Ka'ab, tak mungkin bisa terhapus dari sejarah. Karena dia dan keluarganya dikenal sebagai salah satu pemburu syahadah. Bahkan perannya di perang Uhud membuatnya dikenal sebagai "perisai Rasulullah" karena kegigihannya menyelamatkan baginda Rasul disaat para sahabat yang lain lemah, Sampai-sampai Rasul saw sendiri menjadi saksinya dan bersabda dengan ucapan yang membuat para sahabat merasa malu, “Aku tidak menoleh ke kiri dan ke kanan kecuali melihat Ummu Imarah (Nusaibah) berperang dihadapanku.” Maka, tak heran.... kerakusannya pada syahid di jalan Allah, tak membuat puluhan luka yang diterimanya di Uhud menjadikannya berhenti memburu syahid, hingga Allah kabulkan, saat beliau turut berjuang di medan Yamamah, dengan bukti 12 tusukan di badan dan tangan yang putus sebelah.
Lantas akan disembunyikan dimanakah kisah-kisah mereka, dan begitu banyak kisah inspiratif para shahabiyat yang lainnya, hingga dengan penuh rasa heran hari ini kita pertanyakan peran Muslimah dalam menjaga masyarakat dari kerusakan dengan turut beramar ma'ruf nahi munkar? Bahkan sebagiannya dengan keji menuding kaum mu'minah yang berupaya taat menjalani seluruh peran dan fungsinya dengan tudingan "tak berakhlaq" ?
Mari kita baca Sirah dengan benar, agar kita tak mudah menyalahkan dan akhirnya menumpulkan peran strategis dan politis perempuan dalam perubahan, yakni membangun kembali kehidupan Islam, agar hukum Allah kembali berdaulat, menghancurkan kedaulatan rakyat [SNA].
Rabu, 28 Agustus 2013
SERUAN HANGAT MHTI KEPADA INTELEKTUAL MUSLIMAH INDONESIA
Hari ini, Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia menyerukan
reposisi peran intelektual. Reposisi untuk mengembalikan peran intelektual
muslimah sebagaimana mestinya, seperti yang dijelaskan Islam yakni sebagai
pencetak generasi cemerlang, pembimbing umat dan pemberi solusi yang benar
untuk memecahkan berbagai persoalan umat.
Saatnya intelektual muslimah berdiri di garda terdepan dalam
perjuangan membebaskan generasi bangsa ini dari belenggu pragmatisme dengan menerapkan ideologi Islam mewujudkan
Indonesia besar, kuat dan terdepan dalam naungan Khilafah Islamiyah.
Muslimah Hizbut Tahrir menyerukan kepada intelektual
muslimah dan perempuan Indonesia untuk:
1.
Menghayati kembali peran sebagai ibu generasi,
mendidik dan membina generasi dengan Islam dan ilmu yang bermanfaat. Sehingga
muncul generasi yang berkepribadian Islam. Generasi dibina perilakunya dengan
ilmu yang dimilikinya, dipraktikkan dan selalu dikaitkan dengan aqidah dan
syariah.
2.
Menjadikan Islam dan tsaqafah Islam sebagai
sumber mata air utama referensi keilmuan kaum intelektual yang akan menjamin
masa depan generasi bangsa. Islam akan menggantikan tsaqafah asing, jalan usang
yang selama ini menjadi rujukan kurikulum pendidikan sekuler.
3.
Meninggalkan kapitalisme dan ide-ide turunannya
seperti kesetaraan gender, pluralisme, termasuk di dalamnya asas berpikir
ilmiah yang diwariskan barat kepada kalangan intelektual. Semua pemikiran itu
telah nyata gagal membawa Indonesia menjadi besar, kuat dan terdepan. Dan
kapitalisme juga sudah terbukti telah merusak kualitas generasi bangsa dengan
sistem pendidikan pragmatisnya yang berorientasi pasar.
4.
Mengoreksi penguasa dan membangun kesadaran
politik umat, yaitu kesadaran umat tentang bagaimana mereka memelihara urusannya
dengan syariat Islam. Sehingga akan muncul generasi yang punya kesadaran untuk
berislam kaffah karena tak rela hidup dengan hukum dan aturan yang bertentangan
dengan syariat Allah.
5. Bergabung dalam arus perjuangan yang benar yang
berlandaskan metode dakwah Rasulullah saw untuk memperjuangkan tatanan
kehidupan berdasar ideologi Islam demi tegaknya izzul Islam wal Muslimin. Hal
ini bisa kita lakukan dengan cara :
a.
Melakukan kerja kolektif untuk perubahan hakiki,
yakni upaya dakwah berjamaah bersama dengan kelompok dakwah visioner untuk
mengembalikan kehidupan Islam.
b.
Terus mendalami ideologi Islam dan berkarya
hanya untuk izzatul Islam, negeri Islam dan kemaslahatan umat. Juga berkarya
untuk mempersiapkan tegaknya peradaban Islam di bawah naungan khilafah.
c.
Terus-menerus mensosialisasikan ideologi Islam
pada generasi muda, kalangan intelektual dan keluarga-keluarga Muslim dalam
bentuk solusi masalah kehidupan masyarakat, sehingga masyarakat siap hidup
dalam tatanan kehidupan berdasar Ideologi Islam, ini kita lakukan dalam rangka
memperbesar kumpulan rakyat yang mengenal dan menginginkan penerapan
hukum-hukum Allah.
Dengan arah perjuangan yang demikian maka kita bisa berharap
bahwa perubahan akan sanggup dilakukan dan generasi cemerlang adalah
keniscayaan yang dekat. Berjalan beriringan dengan partai politik yang sejati,
intelektual bekerjasama untuk memetakan dan menyatukan seluruh potensi umat
mewujudkan negara besar, kuat dan terdepan dalam naungan khilafah. Semoga
harapan ini segera terealisasi dengan izin dan pertolongan Allah SWT.
“Dan Allah telah
berjanji kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih bahwa
sungguh Dia akan menjadikan mereka berkuasa di bumi sebagaimana Dia telah
menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa. Dan sungguh Dia akan meneguhkan
bagi mereka agama yang Dia ridhai. Dan Dia benar-benar mengubah keadaan mereka
setelah berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembahKu
dan tidak mempersekutukanKu dengan sesuatupun. Tetapi barangsiapa yang kafir setelah
janji itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik” (TQS. Al-Nuur : 55)
(Dikutip dari buku Jalan Baru Intelektual Muslimah, Visi
Perubahan Generasi, Tim Intelektual Muslimah HTI, 2012)
Selasa, 20 Agustus 2013
LET'S STRUGGLE FOR KHILAFAH!
Ikhwah fillaah,
Meski
kita prihatin dengan apa yang menimpa saudara2 kita di Mesir,
jangan lupakan
pembantaian saudara2 kita di Suriah, saudara2 kita di myanmar, saudara2
kita di uighur, dan tempat2 lainnya yang hingga hari ini juga sedang
terus berlangsung...
Demi Allah! Bukan karena jamaah atau bangsa kita bela mereka, dan tidak boleh karena jamaah atau bangsa kita tuntut keadilan buat mereka...
tapi karena realitasnya mereka adalah saudara kita seakidah....
Semoga krisis yang sedang terjadi di negeri2 kaum muslimin makin menguatkan kesadaran akan urgensi mewujudkan kepemimpinan Islam (khilafah) sekaligus membuka mata tentang betapa busuk dan utopinya sistem demokrasi serta betapa bahayanya paham qaumiyah-nasionalisme.
Allaahummanshur ikhwaananaa fi mishra, wa fii suuriyah, wa fii myanmar, wa fii uighur, wa fii kullii makaanin.. Allaahummanshur man nasharaddiin, wakhdzul man qatalal mu'miniin....
Allaahummanshurnaa fainnaka khairun naashiriin, waftahlanaa fainnaka khairul faatihin, waghfirlanaa fainnaka khairul ghaafirin, warhamnaa fainnaka khairur raahimiin, warzuqnaa fainnaka khairur raaziqiin, wahdinaa, wa najjinaa minal qaumidz dzaalimiin.
Jumat, 02 Agustus 2013
IRONI RAMADHAN DAN IDUL FITRI
By Siti Nafidah Anshory
Sahabat hati ……….
Tak terasa saat ini kita sudah berada di hari-hari penghujung bulan suci
Ramadhan.
Biasanya di saat seperti ini,
gembira dan sedih bersatu membuncah ruah dalam diri
setiap orang yang beriman.
Gembira… karena akan bertemu dengan hari kemenangan
setelah sebulan penuh berjuang jalani ketaatan.
Sedih … karena tak lama lagi, kita akan meninggalkan
bulan yang begitu sarat kemuliaan dan pujian.
Tapi di penghujung Ramadhan
Kitapun terbiasa melihat banyak ironi
Mesjid dan mushalla sedikit demi sedikit kembali
beranjak sepi
Sementara mall-mall penuh sesak dengan orang yang bergembira
hendak berpisah dengan ramadhan
Di 10 hari terakhir yang seharusnya menjadi puncak
aktivitas ramadhan
Sebagian besar umat Islam justru larut dalam aktivitas
tak bermakna apa-apa
Ironi akan lebih Nampak lagi saat
tiba idul fitri
Idul fitri yang sejatinya kembali
pada fitrah keimanan,
dimaknai dengan kembali pada
kebebasan,
Idul fitri yang sejatinya saat untuk
memulai pertaubatan
Dimaknai sebagai lampu hijau untuk
kembali melakukan kemaksiatan
Perubahan positif dan suasana
religi yang terjadi di bulan ramadhan,
ternyata berlangsung hanya sesaat
saja…,
Sementara pasca ramadhan,
semuanya kembali pada kebiasaan
lama, pada habbits semula.
Aurat yang tertutup saat bulan ramadhan,
Kembali terbuka lebar nyaris
telanjang
Tayangan-tayangan media yang
bernuansa religi pun
Kembali sarat pornografi dan
kesia-siaan.
Tempat-tempat hiburan yang pada
saat ramadhan ditutup,
Kembali terbuka dan ramai dikunjungi
banyak orang
Tak ayal, ramadhan hanyalah
dijadikan sebagai bulan skorsing maksiyat sementara,
Karena masyarakat kita, kadung
beriman pada aqidah sekularisme yang meminggirkan peran agama
Di masyarakat seperti ini, Agama
hanya boleh eksis saat ramadhan saja
Sementara di luar ramadhan,
biarlah hawa nafsu yang menjadi kendalinya
Dengan demikian halnya,
Meski sejatinya Ramadhan adalah
jalan menuju taqwa
Namun semua itu hanyalah jargon
semata
Inilah Ironi Ramadhan dan idul
fitri di negeri sekuleris kapitalis
Negeri yang hanya berbasa-basi
menghormati bulan suci,
namun membiarkan 11 bulan lainnya
terkotori
Negeri yang mengaku berketuhanan,
Namun menjadikan hukum Allah
sebagai permainan dan olok-olok saja
Sungguh kita butuh penjaga agar
Ramadhan bisa benar-benar menjadi jalan taqwa
Dan Penjaga itu, tidak lain adalah
pemimpin yang siap menjadikan Allah dan RasulNya sebagai penuntunnya
Pemimpin yang siap menerapkan
hukum-hukum Allah secara kaffah dalam kehidupan nyata
Yang dengan semua hokum itu,
fitrah kemanusiaan sebagai hamba Allah tetap terjaga
Dan dunia inipun akan terhindar
dari kerusakan dan bencana [SNA]
--------
Langganan:
Postingan (Atom)