Pada hari Ahad 29 Juli 2012, MHTI Jabar berhasil menyelenggarakan acara Dialog Terbatas dengan tema ‘PERAN STRATEGIS MEDIA DAN URGENSI MEMBANGUN SINERGI ANTAR INSAN MEDIA, MUBALLIGHOH, INTELEKTUAL DAN AKTIVIS ORGANISASI MUSLIMAH DALAM UPAYA PENYELAMATAN GENERASI’. Acara yang berlangsung di Kantor DPD I HTI Jabar ini bertujuan untuk menggagas solusi penyelamatan generasi yang saat ini terbelenggu berbagai macam kerusakan, yang antara lain dikukuhkan oleh media.
Diskusi ini dihadiri oleh puluhan tokoh dari kalangan media, intelektual, muballighoh dan aktivis organisasi muslimah Jawa Barat. Tokoh yang hadir antara lain intelektual dari UIN Bandung, UPI, ITENAS, utusan PW Wanita PUI, BKMM, ICMI, PWS Mesjid Salman ITB, aktivis Aisyiyah, aktivis Persistri, FUUI, Pesantren Ulul Albab, dan para aktivis MHTI Jabar. Dari kalangan media hadir Ketua Komisioner Komisi Penyiaran Indonesia Jawa Barat Ibu Neng Athia dan Anggota Dewan Pengawas PRSSNI Jawa Barat, Ibu Hj. Indra Subagyo.
Acara ini berjalan dengan hangat dan penuh keakraban, dipandu oleh Ibu Vetiana Halim, SE dari Lajnah Fa’aliyah MHTI Jabar. Adapun pengantar diskusi
disampaikan oleh Ketua MHTI Jabar, Ibu
Siti Nafidah, SP, M.Ag. Beliau
memaparkan pembacaan MHTI mengenai akar
masalah kerusakan generasi yang tidak lain dikarenakan oleh penerapan sistem sekular kapitalistik yang
menjauhkan umat dari Islam dan tak mendukung lahirnya generasi terbaik. Juga akibat
konspirasi asing berupa serangan pemikiran dan budaya yang berhasil menciptakan
individu dan lingkungan yang rusak dan merusak.
Beliau juga
menjelaskan, bahwa akibat sekularisme dan konspirasi ini, 3 pilar
pembangun generasi telah rusak, yakni keluarga, lingkungan/masyarakat dan
negara. Keluarga kian mengalami
disfungsi dan para orangtua tak mampu menjalankan perannya secara optimal.
Lingkungan masyarakatpun sama sekali “tak ramah generasi”, penuh dengan
kemaksiatan termasuk berkembangnya media yang memapar kerusakan, menjauhkan
dari suasana ta’awun, dan melemahkan tradisi amar ma’ruf nahi munkar. Di sisi
lain, Negara yang berparadigma sekuler kapitalistik ini juga sangat lemah
menghadapi konspirasi dan tak mampu menjadi ra’in (pengurus) sekaligus junnah (pelindung) bagi umat dan generasi.
Oleh karenanya, MHTI menyampaikan
tawaran solusi bagi penyelamatan generasi. Yakni dengan mencampakkan system sekuler
kapitalisme dan kembali kepada aturan ilahi, melalui dakwah yang fokus pada upaya mengokohkan fungsi
keluarga dengan landasan aqidah dan pemahaman akan syariat islam, memperbaiki
kondisi dan fungsi masyarakat sebagai “kapal bersama”, yang siap saling menjaga
dan menyelamatkan dengan menghidupkan tradisi amar ma’ruf nahi munkar semata
karena Allah, dan mewujudkan negara bertauhid yang berfungsi sebagai pelaksana
syariat sehingga bisa menjadi “rain” dan “junnah”.
Untuk mewujudkannya, MHTI menekankan tentang peran dan tanggungjawab yang
dipikul oleh setiap Muslim, apapun profesi dan latar belakang benderanya, untuk
menjadi corong penyampaian ide-ide Islam kaaffah di tengah-tengah umat. Hanya
saja secara khusus, peran strategis media dan insan media dibahas dalam
diskusi, mengingat media pada hari ini memiliki peluang dan daya jangkau paling
luas serta paling efektif menjadi alat propaganda/pengopinian di tengah-tengah
masyarakat. Bahkan media dipandang memiliki andil besar dalam pembentukkan
karakter masyarakat, karena sifat “dakwah”nya yang massif, menarik dan atraktif.
Ibarat serangan udara, media bisa menembus berbagai sekat penghalang
mengungguli serangan darat yang dilakukan para pendidik, muballighah, dan
lembaga ormas di tengah-tengah masyarakat.
Itulah kenapa, MHTI merasa penting sesegera mungkin menggalang sinergi
antar media, insan media dan tokoh muslimah. Harapannya, ide-ide Islam yang
merupakan obat penyelamat bagi generasi bisa cepat menyebar di tengah umat,
mengcounter propaganda sekularisme-liberalisme dan islamophobia.
Pada sessi
diskusi, para peserta yang hadir merespon positif apa yang digagas
ketua MHTI dan mengapresiasi upaya MHTI menggalang sinergi antar tokoh umat
termasuk media. Mereka aktif memberikan pandangan
mengenai upaya yang telah ditempuh dalam penyelamatan generasi ini, sekaligus
menyampaikan saran terhadap insan media dan harapan ke depannya. Pada sessi
ini, Ketua KPID Jabar –Ibu Neng Athia- secara khusus menyampaikan apa upaya praktis
yang sudah dilakukan KPID hari ini terhadap keberadaan tayangan rusak media, peran serta
masyarakat yang diharapkan, berikut kendala-kendala yang dihadapi akibat
kapitalisasi media yang demikian kental seperti saat ini.
Para peserta berharap diskusi sinergis seperti ini akan terus berlangsung
sehingga upaya penyelamatan generasi dengan tampilnya system Islam akan segera
terwujud. Diskusi diakhiri dengan kesimpulan, bahwa pengarusan Islam kaaffah
menjadi urgen, sehingga harus ada penyamaan
persepsi tentang apa itu Islam dan bagaimana menegakkannya. Terkait
dengan hal tersebut, dalam closing statementnya, Ketua MHTI Jabar menyampaikan
gagasan mengenai Forum Diskusi
Strategis untuk Muslimah Jabar yang di dalamnya akan dibahas isu-isu strategis tentang Perempuan, Keluarga dan Generasi dengan sudut pandang
dan solusi Islam dan hasilnya menjadi bahan opini di jejaring masing-masing
sehingga akan menjadi trending topics di tengah umat. Dengan demikian, umat
akan meyakini kemampuan Islam sebagai solusi bagi seluruh persoalan hidup
mereka dan sebagai rahmatan lil ‘alamin yang mereka rindukan tegaknya di muka
bumi ini. Gagasan inipun mendapat sambutan positif dari para peserta diskusi.
Acara berakhir
menjelang dzuhur dan ditutup dengan muhasabah serta foto bersama yang diselingi perbincangan
mengenai sinergitas yang akan dibangun selanjutnya.
Subhanallaah, walhamdulillaah.[][][]
-------------
Tidak ada komentar:
Posting Komentar