Oleh : Siti Nafidah Anshory
Pengantar

Kegagalan
kelompok-kelompok tersebut dalam membangkitkan umat sesungguhnya merupakan hal
yang wajar. Hal ini dikarenakan mereka tak memahami bahwa falsafah kebangkitan
hakiki ada pada ideologi. Rata-rata dari mereka, tampil dengan landasan yang
lemah dan tidak sahih, serta dengan platform
yang tidak jelas. Misalnya kelompok-kelompok yang tegak atas asas jam’iyah/ke-ormas-an yang fokus pada
aktivitas sosial atau kelompok kepartaian yang tegak dengan asas politik semu
yang mengkerdilkan politik hanya pada soal rebutan kekuasaan.
Ideologilah yang seharusnya diemban dan diperjuangkan
oleh kelompok penggagas perubahan. Sehingga jika umat benar-benar menginginkan
perubahan hakiki, maka kehadiran kelompok ideologis di tengah mereka memang mutlak diperlukan.
Kelompok Ideologis, Seperti Apa?
Sebuah
kelompok bisa dikatakan sebagai kelompok ideologis jika dibangun atas dasar
ideologi tertentu, yang menggabungkan antara fikrah (pemikiran) dan thariqah
(metoda menerapkan pemikiran) secara terpadu. Yang dimaksud fikrah di sini adalah pemikiran mendasar
tentang dunia dan bagaimana mengaturnya.
Dengan demikian
di dalam fikrah tercakup aspek keyakinan (akidah) dan berbagai aspek yang terkait dengan pengaturan
kehidupan, termasuk solusi-solusi atas berbagai masalah yang dihadapi (problem solving). Sedangkan thariqah mencakup bagaimana metoda
memperjuangkan fikrah, menerapkannya,
mempertahankan dan menyebarkan ideologi tadi hingga eksis dan lestari.
Sebuah kelompok
ideologis akan tampil sebagai kelompok yang berpengaruh, dinamis dan maju serta
layak memimpin perubahan jika kelompok ini memiliki kejelasan dan konsistensi
atas ideologi yang diembannya, baik dari sisi fikrah maupun thariqahnya.
Di samping itu, kelompok tersebut harus menjadikan ideologi dan pemikiran yang diadopsinya
sebagai dasar ikatan bagi para pengembannya.
Jika prasyarat tersebut
dipenuhi, maka sebuah kelompok ideologis akan mampu mengartikulasi perasaan dan
pemikiran umat terkait persoalan kehidupan mereka, sekaligus memberikan solusi
yang shahih atasnya. Mereka juga akan
memahami falsafah perubahan hakiki yang membimbing perjuangannya membangkitkan
umat.
Falsafah
tersebut adalah adanya pemahaman terhadap realitas masyarakat yang bobrok,
pemahaman mengenai bentuk kehidupan (konstruksi) masyarakat yang ideal yang
seharusnya diwujudkan, serta bagaimana road map/peta jalan perubahan yang harus
ditempuh. Semua ini harus
terbenakkan/logis dan argumentatif sehingga umat percaya bahwa perubahan yang
digagas kelompok tersebut adalah niscaya, bukan khayalan semata.
Hanya saja, umat
perlu dipahamkan, bahwa perubahan hakiki yang akan menghantarkan umat pada
kemuliaannya hanya mungkin diraih dengan ideologi Islam. Sebab, Islamlah
satu-satunya akidah shahih yang melahirkan peraturan bagi seluruh urusan dan
mampu memberikan pemecahan bagi seluruh masalah kehidupan dengan pemecahan yang
benar dan mendasar. Di samping itu, Islam pun memiliki metoda yang tetap bagi
pengimplementasian seluruh aturannya dalam kehidupan, serta bagi penjagaan
eksistensi ideologinya dan penyebaran ideologinya tersebut ke seluruh dunia.
Umat juga harus
dipahamkan, bahwa tanpa adanya perubahan ideologis yang didasarkan pada Islam,
maka sebagaimana yang nampak hari ini,
upaya perubahan hanya akan berjalan tanpa arah bahkan berakhir sia-sia, karena keberadaan
kelompoknyapun bisa jadi hanya disandarkan pada figuritas, kepentingan sesaat,
ikatan yang lemah dan aktivitas murahan yang tak berpengaruh pada perubahan
masyarakat.
HT Sebagai Kelompok Ideologis
Hizbut Tahrir
sudah eksis di dunia Islam selama enam dekade. Sejak awal, Hizb didirikan
dengan karakternya sebagai kelompok ideologis, yang menjadikan ideologi Islam
sebagai satu-satunya landasan, tolok ukur sekaligus menjadi nyawa bagi perjuangannya.
Hizb meyakini,
bahwa problema utama umat Islam hingga kehilangan jati dirinya sebagai khoyru ummah adalah penerapan
sekularisme, atau tidak diterapkannya aturan Islam dalam seluruh aspek
kehidupan dengan hilangnya institusi politik penerap syariah dan pemersatu
umat yakni Dawlah al-Khilafah.
Hizb juga
meyakini, bahwa satu-satunya cara mengembalikan kemuliaan umat adalah kembali kepada Islam dengan mewujudkan khilafah
yang akan menerapkan aturan Islam secara kaffaah.
Itulah kenapa, aktivitas dakwah hizb, kental bernuansa politis dan bersifat
revolusioner (inqilabiyah); mengarah
pada perubahan total masyarakat, yakni perubahan sistem, bukan berkutat pada seruan-seruan perubahan parsial
dan pragmatis atau fokus pada pergantian rezim sebagaimana kelompok-kelompok
lain. Karenanya, gagasan “Islam sebagai
solusi” atau gagasan “penegakkan syari’ah dan khilafah” seolah menjadi ikon bagi
dakwah HT dimanapun berada.
Sebagai sebuah
kelompok ideologis, hizb telah menetapkan berbagai fikrah mutabannah (pemikiran yang diadopsi) yang merupakan master plan bagi perubahan masyarakat
yang digagasnya, yakni berupa pemikiran-pemikiran terkait syari’ah dan
konstruksi khilafah dalam bentuk yang sangat clear, detil dan argumentatif yang
hanya berlandaskan Islam saja. Master
plan dimaksud antara lain berupa rancang bangun yang bersifat praktis dan
konstruktif terkait berbagai aspek pengaturan masyarakat, seperti sistem
pemerintahan Islam, struktur negara khilafah, sistem ekonomi Islam, sistem
pergaulan Islam, sistem politik ekonomi Islam, sistem keuangan negara khilafah,
sistem sanksi dan pembuktian dalam Islam, sistem pendidikan Islam, politik luar
negeri, dsb. Bahkan, hizb telah mempersiapkan Dustur (UUD) yang siap diaplikasikan jika khilafah yang
diperjuangkannya tegak dengan izin Allah. Seluruh pemikiran yang menjadi master plan ini bisa juga dikatakan sebagai “software” yang disiapkan hizb bagi tegaknya masyarakat Islam.
Adapun terkait
metoda perjuangan, hizb sudah menetapkan jalan perubahan (road map) yang jelas dan lurus yang hanya merujuk pada metoda
Rasulullah saw yang berkarakter politis yang memfokuskan dakwahnya untuk meraih
kepemimpinan melalui jalur umat (thariqah
ummah/qaidah sya’biyah) dan dukungan ahlun
nusrah (pemilik kekuasaan real di tengah umat, seperti militer, dll) tanpa
kekerasan. Caranya adalah dengan fokus
pada upaya internalisasi/peleburan ideologi melalui dakwah pemikiran (fikriyah)
di tengah-tengah umat.
Ideologi Islam
menjadi satu-satunya pengikat bagi para kader dakwah hizb yang keseluruhannya Muslim,
yang telah dengan ikhlas bergabung semata karena dorongan ruhiyah dan sikap qona’ah akan argumentasi atas ide-ide
yang diembannya. Dengan dukungan sistem pembinaan yang mapan dan tandzim/ manajemen dakwah yang kuat, para
syabab dan syabah hizb ini, mampu tampil sebagai kader-kader dakwah yang berkarakter
unggul (bersyakhshiyah Islamiyah) yang siap menjadi haarisan aaminan lil Islam (para penjaga yang terpercaya bagi
Islam), solid, menjadi qudwah dalam kebaikan
hingga siap memimpin umat, dimanapun dan seberapapun pengorbanan yang
harus diberikan.
Peran HT Dalam Memelopori Perubahan Hakiki
Hizb dalam
posisinya sebagai agen perubahan, secara total terjun ke tengah umat, melewati
tahapan-tahapan dakwahnya dan terus konsisten berjalan menentang arus untuk
membangun kesadaran akan kewajiban dan urgensi perubahan hakiki dan
kepemimpinan Islam di tengah umat. Hizb juga terus melakukan aktivitas yang
mengarah pada terbentuknya kepemimpinan umat dan penerapan syari’at, baik
melalui aktivitas tatsqif murakazah dan
jama’iy (pembinaan intensif dan umum),
shiraa’ al-fikr (menyerang
pemikiran-pemikiran kufur), kasyf al-khuthath (menyingkap makar
musuh dan topeng para penguasa komprador), al-kifah
as-siyasi (melakukan perjuangan
politik untuk melawan penjajahan baik dalam ekonomi, politik, militer maupun
budaya, mengungkap strategi-strateginya, membongkar persekongkolannya untuk
membebaskan umat dari genggamannya), juga aktif melakukan tabanniy mashalih al-ummah (mengadopsi berbagai kemaslahatan ummat), dimana hizb hadir di tengah umat
sebagai problem solver bagi
persoalan-persoalan mereka dengan pemecahan yang mendasar dengan Islam sebagai acuan
satu-satunya.
Adanya konsistensi terhadap ideologi yang shahih dan
konsistensi terhadap master plan dan road map yang telah ditetapkan serta
adanya dukungan dari kader-kader dakwah yang mumpuni, telah menjadi rahasia
keberlangsungan dakwah hizb di tengah-tengah umat. Kini dakwah hizb terus mendapat sambutan,
terus eksis, bahkan tumbuh dan berkembang di berbagai tempat, hingga melewati batas-batas politik dan sekat-sekat imajiner
bernama negara bangsa, serta pada akhirnya siap membentuk koneksi 'semangat dan kesadaran yang sama' untuk melakukan perubahan secara mendasar dan
menyeluruh dengan ideologi Islam dan menyatukan diri secara politik dibawah
satu kepemimpinan politik Islam, yakni Khilafah. Gagasan-gagasan
ini bahkan nyaris menjadi mainstream
perubahan ideologis di tengah-tengah masyarakat yang senyatanya
telah gagal dimuliakan oleh sistem buatan manusia, yakni sosialisme dan
sekularisme-kapitalisme. Wajar jika,hizb dengan brand image-nya sebagai sebagai kelompok dakwah yang ideologis,
politis, syar’i, cerdas, non kekerasan, dan percaya diri, akhirnya mampu tampil
sebagai satu-satunya kelompok ideologis yang bisa berhadapan langsung, face to face, dengan negara-negara kafir
imperialis dan diperhitungkan sebagai musuh utama ideologi kufur yang sedang
eksis.
Dengan demikian, sejalan dengan interaksinya di tengah-tengah
masyarakat, pelan tapi pasti, Hizb telah
berhasil merintis adanya prasyarat-prasyarat utama yang harus dipenuhi untuk melahirkan
perubahan revolusioner, yakni berupa (1) hadirnya visi perubahan yang kuat di
tengah umat, (2) adanya kelompok kuat yang melakukan kerja kolektif dalam
menggagas, mendisain dan memproses perubahan, (3) adanya kesadaran umum (wa’yu al-‘aam) tentang Islam ideologi yang
sedikit demi sedikit akan berubah menjadi opini umum (ra’yu al-‘aam) tentangnya, serta adanya kesadaran politik (wa’yu as-siyaasi) yang benar berdasarkan
Islam; Juga (4) adanya dukungan ahlul
quwwah atau ahlul nushrah sebagai pemilik kekuasaan real dan representasi umat kepada
hizb sebagaimana realitas dakwah Rasul saw.
Khotimah
Meski hingga
hari ini hizb belum berhasil mewujudkan tujuannya, yakni tegaknya Islam dalam naungan khilafah, namun bisa dikatakan, bahwa posisi hizb sudah berada
ditahap kedua menuju tahap akhir perjuangannya. Di berbagai tempat, hizb sudah tampil sebagai
kelompok yang diharapkan akan mampu memimpin umat dengan karakternya yang khas
sebagai kelompok ideologis dan politis
Munculnya
seruan-seruan syariah dan khilafah di tengah-tengah umat, dalam perbincangan
harian mereka, dalam muktamar-muktamar yang mereka selenggarakan, dalam
aksi-aksi demo mereka, bahkan dalam kancah revolusi yang massif terjadi di
sebagian wilayah mereka menunjukkan bahwa hizb telah hadir bersama mereka.
Bahkan, hizblah yang dengan penuh tanggungjawab terus mengawal arah perubahan
agar tetap fokus pada perubahan sesungguhnya, tak terbelokkan oleh kepentingan
sesaat dan tak terjebak oleh upaya penyesatan yang dilakukan musuh-musuh Islam.
Hizb juga terus memastikan bahwa loyalitas umat dan kalangan ahlu al-quwwah serta ahlu an-nushrah hanya siap diberikan
untuk Islam dengan memberikan kesadaran umum di tengah mereka tentang kelayakan
Islam sebagai jalan hidup yang menyelamatkan, tidak hanya di dunia tapi di
akhirat.
Hizb meyakini,
bahwa tercapainya tujuan perjuangan dengan turunnya nashrullah adalah hak prerogatif Allah swt. Kewajiban hizb hanyalah
memaksimalkan seluruh upaya dengan menempuh seluruh kaidah sababiyah yang
diyakininya berdasarkan ilmu dan keimanan akan dapat menghantarkan pada tahap
akhir perjuangan. []
Tidak ada komentar:
Posting Komentar