By Siti Nafidah Anshory
Ada yang bilang, berdebat soal aturan tentang
haramnya mengucapkan natal adalah urusan tetek bengek semata. Yang
karenanya kita akan kehilangan hakekat beragama dan Islam jadi
kehilangan apinya. Toh --katanya-- jika kita berakhlak baik, maka kita bersama akan
masuk sorga. Menurutnya juga, mengucapkan syahadat sekedar pengetahuan
tanpa keimanan, tak akan membuat orang-orang non muslim menjadi muslim. Dan
orang-orang muslim menyanyikan lagu-lagu gereja pun tak kan membuat mereka menjadi kristen.
Pendapat saya :
Justru ketika kita kaum Muslim menganggap aturan Allah SWT --Dzat Yang
Maha Adil dan Maha Mengetahui hakekat segala sesuatu-- hanya sebagai
"tetek bengek", itulah yang membuat agama Islam kehilangan apinya,
kehilangan wibawanya. Bagaimana bisa kita berharap orang lain
menghargai, wong kita umat Islamnya sendiri tak punya kepercayaan diri?
Perlu diketahui, bahwa ketika Allah SWT melarang umat Islam mengucapkan
selamat natal, bukan berarti Islam tidak mengajarkan toleransi pada non Muslim. Banyak sekali aturan2 yang memerintahkan kita berlaku
baik pada mereka, melarang menyakiti mereka dan melanggar kehormatan,
harta dan nyawa mereka sepanjang mereka juga tidak menyakiti dan tidak
melanggar kehormatan, harta dan nyawa kita. Bahkan dalam konteks
masyarakat Islam, keberadaan mrk dilindungi oleh negara yang menerapkan
hukum2 Islam dan hak-hak mereka sama dengan warga negara muslim.
Hanya saja, toleransi yang dituntut oleh Islam bukanlah toleransi yang
menggadaikan keyakinan. Keyakinan bahwa di sisi Allah hanya Islam agama
yang diridhai. Dan bahwa surga, hanya layak bagi orang yang beriman
dengan keimanan yang benar, yakni iman Islam dan yang meyakini bahwa
hanya Allah satu2 Tuhan yang layak disembah dan dijadikan hakim/pembuat
hukum.
Sesungguhnya keyakinan bahwa semua agama baik dan benar
adalah keyakinan rusak dan bathi. Dan bahwa orang2 kafir (yahudi dan
nashrani) yang mengusung gagasan pluralisme yang rusak ini tak
bersungguh2 meyakini hal tersebut dengan hati mrk. Karena jika semua
agama benar, mereka tak pernah berpikir untuk memilih Islam sbg agama
mrk dan membuat mrk mau hidup dengan aturan2nya.
Sesungguhnya
mereka hanya ingin agar keyakinan pluralisme ini diambil oleh umat
Islam, agar umat Islam ---yg agamanya dan aturan2nya sangat sempurna krn
mengatur seluruh aspek kehidupan ini-- tak bisa kembali bangkit sebagai
umat yang unggul sebagaimana awalnya dan negaranya menjadi negara adidaya sebagaimana dulu berabad2 lamanya mampu mengungguli peradaban mereka... Jadi jangan terperdaya ...
------------------------
Dalam pandangannya, Islam telah
kehilangan apinya karena selalu berkelahi mengenai tektek bengek
sehingga agama Islam sbg rahmat tak kelihatan. Yang kelihatan adalah
orang2 picik yg jalan di tempat bahkan ingin kembali ke abad VI. Padahal
Islam mencapai kejayaan pada abad ke XVIi waktu sains mengalami
kemajuan di kalangan orang Islam. Sekarang kalau ada yang salah dalam
masyarakat Islam di mana2, disalahkanlah pihak lain. Kalau saling bunuh
di Sampang itu karena apa? Pasti yang disalahkan yang di ujung dunia.
Dan ini pendapat saya :
Seruan untuk kembali kepada syariat bukan sekedar didorong oleh romantisme sejarah, tapi karena keimanan memang menuntut demikian. Tudingan bahwa dengan syariah berarti umat mundur ke belakang juga salah, karena faktanya, justru dengan syariahlah umat yang sebelumnya jahiliyah kemudian berubah menjadi khoiru ummah.
Kemajuan
sains bukan baru muncul pada abad XVII saja. Kalau kita baca
sejarah, maka fondasi kemajuan saintek sebetulnya sudah dimulai saat baginda Rasul
mendakwahkan Islam dan menerapkannya dalam sistem kenegaraan di negeri
Madinah. Fondasi itu adalah mind frame AQIDAH. Yakni keyakinan tentang
tugas penciptaan manusia di muka bumi sebagai khalifah (pengelola bumi)
dan pembawa risalah ke seluruh alam.
Keyakinan mendasar inilah yang
menuntun generasi Islam awal merintis peradaban, mengubah diri dr
entitas jahiliyah menjadi entitas penuntun umat menuju kemajuan.
Menjadikan senjata dan unta yang semula hanya mjd modal perang antar
suku menjadi sarana menebar kebaikan. Spirit ini pulalah yang menuntun
mereka mencreate sarana2 yang memudahkan misi hidup mereka. Mencipta
senjata perang demi memenangi jihad fii sabiilillah, mencipta alat
navigasi, kompas, teknik perkapalan yang menuntun mereka sampai ke
negeri seberang, mencipta teknik2 kedokteran untuk meningkatkan derajat
kesehatan, termasuk mengobati para tentara yang luka karena perang,
mencipta teknik hitungan yang memudahkan mereka mencatat kebutuhan dan
pengeluaran anggaran, membuat teknik komunikasi dan percetakn untuk
memudahkan dakwah dan pengajaran... dan banyak lagi karya2 umat Islam
yang lahir dari sebuah keyakinan, hingga saat segala sesuatunya Allah
mudahkan bagi umat Islam, karya2 seni pun mulai bermunculan. Dan
akhirnya, peradaban umat Islam yang agung menjadi patron bagi umat2
lainnya yg saat itu msh terkurung dalam sejarah panjang bernama "abad
kegelapan" (dark age).. dan belasan abad umat Islam mampu tampil sbg umat
terbaik dan negaranya menjadi negara pertama dan adidaya yang ditakuti
bangsa2 lain di dunia hingga kekuatan itu runtuh tahun 1924.
Jd menurut
sy, itulah yg hilang dari kita sekarang. Yakni aqidah sebagai
modal kebangkitan. Sayangnya, kebanyakan dari kita justru berpikir bahwa dengan menjauhi Islam dan
hidup mengekor pada Barat dan hidup dengan pemikiran2 yang
dipropagandakan barat akan menjadikan kita mulia. Justru mnrt sy, yg
tetek bengek itu adalah ketika kita berpikir bahwa peradaban sampah
kebebasan yg dipropagandakan Barat adalah kunci kebangkitan.
Bukankah
dengan prinsip kebebasan, akhirnya sumber daya alam kita dirampok dan
kita dimiskinkan?
Bukankah dengan kebebasan, anak2 kita masuk dalam
pergaulan bebas yang membuat mrk tertular penyakit menjijikkan dan
menghalalkan pembunuhan?
Bukankah dengan kebebasan, anak2 kita tak
menganggap para orang tua layak dihormat dan didengarkan?
Bukankah
atasnama kebebasan para pemimpin berlomba saling berebut kekuasaan dan
kekayaan?
Bukankah dengan kebebasan para loyalis barat dengan tanpa
merasa salah menggadai negeri demi dana proyek yang ditawarkan?
Bukankah
dengan kebebasan, penodaan agama tak bisa dihentikan dan aliran2 sesat
banyak bermunculan dan akhirnya memunculkan konflik berkepanjangan?
Ataukah ini yang memang diinginkan?
Jadi, jika hari ini banyak "borok" yang nampak dari umat Islam, pantaskah jika Islam yang dipersalahkan?
------ [SNA]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar