
Sejatinya, ulama mengajak umat mentaati Allah dan RasulNya, dan bukan mengajak melanggengkan sistem kufur demokrasi dengan cara menjadi timses calon-calon pemimpin sekuler-pluralis dan menyeru umat memilih salah satu di antara mereka.
Jika alasannya karena tidak ada pilihan, maka itulah yang seharusnya menjadi bahan muhasabah terkhusus para ulama. Selama ini dimana peran mereka hingga umat jauh dari syariat dan tak rindu hidup di bawah naungan syariatNya?
Para ulama seharusnya gencar mengingatkan umat, bahwa memilih hanya sekedar HAK, sementara mentaati Allah dan RasulNya adalah KEWAJIBAN. Bukankah kelak kedua-duanya akan dipertanggungjawabkan?
[SNA]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar