INSPIRING QUR'AN :

وَسَارِعُواْ إِلَى مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ

"Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhan-mu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertaqwa" (TQS. Ali-Imran : 133)

Kamis, 17 Januari 2013

MENYOAL "ISLAM TETEK BENGEK"

By Siti Nafidah Anshory

Ada yang bilang, berdebat soal aturan tentang haramnya mengucapkan natal adalah urusan tetek bengek semata. Yang karenanya kita akan kehilangan hakekat beragama dan Islam jadi kehilangan apinya. Toh --katanya-- jika kita berakhlak baik, maka kita bersama akan masuk sorga. Menurutnya juga, mengucapkan syahadat sekedar pengetahuan tanpa keimanan, tak akan membuat orang-orang non muslim menjadi muslim. Dan orang-orang muslim menyanyikan lagu-lagu gereja pun tak kan membuat mereka menjadi kristen.


Pendapat saya : 
 
Justru ketika kita kaum Muslim menganggap aturan Allah SWT --Dzat Yang Maha Adil dan Maha Mengetahui hakekat segala sesuatu-- hanya sebagai "tetek bengek", itulah yang membuat agama Islam kehilangan apinya, kehilangan wibawanya. Bagaimana bisa kita berharap orang lain menghargai, wong kita umat Islamnya sendiri tak punya kepercayaan diri?

Perlu diketahui, bahwa ketika Allah SWT melarang umat Islam mengucapkan selamat natal, bukan berarti Islam tidak mengajarkan toleransi pada non Muslim. Banyak sekali aturan2 yang memerintahkan kita berlaku baik pada mereka, melarang menyakiti mereka dan melanggar kehormatan, harta dan nyawa mereka sepanjang mereka juga tidak menyakiti dan tidak melanggar kehormatan, harta dan nyawa kita. Bahkan dalam konteks masyarakat Islam, keberadaan mrk dilindungi oleh negara yang menerapkan hukum2 Islam dan hak-hak mereka sama dengan warga negara muslim.

Hanya saja, toleransi yang dituntut oleh Islam bukanlah toleransi yang menggadaikan keyakinan. Keyakinan bahwa di sisi Allah hanya Islam agama yang diridhai. Dan bahwa surga, hanya layak bagi orang yang beriman dengan keimanan yang benar, yakni iman Islam dan yang meyakini bahwa hanya Allah satu2 Tuhan yang layak disembah dan dijadikan hakim/pembuat hukum.

Sesungguhnya keyakinan bahwa semua agama baik dan benar adalah keyakinan rusak dan bathi. Dan bahwa orang2 kafir (yahudi dan nashrani) yang mengusung gagasan pluralisme yang rusak ini tak bersungguh2 meyakini hal tersebut dengan hati mrk. Karena jika semua agama benar, mereka tak pernah berpikir untuk memilih Islam sbg agama mrk dan membuat mrk mau hidup dengan aturan2nya.

Sesungguhnya mereka hanya ingin agar keyakinan pluralisme ini diambil oleh umat Islam, agar umat Islam ---yg agamanya dan aturan2nya sangat sempurna krn mengatur seluruh aspek kehidupan ini-- tak bisa kembali bangkit sebagai umat yang unggul sebagaimana awalnya dan negaranya menjadi negara adidaya sebagaimana dulu berabad2 lamanya mampu mengungguli peradaban mereka... Jadi jangan terperdaya ...


------------------------

Dalam pandangannya, Islam telah kehilangan apinya karena selalu berkelahi mengenai tektek bengek sehingga agama Islam sbg rahmat tak kelihatan. Yang kelihatan adalah orang2 picik yg jalan di tempat bahkan ingin kembali ke abad VI. Padahal Islam mencapai kejayaan pada abad ke XVIi waktu sains mengalami kemajuan di kalangan orang Islam. Sekarang kalau ada yang salah dalam masyarakat Islam di mana2, disalahkanlah pihak lain. Kalau saling bunuh di Sampang itu karena apa? Pasti yang disalahkan yang di ujung dunia.

Dan ini pendapat saya :

Seruan untuk kembali kepada syariat bukan sekedar didorong oleh romantisme sejarah, tapi karena keimanan memang menuntut demikian. Tudingan bahwa dengan syariah berarti umat mundur ke belakang juga salah, karena faktanya, justru dengan syariahlah umat yang sebelumnya jahiliyah kemudian berubah menjadi khoiru ummah.

Kemajuan sains bukan baru muncul pada abad XVII saja. Kalau kita baca sejarah, maka fondasi kemajuan saintek sebetulnya sudah dimulai saat baginda Rasul mendakwahkan Islam dan menerapkannya dalam sistem kenegaraan di negeri Madinah. Fondasi itu adalah mind frame AQIDAH. Yakni keyakinan tentang tugas penciptaan manusia di muka bumi sebagai khalifah (pengelola bumi) dan pembawa risalah ke seluruh alam. 

Keyakinan mendasar inilah yang menuntun generasi Islam awal merintis peradaban, mengubah diri dr entitas jahiliyah menjadi entitas penuntun umat menuju kemajuan. Menjadikan senjata dan unta yang semula hanya mjd modal perang antar suku menjadi sarana menebar kebaikan. Spirit ini pulalah yang menuntun mereka mencreate sarana2 yang memudahkan misi hidup mereka. Mencipta senjata perang demi memenangi jihad fii sabiilillah, mencipta alat navigasi, kompas, teknik perkapalan yang menuntun mereka sampai ke negeri seberang, mencipta teknik2 kedokteran untuk meningkatkan derajat kesehatan, termasuk mengobati para tentara yang luka karena perang, mencipta teknik hitungan yang memudahkan mereka mencatat kebutuhan dan pengeluaran anggaran, membuat teknik komunikasi dan percetakn untuk memudahkan dakwah dan pengajaran... dan banyak lagi karya2 umat Islam yang lahir dari sebuah keyakinan, hingga saat segala sesuatunya Allah mudahkan bagi umat Islam, karya2 seni pun mulai bermunculan. Dan akhirnya, peradaban umat Islam yang agung menjadi patron bagi umat2 lainnya yg saat itu msh terkurung dalam sejarah panjang bernama "abad kegelapan" (dark age).. dan belasan abad umat Islam mampu tampil sbg umat terbaik dan negaranya menjadi negara pertama dan adidaya yang ditakuti bangsa2 lain di dunia hingga kekuatan itu runtuh tahun 1924.

Jd menurut sy, itulah yg hilang dari kita sekarang. Yakni aqidah sebagai modal kebangkitan. Sayangnya, kebanyakan dari kita justru berpikir bahwa dengan menjauhi Islam dan hidup mengekor pada Barat dan hidup dengan pemikiran2 yang dipropagandakan barat akan menjadikan kita mulia. Justru mnrt sy, yg tetek bengek itu adalah ketika kita berpikir bahwa peradaban sampah kebebasan yg dipropagandakan Barat adalah kunci kebangkitan. 

Bukankah dengan prinsip kebebasan, akhirnya sumber daya alam kita dirampok dan kita dimiskinkan?

Bukankah dengan kebebasan, anak2 kita masuk dalam pergaulan bebas yang membuat mrk tertular penyakit menjijikkan dan menghalalkan pembunuhan?

Bukankah dengan kebebasan, anak2 kita tak menganggap para orang tua layak dihormat dan didengarkan?

Bukankah atasnama kebebasan para pemimpin berlomba saling berebut kekuasaan dan kekayaan? 

Bukankah dengan kebebasan para loyalis barat dengan tanpa merasa salah menggadai negeri demi dana proyek yang ditawarkan?

Bukankah dengan kebebasan, penodaan agama tak bisa dihentikan dan aliran2 sesat banyak bermunculan dan akhirnya memunculkan konflik berkepanjangan? Ataukah ini yang memang diinginkan?

Jadi,  jika hari ini banyak "borok" yang nampak dari umat Islam, pantaskah jika Islam yang dipersalahkan?

------ [SNA]

Tidak ada komentar: